CALON ISTRI KILLER

2.4K 132 13
                                    

#Yang_Tak_Diinginkan 3
CALON ISTRI KILLER

Di sebuah restaurant.

"Pah, laper!" rutuknya kemudian seraya meletakan dagu di atas meja. Satu tangan kanannya memegangi perut karena ia sudah lapar bukan main.

"Jaga kelakuanmu, jangan seperti anak kecil. Tunggulah sebentar lagi, mereka pasti akan datang," ucap Pak Yahya.

Galang merengut dan membenarkan lagi posisi duduknya. "Sampe kapan? Adeh, lagian emang gak bisa besok lagi gitu? Gara-gara papah aku jadi batal kencan, nih," gerutu Galang lagi.

Pak Yahya sedikit membelalakkan kedua mata saat mendengar perkataan Galang barusan.

"Jangan bercanda kamu, apa kamu akan berbuat ulah lagi setelah apa yang kamu lakukan pada gadis itu tempo hari?" ucap Pak Yahya kemudian bernada sinis.

Galang berdecak malas, lagi-lagi ayahnya berkata begitu. Satu hal yang selalu membuatnya mati kata dan tak bisa membantah lagi.

Sesekali Galang melihat jam di tangan kirinya, ini sudah menunjukan pukul setengah lima sore. Tapi orang yang mereka tunggu tetap tak datang juga, padahal ia sudah berada di sana lebih dari setengah jam lamanya.

Duduknya semakin tak nyaman, sebab gara-gara menunggu, perutnya makin keroncongan.

Yah, mau bagaimana lagi, ia belum sempat makan saat di rumah tadi dan sampai saat ini ayahnya juga belum memesan makanan apapun karena menunggu 'mereka' yang ingin datang.

Tak lama setelahnya, ada juga yang menghampiri mereka berdua dari arah belakang Galang.

"Hallo, selamat sore calon besan," ucapnya kemudian dengan suara mendayu-dayu. Juga senyuman semringah terpancar dari raut wajah seorang wanita.

Galang dan Pak Yahya pun menoleh bersamaan dan melihat siapa yang menghampiri mereka. Pak Yahya malah langsung berdiri dari duduk dan menjabat tangan kanan yang di ulurkan wanita itu pada mereka, ekspresinya datar-datar saja.

Sedangkan ekspresi Galang malah semakin malas. Yah, harusnya sudah bisa ia duga sebelumnya bahwa ia akan di pertemukan lagi dengan jodoh yang tak diinginkannya ini.

Iapun mengangkat tangannya, malas. Menyalami tangan Bu Lestat. Arah pandanganya pun ia alihkan, namun alih-alih ia bisa mengalihkan pandanganya ia malah terpaku menatapi wajah cantik seorang gadis di belakang Bu Lestat.

Thea.

Gadis itu tampak sangat berbeda dari biasanya, pakaiannya yang anggun, rambutnya yang lurus pirang sebahu di biarkan tergerai begitu saja dan riasan makeup yang tak terlalu mencolok. Semakin membuat gadis itu tampak natural.

Galang menelan saliva sendiri.

Tak bisa ia pungkiri kalau Thea memang sangat cantik dan ia juga cukup normal untuk mengagumi kecantikan gadis itu sore ini.

Ia masih menatapi wajah Thea beberapa saat tanpa berkedip sedikit pun dan mengikuti kemana arah Thea berjalan ke hadapanya.

Hingga lamunanya buyar saat Thea menyunggingkan senyuman sinis padanya.

Galang berubah ekspresi dan Thea kini duduk di depannya dengan masih tampak membuang muka.

"Saya mohon maaf ya, Besan. Di luar hujan lebat dan susah sekali mendapatkan taxi. Apa kalian sudah menunggu lama?" tanya Bu Lestat masih dengan senyumnya yang lebar.

"Jamuran!" jawab Galang ketus.

Thea tiba tiba melotot dan menatap tajam ke arah Galang, ingin rasanya ia menjahit mulut si tengil ini saat ini juga.

YANG TAK DIINGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang