Kehilangan Itu ....

1.5K 122 12
                                    

Beberapa bulan setelah itu, Nayla tak pernah lagi menghubungi Galang, dan Galangpun juga tak pernah menghubunginya lagi. Ia faham, mungkin masih terasa berat untuk Nayla dengan semua ini. Setelah apa yang mereka lewati beberapa tahun terakhir, nyatanya hubungan mereka renggang karena satu masalah.

Dan Thea? Apa yang terjadi dengannya setelah hari itu?
Yah, dia sudah terlanjur merasa nyaman, nyaman dengan seorang yang dulu pernah ia tolak. Seorang yang sama sekali ia tak inginkan dalam hidupnya. Ternyata, ada lebih dari satu hal yang membuatnya merasa tak ingin perpisahan itu terjadi.
Alasan pertama, adalah karena Galang ternyata mampu menjadi imam yang baik.
Dan yang kedua, dia mencintai pemuda itu karena Allah.

***

"Asalamualaikum, Den? Non? Bibi udah siapin sarapan, tuan juga sudah menunggu."

Terdengar suara Bi Esti seraya mengetuk pintu sebuah kamar.

Galang dan Thea sebenarnya sudah terbangun, namun karena ini hari libur, mereka berdua seolah nyaman ingin berada didalam kamar 'berdua'.

Thea yang biasanya setelah salat subuh langsung membantu Bi Esti di dapur, tapi hari ini tidak ia lakukan karena Galang terus memelas ingin ditemani.

"Iya, Bi!" seru Galang sedikit berteriak menjawab perkataan Bi Esti.

Ia dan Thea masih berada di tempat tidur, menghadap ke arah samping dengan satu tangan kirinya ia gunakan sebagai alas kepala dan satu tangan kanannya yang ia gunakan untuk memeluk tubuh istrinya.

Ia tersenyum manis saat melihat wajah Thea yang polos dengan tanpa polesan makeup di pagi hari itu sekarang menatapnya dengan sedikit kernyitan dikeningnya.

"Kenapa?" tanya Galang.

"Kamu gak mau bangun? Papah udah nungguin tau."

"Lima menit lagi boleh gak?" ucap Galang seraya mengeratkan pelukanya pada Thea dan membenamkan kepala Thea di dadanya.

Thea tersenyum manis, ia tak melepaskan pelukan Galang. Ini sangat terasa nyaman saat Galang memeluknya seperti ini. Yang entah sejak kapan, ia mulai terbiasa dengan pelukan hangat Galang padanya.

Terlebih ia juga sudah memberikan malam pertamanya pada Galang dan tak pernah menyangka ia bisa melakukan itu.

Apa ia sudah jatuh cinta? Lalu apa Galang juga mencintainya? Ia tak tahu. Tapi yang jelas, ia begitu terlena pada setiap perlakuan Galang padanya.

"Eumh ... itu, hari ini ada rencana kemana?" tanya Galang lagi.

"Yah, kaya biasa. Aku mau cek toko sebentar, abis itu mau kerumah ibu. Aku kangen sama ibu, udah dua minggu aku gak datang untuk menengoknya."

"Cie."

"Cie kenapa?"

"Yang udah jadi bos."

"Ck, jangan meledekku terus." Thea tersenyum manis.
Karena sekarang, usaha yang mereka geluti bersama kini sudah berbuah manis, usaha itu berjalan lancar dan saat ini mereka sudah memiliki karyawan karena Thea sudah menandatangani kontrak dengan satu perusahaan besar.

Dengan penghasilan yang lumayan dari penjualannya, setidaknya ia kini tak perlu bekerja di caffe lagi. Ia sudah berhenti selain karena itu tetapi juga karena Galang memintanya untuk berhenti.

Awalnya, Wingky terlihat kecewa tapi ia sedikit memaksa ingin keluar, sebab permintaan Galang adalah satu kewajiban untuknya yang harus ia turuti.

"Alhamdulillah, kita harus bersyukur. Karena atas izin Allah swt usaha kita berjalan lancar," ucap Galang.

YANG TAK DIINGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang