Melindungi Yang Berharga

1.6K 115 25
                                    

Setelah keluar dari rumah sakit. Galang dan Thea masih ikut bersama Pak Yahya dan Bu Rini. Untung saja tak terjadi satu hal buruk setelah insiden tadi, sehingga Galang tak perlu dirawat di rumah sakit.

Namun, Thea melihat Galang semakin melamun di sebelahnya. Ia seolah memikirkan sesuatu yang cukup mengganggu sampai tak mengindahkan keberadaannya sejak tadi.

"Kata dokter, kamu harus banyak istirahat, Lang," kata Bu Rini yang berada di jok depan. "Thea, mama titip Galang, ya. Pastikan ia istirahat cukup. Kalau ada apa-apa jangan sungkan kabari mama."

Thea sejenak menengok ke arah suaminya, Galang masih diam dan hanya menatap ke arah luar kaca mobil. "Iya, Ma."

"Kenapa kau tidak mengajakku ke rumahmu?"

Uhukkk!

Thea mendadak tersedak mendengar pertanyaan Galang. Lelaki itu terusik sedikit dan memeluk jaketnya, ia menatap ke arah Bu Rini.

"Seriusan?" tanya Thea.

"Ibu pasti marah kalau aku pulang dalam keadaan sakit. Sekarang, aku cuma butuh tumpangan untuk tidur semalam," kata Galang lagi.

"Ka-kamu mau ke rumah mama? Sungguh?!" tanya Bu Rini tak percaya.

"Kalau kau tidak keberatan."

"Alhamdulillah. Tentu saja tidak, Nak. Justru mama seneng kamu mau ke rumah."

Bu Rini begitu antusias walau ekspresi Galang sangat datar padanya. Senyum yang tak kalah mengembang pun di tunjukkan Thea dan Pak Yahya. Mereka tak menyangka Galang bersedia datang ke rumah lamanya tanpa diminta.

***

Galang dan Thea mulai turun dari mobil setelah perjalanan jauh mereka. Saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah, Thea melempar pandangan ke berbagai penjuru.

Rumah yang dulu ia tinggali ini tak banyak berubah. Bahkan mungkin tak ada yang berubah. Kecuali dinding bercat putih yang masih tampak baru.

Thea membanmkk.ntu menuntun Galang menuju pintu utama, lelaki itu tak menunjukkan reaksi berlebih. Pak Yahya tak ikut pulang bersama karena ia mendadak ada urusan pekerjaan.

"Selamat datang kembali di rumah, Nak. Mama akan tunjukkan kamar yang dulu pernah kamu tempati bersama Thea. Ayo ...," ajak Bu Rini.

Mereka pun masuk rumah. Dari kejauhan, tampak lelaki paruh baya yang datang menghampiri dengan berlari kecil. Dengan sedikit kernyitan di kening, Thea masih bisa mengenali lelaki itu walau warna rambutnya sebagian berubah putih.

"Alhamdulillah. Den Galang dan Non Thea akhirnya pulang juga, perasaan saya, sudah lama sekali tidak ketemu," kata lelaki tersebut seraya tersenyum lebar kepada mereka.

Ia adalah Mang Saswi, sopir yang sejak dulu bekerja untuk Pak Yahya dan Bu Rini. Seseorang yang selalu ada bersama Bu Dewi jika Galang merayakan acara kecil-kecilan di rumah setelah kelulusan setiap tahunnya.

Galang mengernyit. "Siapa dia?"

"Dia Mang Saswi, Lang. Sopir keluarga kita dari dulu. Kamu pasti belum mengingatnya," jawab Bu Rini. "Mang, apa kamar mereka sudah dibereskan sama Bi Susi?"

"Sudah, Nyonya."

"Bagus. Sekarang, saya minta tolong kamu pergi ke tempat suami saya sekarang. Nanti saya sms alamatnya." Perintah dari Bu Rini langsung dilaksanakan oleh Mang Saswi.

Mereka bertiga pun berjalan menuju lantai dua rumah. Saat menapakkan kaki, Galang mendadak mendapatkan siluet dari ingatan masa lalu. Ketika ia berada di tempat ini.

Satu langkah.

Dua langkah.

"Lo abis minum bensin, ya? Minyak jelantah? Atau autan?"

YANG TAK DIINGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang