Galang sudah berada di kantor polisi saat ini, setelah kedua satpam membawanya dan ia ditanyai banyak hal oleh polisi. Ia berkata yang sebenarnya, tapi bukti dan saksi yang berada di tempat kejadian malah semakin memberatkannya.
Ia frustrasi.
Baru kali ini ia merasa seperti itu, yang paling tak menyangka adalah pernyataan Nayla di villa yang menyebabkan semua ini terjadi. Kenapa orang yang begitu dekat dengannya dan sudah ia anggap sebagai adik itu malah memfitnahnya seperti ini.
Nayla benar-benar sudah berubah semenjak ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka."Astagfirullahal adzim."
Galang menempelkan kepalanya ke dinding, jeruji besi yang berada di sampingnya kini sudah ditutup dan benar-benar mengurungnya di ruangan yang begitu sempit dan gelap.Ada beberapa orang di dalam, sebagian dari mereka sudah tertidur dan sebagian lagi masih terlihat duduk dan menatapi kedatangannya dengan senyuman sinis.
Galanh tak peduli.
Ia mencoba untuk mengatur napasnya yang mulai sesak lagi, lagi-lagi karena tempat yang gelap dan pengap ini membuatnya lemah. Ia memerosotkan tubuhnya ke bawah, berusaha untuk beradaptasi dengan keadaan sekarang.
Masih memejamkan kedua matanya, dan menunduk tak berani menatap apapun.Lemah! Ia merasa begitu lemah sebagai seorang laki-laki. Harusnya kelemahan ini tak pernah ada dalam dirinya, harusnya ia tak pernah takut pada kegelapan, harusnya ia bisa melawan kelemahannya ini tanpa bantuan siapapun.
Karena kelemahannya ini dengan mudahnya dimanfaatkan.Gelap.
Kenapa selama ini ia takut kegelapan? Pertanyaan itu mulai muncul dipikirannya.
Galanh mengeratkan pegangan tangannya pada rambutnya sendiri, menahan rasa sakit yang kian menjalar di kepalanya yang dipaksa untuk mengingat apa yang menyebabkan begitu takut pada gelap. Ringisan kecil keluar dari mulutnya karena menahan sakit dan melawan keras kelemahannya ini.
"Heh, berisik! Gua mau tidur!" bentak salah seorang dari merek.
Galang tak menggubrisnya.
Ia masih berusaha kuat mengontrol tubuhnya sendiri.
GREPP!
Tiba-tiba saja ada yang menarik kerah bajunya dengan kasar hingga membuatnya berdiri dan terpojok ke dinding."Heh! Lu gak punya kuping, hah! Gua bilang diem!"
"Lagi mabok kali tuh anak, Bang!" seru yang lain.
Galang membuka kedua matanya, meskipun tak jelas bagaimana rupa orang yang berada di hadapannya ini.
Ia menyingkirkan tangan yang memegang kerahnya dengan tanpa berkata."Wah, ngajak ribut? Lo mau ngajak ribut gue, hahh?" bentak orang itu lagi seraya melayangkan pukulannya pada Galang.
Bug!
Brak!
Galang langsung terpental dan menubruk tiang besi yang berada di belakangnya dengan keras. Ia masih diam, menahan rasa sakit yang kian menumpuk.
Sedangkan orang yang berada dihadapannya ini masih terus saja memukuli tanpa henti karena ia terus mengeluarkan ringisan yang mungkin membuat risih. Atau alasan lain yang membuatnya kesal. Ia tak peduli.
Namun berapa saat kemudian, sebuah bayangan melintas di ingatannya.
"ibu ...!"
Ibu? Kenapa ingatan itu yang muncul dikepalanya?
Sebuah ingatan yang tak pernah ia alami selama ia hidup bersama Pak Yahya dan Bu Rini. Iapun berusaha terus menggali lebih dalam lagi ingatannya.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Ibu, aku pulang!" seru anak itu lagi seraya masuk ke dalam sebuah rumah.
Ia berlari kecil masuk, melewati setiap ruangan.
Hingga pada akhirnya ia melihat seseorang yang berdiri di depan pintu dengan senyuman manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TAK DIINGINKAN
FanfictionEND❤ Tentang perjuangan dari seorang anak yang ingin mendapat pengakuan dari ibu kandungnya selama belasan tahun. Perjalanan mempertahankan rumah tangga dengan pertaruhan nyawa. Penuh siasat dan intrik.