Dalam mobil, air mata Thea hampir mengering setelah terlalu banyak menangis. Tenaga yang ia keluarkan sejak tadi sia-sia, Wingky dan Yasa tak berniat memberinya sedikit cela untuk kabur. Kedua tangannya terikat, Yasa yang duduk di depan hanya diam walau sesekali tersenyum sinis. Sebuah mobil di belakang mereka terus mengikuti, mereka mungkin saja bawahan yang dibawa Wingky.
Yasa Pradipta. Sampai detik ini, Thea sungguh tidak ingin memercayai kenyataan bahwa Yasa bisa bekerja sama dengan seorang iblis seperti Wingky. Dulu ia menganggap Yasa sebagai kakak baginya, yang mampu berbagi dalam kesenangan maupun kesedihan. Yang selalu ada untuknya dalam keadaan terpuruk. Tapi, sekarang? Kenyataan bahwa semua orang memang tak bisa dipercaya memang benar adanya.
"Kamu tega sama aku, Yas. Setelah apa yang kamu lakuin ke aku dulu, aku menganggapmu kakak. Tapi ternyata kamu udah matahin semua kepercayaan itu sama kelakuan kamu sekarang," kata Thea. Ia menatap ke depan melihat ekspresi datar Yasa. "Kenapa kalian berdua gak bunuh aku aja sekalian? Biar kalian puas. Percuma juga aku hidup kalau harus menyerah pada kalian, iblis busuk."
"Itu semua terlalu mudah, Sayang. Aku ingin kau melihat dulu jasad si tengil itu di depan matamu. Besok pagi, pasti akan tersiar kabar bahwa suami tercintamu mati karena serangan jantung. Sekarang sudah lewat satu jam, dia hanya menunggu waktu untuk mati. Atau dia bahkan sudah--"
"Diam kamu, Brengsek! Orang sepertimu lebih layak mati dari pada suamiku!"
Napas Thea tersengal. Ia takut sebenarnya, beban pikirannya menumpuk memikirkan keadaan suaminya di rumah. Tidak bisa ia bayangkan kalau Galang benar-benar meninggal disaat seharusnya mereka bahagia menyambut kehadiran buah hati yang telah dinanti. Separuh jiwanya pasti ikut mati bersama Galang. Air mata Thea menetes lagi setelah bicara.
Tapi Thea berusaha kuat. Janin yang ada dalam rahimnya adalah satu-satunya harapan ia bersama Galang. Dan ia harus bisa bertahan sampai bisa melahirkan bayinya. Melihat anaknya tumbuh dan menyerupai Galang.
"Kenapa kamu gak lepasin aku, Ky. Cari wanita lain yang bisa mencintaimu. Karena sampai kapan pun, kamu gak pernah bisa ngedapetin apa yang kamu mau dariku," kata Thea.
Wingky tersenyum kecut. "Justru itu yang menarik darimu, Thea. Apapun yang kumau selalu kudapat. Tapi kenapa begitu sulit mendapatkanmu? Ini penghinaan berat saat kamu lebih memilih lelaki payah dan tidak berguna itu," jawab Wingky. Tangan kanannya sesekali menuntun sebuah botol minuman ke mulutnya, membuat embusan napasnya dipenuhi alkohol.
Wajah lelaki itu memerah. Dalam setengah sadar, ia meraih wajah Thea. Mencekal kedua pipinya hingga Thea menghadap ke arahnya. Thea hanya bisa berontak kecil, menyingkirkan wajahnya dari manusia itu.
"Menyerahlah, Thea. Racun itu adalah racun terbaik yang kudapat, cukup dengan 20ml. Dia bisa membunuh satu nyawa, dan itu suamimu. Jika dia mati, tidak akan ada lagi penghalang bagiku memilikimu. Dia sekarang seperti tikus kecil yang terkena perangkap," kata Wingky. Ia terkekeh kecil lalu melepas cengkramannya pada Thea sedikit kasar.
Racun yang paling mematikan itu berasal dari bunga Wolblue. Efeknya akan persis seperti terkena serangan jantung jika diminum langsung. Dan akan berakibat kerusakan fungsi organ dalam ketika diberikan secara berkala dalam dosis ringan kepada manusia. Jenis racun yang cukup ampuh dan pasti akan sulit melacak kebenaran jika tidak ada bukti kuat untuk menjerat Wingky.
Thea terdiam. Hatinya menjerit keras, berdoa dan menaruh harapan agar seseorang dapat menolongnya. Ia ingin terbebas dari penderitaan yang terus mengekang bagai rantai ini. Ia ingin hidup tenang dan bahagia. Hanya itu.
Saat perjalanan panjang mereka, tiba-tiba mobil berhenti. Membuat mereka menahan tubuh dan menahan napas sejenak. Wingky geram, ia menendang kasar jok di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TAK DIINGINKAN
ФанфикEND❤ Tentang perjuangan dari seorang anak yang ingin mendapat pengakuan dari ibu kandungnya selama belasan tahun. Perjalanan mempertahankan rumah tangga dengan pertaruhan nyawa. Penuh siasat dan intrik.