Meskipun agak terlambat, Thea yang sudah sampai di rumah Pangeran dan Aida pun mengikuti acara syukuran yang diadakan kedua sahabatnya itu. Dan semenjak datang ke sini, matanya sudah seperti stereo mencari seseorang yang sudah sangat ia tunggu kedatangannya. Apakah Galang datang? Apa ia akan bertemu dengannya? Seperti apa lelaki itu saat ini?
Terakhir kali ia melihat lelaki itu lima tahun lalu saat ia kebetulan melewati rumah Pak Yahya pukul sebelas malam. Yang sampai saat ini, itu selalu menjadi mimpi buruk, karena Galang tiba-tiba menghilang tak ada kabar lagi.
Ia sangat penasaran dan ingin mengetahui peristiwa apa yang menimpa Galang hingga ia meninggalkan rumah orang tuanya.
Tapi saat itu, waktunya sangat terbatas karena kuliahnya juga pindah ke Makasar. Jarak memisahkan mereka, tapi hatinya benar-benar tak bisa mengenyahkan lelaki itu dalam pikirannya.Bahkan sampai acara hampir selesai, ia tak melihat kedatangan Galang.
"Hei, sudahlah. Jangan terus memajukan mulutmu seperti itu, tampangmu sudah cukup jelek," ucap Pangeran.
"Hah?" Thea menoleh karena kaget, bahkan ia tak menyadari kedatangan Pangeran di sebelahnya.
Pangeran terkekeh kecil melihat tampangnya yang masih menganga.
"Ck. Apaan sih." celetuknya pada Pangeran.
Lagi-lagi Pangeran terkekeh kecil, namun ia masih juga menatap kedepan melihat ke arah kerumunan orang-orang yang mulai meninggalkan rumah ini.
"Dia sepertinya tak datang," ucap Pangeran.
Thea terdiam dan menghela napas pendek. Memang terasa sesak saat ia merasa kecewa tak bisa bertemu dengan lelaki itu hari ini.
"Sudahlah, apa tak lebih baik kau move on saja? Ini sudah terlalu lama. Dan Galang juga mungkin sudah jadi milik orang lain saat ini," ucap Pangeran lagi.
Thea mengernyitkan kening dan menoleh kearah Pangeran.
"Kamu itu peramal, ya?"
"Maksudmu?"
"Kamu ko selalu bisa baca pikiran aku? Baru aja sedetik tadi aku mikirin itu. Kamu udah ngomong duluan." ucapnya seraya mengambil sebuah gelas berisikan air minum di atas meja tempat mereka berdiri.
"Bukan, tapi memang wajahmu terlalu ngenes untuk dilihat. Itu sangat jelas kalau kau memang gagal move on," ucap Pangeran bernada meledek dengan gaya bicaranya yang kaku.
Thea merengut.
"Emh! Iya terus! Terus aja kamu ledekin, gagal move on! Jomblo ngenest! Ketuaan! Keluarin lagi semua ledekan kamu, ish ...!" Thea benar-benar marah. Tapi pangeran malah semakin tertawa.
Thea mendengkus kesal, ia meletakkan gelasnya lagi setelah meneguk habis isinya.
"Aku kayaknya gak lama deh, Ran. Masih ada urusan soalnya, aku mau ke tempat Aida dulu, ya," ucap Thea dan disambut anggukan kecil Pangeran.
"Ok--"
"Ih, kamu mau pulang? Jangan dong. Nginep di sini ya ... please." Tiba-tiba Aida datang menahan langkah Thea.
"Maaf, Ai. Tapi aku lagi ada urusan penting."
"Urusan apa sih? Sampe lupa sama hari bahagia sahabat sendiri. Padahal kamu udah jarang banget ke Jakarta." Aida memasang wajah paling mengerikan bagi Thea, ia bertingkah seperti anak kecil padahal ia sudah punya anak sekarang.
"Tapi, Ai--"
"Aden, maaf. Di luar ada yang mencari Den Pangeran sama Non Aida," ucap asistant rumah tangga Aida. Membuat ketiga orang di hadapannya menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TAK DIINGINKAN
FanfictionEND❤ Tentang perjuangan dari seorang anak yang ingin mendapat pengakuan dari ibu kandungnya selama belasan tahun. Perjalanan mempertahankan rumah tangga dengan pertaruhan nyawa. Penuh siasat dan intrik.