Thea menggeliat kecil, tubuhnya terasa remuk ketika pertama kali tersadar dan membuka mata lebar-lebar. Suara alarm berdering lantang memenuhi kamar, membuat seseorang yang berada di sebelahnya ikut terusik dari mimpi indah.
Galang seolah betah di balik selimut, satu lengannya masih melingkar di perut Thea tak ingin lepas. Ia tersenyum beberapa saat kemudian setelah membuka mata.
"Pagi," sapanya dengan suara sedikit serak. Kesadarannya masih belum kembali sepenuhnya. Melihat seorang wanita berwajah polos tanpa make up memandangnya dengan kesal.
"Ayo, bangun. Jangan tidur terus," kata Thea sedikit menggerakkan bahu Galang. Dengan posisi tubuh tertelungkup dan hanya berbalutkan selimut tebal sepinggang. Thea bisa lihat dengan jelas otot-otot tegas suaminya. Ia tidak bisa membayangkan tubuh lelaki mana lagi yang mampu menjadi candu untuknya.
"Iya, iya, aku bangun." Galang mulai beranjak dari tempat tidur. Ia berjalan menuju kamar mandi lebih dulu.
Thea menyusul. Galang sungguh membuktikan ucapannya tentang anak, lihat saja akibat ulahnya. Pakaian semalam tercecer di lantai, tubuhnya juga terasa lelah dan ingin sekali bermalas-malasan.
Usai melakukan Salat Subuh berjama'ah. Sekitar pukul setengah delapan pagi, Thea mulai menyibukkan diri di dapur. Biasanya, ia jarang sekali memasak. Setiap pagi, asupan makanan ke dalam perutnya cukup dengan roti dan selai stroberi saja. Selera makannya hilang, sebab dulu pikirannya selalu berpusat pada Galang. Mengkhawatirkan suaminya yang entah berada di mana.
Namun, sekarang semuanya berbeda. Semua hidangan yang disantapnya terasa nikmat. Karena kepalanya tak perlu lagi berpikir keras bagaimana nasib lelaki itu.
"Masak apa?" bisik Galang di samping telinga Thea. Kedua lengannya melingkar posesif di perutnya lagi.
"Telur balado, kamu masih suka, nggak? Aku gak punya banyak bahan makanan, karena aku gak pernah belanja isi dapur. Jadi, gunain bahan yang ada aja, nggak papa, 'kan?" tanya Thea balik.
Ada beberapa jenis bahan di meja dapurnya, kol, wortel, beberapa butir telur, mentimun dan sedikit brokoli. Entah ini milik siapa, atau biasanya, para pegawainya menyimpan bahan makanan ini untuk makan siang bersama. Ia membebaskan para pegawainya memakai dapur agar mereka nyaman. Karena mereka sudah ia anggap keluarga sendiri.
"Mau aku yang masak?"
"Emh ... mentang-mentang udah jadi chef, jadi nggak mau lagi makan masakan aku?" tanya Thea.
Galang tersenyum. Ia memutar balikkan tubuh Thea hingga menghadap ke arahnya. Mengambil alih pekerjaan wanita itu, Thea lagi-lagi bisa menghirup aroma mint yang menguar dari tubuh Galang dalam jarak sedekat ini.
"Bukan begitu. Kamu masih ada kerjaan lain, baju-baju kotor sudah menunggumu di mesin cuci. Aku tidak biasa dengan rumah berantakan dan kotor."
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TAK DIINGINKAN
FanfictionEND❤ Tentang perjuangan dari seorang anak yang ingin mendapat pengakuan dari ibu kandungnya selama belasan tahun. Perjalanan mempertahankan rumah tangga dengan pertaruhan nyawa. Penuh siasat dan intrik.