DAD 3

230 44 15
                                    


Hari sudah mulai pagi. Sedangkan Dara sudah bersih-bersih membantu orang tuanya, dia pun sudah mandi dan memasang sepatunya. Sudah saatnya dia berangkat ke sekolah dengan cuaca yang mendung.

Seperti biasa, Dara sekolah dengan sepeda gunungnya. Jalanan yang begitu lenggang tak seperti di perkotaan. Hari yang begitu sejuk.

Butuh waktu 20 menit untuk mengayuh sepeda ke sekolah. Saat sampai di kelas Dara langsung menyapu karena hari ini adalah jadwal piketnya.

"Dara...!" Panggil Sena di ambang pintu kelas dengan Dara yang sudah duduk manis di bangkunya dengan membaca sebuah novel.

"Tumben kamu datangnya pagi?" Tanya Dara.

Sena tersenyum, "aku hanya ingin menemani kamu di pagi hari, karena kamu datangnya selalu pagi."

Perbincangan antara Sena dan Dara terus berlanjut. Sampai akhirnya jam pelajaran di mulai.

Dara tak seperti Sena, yang mempunyai otak mampu dalam segala hal pelajaran. Dara hanya bisa mengerjakan soal dengan semampu otaknya, tidak seperti Sena yang selalu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal.

"Pak, izin saya mau ke kamar mandi," ucap Dara.

"Silahkan."Jawab guru tersebut.

Setelah Dara keluar dari kamar mandi, di sebelah kamar mandi terdapat kelas yang kosong. Memang tak di pakai, biasanya kelas tersebut hanya di pakai untuk anak yang sedang melaksanakan ekstrakulikuler tari.

"Sepertinya ada orang di dalam kelas itu." Gumamnya dalam hati. Dengan langkah kaki yang berhati-hati Dara menuju ke kelas kosong tersebut.

Saat Dara lihat terdapat beberapa siswa laki-laki di dalam sana. Derry dengan kawan-kawannya yang sedang membolos pelajaran.

"Rupanya anak itu tidak pernah berubah." Gumamnya lagi sambil berjalan ingin meninggalkan kelas itu. Tetapi, saat Dara ingin pergi, tangannya terbentur dengan rak sepatu di sampingnya, spontan Dara menutup mulutnya erat-erat.

"Siapa disana?" Tanya Derry kepada temannya.

"Coba lo liat Ga." Kata Angga kepada Arga.

Saat Arga keluar, dia tak melihat siapa-siapa diluar. Dara lega karena dia bisa bersembunyi di samping kelas tersebut. Saat Arga sudah masuk ke dalam kelas itu, Dara melangkahkan kakinya untuk kembali ke kelas.

"Mau kemana lo?" Tanya seseorang di belakang Dara dengan mencengkal tangan Dara.

"Lepasin gue, gue mau balik ke kelas." Ucap Dara sambil berusaha melepaskan tangannya yang di cengkal oleh orang tersebut.

"Oh, jadi gini kelakuan lo di belakang, ngapain lo ikut campur urusan gue, gue udah bilang sama lo dulu, stop ikut campur urusan orang, apalagi itu urusan gue. Apa lo tuli?!" Ucap Orang tersebut dengan berteriak kepada Dara.

Dara menaikkan alisnya, " inget ya Derry, gue sama sekali nggak ngurusin hidup lo, lo-nya aja yang ke-gr-an. Kalo dasarnya udah bad boy yah bad boy aja dan gue nggak peduli."Ucap Dara membalikkan badannya akan meninggalkan Derry.

"Mau kemana lo, hah?" Tanya Derry.

Dengan cepat Darry menarik tangan Dara dan membungkam mulutnya untuk ia bawa ke satu ruang kosong di belakang sekolah.

***
Bel pulang sekolah telah berbunyi, Sena yang sedari tadi mencari Dara tapi tak kunjung ketemu.

Tak ada pilihan lain bagi Sena, Dara yang tak kunjung ketemu, Sena pikir Dara sedang ada urusan dengan guru. Tanpa berpikir negatif soal tak kembalinya Dara, Sena langsung pergi meninggalkan sekolah.

Di sisi lain, Dara masih di kurung di dalam ruangan itu oleh Derry. Dengan air matanya yang tak kunjung berhenti, entah kemana Derry, mungkin dia sudah meninggalkan Dara disini, ruangan yang menjadi pusat tongkrongan Derry dengan yang lainnya. Tembok kelas yang di pilok dan di gambar seenak mereka.

"Siapapun yang ada diluar sana, tolongin!" Teriak Dara sambil menggedor-gedor pintu.

"Tolong bukain pintunya." Ucapnya dengan tangisnya dan tubuh yang sudah mulai merosot ke lantai. Dia sudah capek sedari tadi berteriak tapi, tak ada satu pun orang yang mendengarnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 22:00 WIB hari yang sudah mulai malam dan Perut Dara yang mulai lapar dengan kepalanya yang sudah pusing serta air matanya yang sudah mengering di pipi.

Sesaat kemudian Dara tak sadarkan diri di ruangan kosong tersebut, seseorang yang datang membuka pintu yang di kunci. Seorang cowok berbafan tegap, memakai celana jeans dan jaket hitam.

Derry. Ia datang seorang diri ke sekolah, dia lupa jika dia sudah mengunci Dara seorang diri di dalam ruangan kosong ini. Dilihatnya Dara yang tak sadarkan diri, tubuhnya yang tergeletak di lantai kotor tersebut.

"Dara.." Ucap Derry sambil menepuk pipi Dara.

"Dara, bangun udah malem, lo nggak mau pulang?" Tanya Derry.

Derry ketakutan melihat Dara tak sadarkan diri. Dengan terpaksa, Derry membopong Dara ke dalam mobilnya untuk dia antarkan pulang dan tak lupa Derry juga melipat sepeda milik Dara.

Derry melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali ia melihat ke arah sampingnya yang terdapat seorang gadis yang tengah tak sadarkan diri.

"Emng yah, Lo selalu saja suka buat orang lain susah. Selalu saja Lo itu buat masalah, heran gue." Ucap Derry kepada Dara yang berada di sampingnya.

"Eh, bentar, gue mana tau alamat rumah Lo Ra?" Ucap Derry.

"Apa kata gue barusan, gue manggil dia Ra?" Gumam Derry dalam hatinya.

Tanpa berfikir panjang, Derry menelfon Angga yang katanya tahu dengan alamat rumah Dara.

Sesampainya di depan rumah Dara, Derry membopong Dara sampai ke dalam rumahnya.

"Bagaimana ini bisa terjadi, Nak?" Tanya Mama Dara.

"Mohon maaf tante, tadi Dara tidak sadarkan diri di dalam kelasnya dan tadi saya kembali ke sekolah ada buku saya yang ketinggalan di dalam laci meja saya." Ucap Derry berbohong. Jelas saja Derry berbohong kepada orang tua Dara, dia tidak ingin di tuduh sembarangan oleh kedua orang tua Dara.

"Terima kasih yah, Nak." Kata Papa Dara

"Iya Om, Sama-sama." Balas Derry dengan tersenyum sopan. "Mohon maaf Om, Tante, saya mau pulang dulu, soalnya sudah malam, Permisi." Pamit Derry yang kemudian keluar dari dalam rumah Dara.

"Gila, itu badan si Dara berat banget, punggung gue sampek sakit." Ucap Derry sambil memegang pinggangnya yang sakit di dalam mobilnya.

Setelah Beberapa menit Derry pergi, Dara telah sadarkan diri dengan Mama dan Papanya yang menemani di sampingnya.

"Sayang, kamu sudah sadar?" Tanya Papa Dara.

"Mama, Papa, bagaimana bisa aku bisa disini?" Tanya Dara sambil memegangi kepalanya yang masih pusing.

"Tadi ada temen kamu yang nganterin." Jawab Papanya.

"Temen siapa, Pa?" Tanya Dara.

"Entahlah, dia laki-laki. Apakah dia pacarmu?" Tanya Papa Dara menggoda putri semata wayangnya.

"Aku tidak punya pacar, Papa." Jawab Dara malas.

"Siapa yah yang nolong aku di dalam kelas kosong itu?" Gumam Dara dalam hatinya bertanya-tanya.

Jangan lupa tinggalin jejak, jejak kalian semangat aku.
Maaf kalau ceritanya acak-acakan dan banyak kata yang salah.

Pasuruan, 21 mei 2019

𝐔𝐧𝐩𝐥𝐚𝐧𝐧𝐞𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞 "𝐃𝐀𝐃"✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang