DAD 2

285 43 6
                                    

Hari ini adalah tahun ajaran baru. Dimana yang dulunya Dara, Dafit dan juga Bela masih sekolah SMP, saat ini mereka sudah menginjak kelas satu SMA. Tetapi, sedih bagi Dara. Saat teman akrabnya, yaitu Bela tidak satu sekolah dengannya. Sedangkan Dafit, dia ikut orang tuanya pindah yang katanya sedang dinas di luar kota.

Dan juga hari tak begitu menguntungkan bagi Dara, saat dia harus satu sekolah lagi dengan Derry. Yang dulunya pernah membuat Dara nangis histeris di dalam kamar ganti di sekolah.

Jika tak ada Dafit, maka siapa yang akan menjaganya? Dan jika taka ada Bela, maka siapa yang akan menjadi temannya di sekolah ini, dan siapa yang akan mendengarkan kisah duka Dara nanti?

"Semoga saja aku bisa punya teman, Bel." Gumamnya dalam hati.

Memang benar, semua siswa dan siswi sudah masuk ke dalam kelas, semua sudah duduk bersama dengan teman barunya. Sedangkan Dara, bangku di sampingnya kosong. Belum ada yang ingin menempatinya.

Dara masuk dengan jurusan IPA, yang dimana jurusan IPA sangat berat menurutnya. Otaknya yang tidak begitu mampu menampung semua pelajaran. Awalnya Dara mendaftarkan diri ke jurusan Bahasa. Tapi, Dara justru masuk ke jurusan IPA.

"Baiklah anak-anak, selamat datang di sekolah menengah pertama, dimana kalian mulai menginjak masa SMA yang tak bisa kalian ulangi lagi masa-masa SMA ini, jadi Ibu harap kalian memanfaatkan sebaik mungkin masa sekolah kalian di SMA ini dengan baik. Baik, perkenalkan nama Ibu adalah Desi Aleandra, kalian bisa panggil Bu Desi. Baik itu saja perkenalannya, apakah ada yang ditanyakan?" Tanya Bu Desi.

Senyap. Tak ada jawaban dari siswa maupun siswi di kelas Dara.

"Baiklah Ibu akan melanjutkan, disini kalian kedatangan teman baru lagi. Ayo nak, silahkan masuk." Kata Bu Desi. "Kenalkan dirimu." Lanjut guru itu.

"Perkenalkan nama saya Sena Ladista, saya pindahan dari Bandung dan saya harap teman-teman disini bisa berteman baik dengan saya. Terima kasih." Ucap murid baru itu.

"Baiklah, jika kalian ingin lebih akrab lagi, nanti waktu jam istirahat kalian lanjutnya. Silahkan, Sena duduk di bangku yang masih kosong." Perintah Bu Desi.

Gadis itu duduk di bangku kosong sebelah Dara. Dengan kulitnya yang putih, bulu matanya yang lentik, dan senyumnya yang begitu anggun kepada Dara.

"Hai, nama aku Sena. Salam kenal yah," ucapnya.

"Salam kenal juga, namaku Dara." Ucap Dara dengan tersenyum manis kepada Sena."

•••

Hari pertama di sekolah tak ada yang istimewah, kecuali Sena yang mau berteman akrab dengan Dara. Gadis yang tak kalah cantik dengan Dara.

Jam sudah menunjukkan waktu istirahat. Semua siswa maupun siswi di SMA Tunas Jaya berhamburan keluar kelas. Sedangkan Dara dengan Sena menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan. Dua gadis yang baru kenal dengan sebuah hobi yang sama.

"Dara," panggil Sena.

"Iya, Sen?" Sahut Dara.

"Kamu kenal dengan cowok tadi?" Tanya Sena.

"Yang mana?" Ucap Dara balik tanya.

"Yang tadi nongkrong di gazebo waktu kita mau ke perpustakaan," lanjut Sena.

Pasalnya tadi, saat Dara mau menuju ke perpustakaan dengan Sena, ia melihat gerombolan anak laki-laki di gazebo dari banyaknya siswa laki-laki tadi, yang Dara lihat salah satunya adalah Derry. Yang katanya masuk kelas IPS yang kelasnya berada tepat di samping kelas Dara.

"Oh itu, yang kulitnya putih itu dan lagaknya sok gaya?" Tanya Dara dan di angguki oleh Sena.

"Namanya Derry, anak melas IPS satu dan kelasnya tepat berada di samping kelas kita." Jelas Dara.

"Kamu tahu dengan dia?" Tanya Sena lagi.

Dara menghela napas dia menutup novelnya untuk menjawab pertanyaan dari Sena, "iya, aku tahu dengan dia, dulu pernah satu sekolah waktu SMP." Jawab Dara.

"Apakah kamu bisa mengenalkan aku dengan Derry?"Tanya Sena lagi.

"Maaf Sena, aku tidak bisa." Kata Dara.

Dara yang mendengar Sena ingin berkenalan dengan Derry, Dara menolaknya tanpa sebuah alasan dan Dara beranjak pergi meninggalkan Sena di dalam perpustakaan. Saat Dara keluar dari dalam perpustakaan dan saat Dara membelokkan kakinya ke arah barat untuk pergi ke kelasnya, hampir saja dia menabrak Derry yang sedang berdiri tegap di depannya.

"Kalo jalan tuh liat-liat," ucap Derrt dengan wajah kesalnya.

Dara membalasnya perkataan Derry dengan raut wajah yang tak kalah kesal. "Gue nggak buta." Ucap Dara yang diikuti Sena di belakangnya. Entah sedari kapan Sena sudah berada di belakangnya.

Jam menunjukkan sudah waktunya pulang. Sena yang pulang dengan membawa mobil, sedangkan Dara pulang dengan sepeda gunungnya yang berwarna hitam.

"Kamu tidak bareng aku saja?" Tanya sena, "lagian itu sepeda kamu bisa kan dilipat?" Lanjutnya.

"Tidak usah Sena, terima kasih atas tawaran kamu, aku lebih suka naik sepeda saja, bisa menikmati sekeliling nanti kalau sudah di jalan." Tolak Dara dengan baik.

"Ayolah Dara, nanti sepeda kamu di taruh di bagasi mobilku," ajak Sena lagi.

Tapi tetap saja Dara lebih suka pulang sekolah dengan sepedanya itu. Mau tidak mau, Sena pulang dengan penolakan dari Dara.

Dara menggayuh sepedanya dengan begitu hikmat, ia menikmati perjalanan pulang dari sekolahnya.

"Mungkin jika aku terima ajakan Sena, aku hanya bisa kedinginan dari Ac mobil. Tapi ini beda, suasana hari ini sejuk sekali setelah hujan semalaman." Kata Dara sambil menghirup udara segar.

Tinggal di tanah Jawa adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi Dara. Tinggal di desa pun memiliki nilai plus dalam hidupnya, di desanya saat ini dia merasa aman dan nyaman.

TIIIIING!
Suara klakson mobil yang menerabas genangan air di jalan, baju Dara kotor dan dia terjatuh ke jalan. Dia tahu itu mobil siapa, tapi untung saja dia memiliki daya sabar yang lebih hari ini.

"Kurang dihajar apa nggak pernah di hajar itu orang?" Umpat Dara.

***

Malam sudah tiba. Membantu orang tua sudah Dara lakukan tadi sore dan mengerjakan tugas sekolah pun sudah selesai. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB. Sedangkan saat ini Dara sedang berada di balkon kamarnya. Di balkon kamar Dara tersedia dua kursi dan satu meje. Terkadang Dara menikmati angin malam di atas balkon seorang diri.

Seperti malam ini, malam ini dia sedang membaca novel di balkon kamarnya. Sesekali Dara berdiri dan merenggangkan ototnya.

"Langit mendung, tak ada bulan maupun bintang." Gumamnya dalam hati. Lalu ia melanjutkan membaca novelnya.

Tak lama kemudian hujan pun turun dengan derasnya malam itu, Dara yang belum masuk ke dalam kamarnya, ia melihat ke bawah. Seorang laki-laki dengan berpakaian serba hitam dan juga mobilnya yang berwarna hitam sedang berada di depan pintu gerbang rumah Dara.

"Siapa orang itu dan sedang apa dia?" Tanya Dara kepada dirinya sendiri bingung.

Takut orang tersebut mengetahui keberadaannya, Dara pun lari dan mengunci pintu balkon. Menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebalnya.

"Semoga tidak ada apa-apa." Doanya dalam hati.

***

Jangan lupa tinggalin jejak, jejak kalian semangat aku.

Pasuruan,21 mei 2019

𝐔𝐧𝐩𝐥𝐚𝐧𝐧𝐞𝐝 𝐋𝐨𝐯𝐞 "𝐃𝐀𝐃"✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang