Cinta Itu ... Kamu

1.7K 122 20
                                    

Thea melajukan mobilnya cukup kencang ingin menyusul kendaraan di depannya. Jalanan ini untungnya cukup sepi karena hujan deras mengguyur dan membuat langit semakin gelap. Perasaannya tak karuan, sungguh Thea tak kuasa lagi menahan semuanya seorang diri, apalagi melihat keadaan Galang yang mendadak menolak kehadiran semua orang.

Ckit!

Suara decitan rem terdengar seketika membuat putaran roda kedua mobil terhenti mendadak. Hampir saja mobil Galang dan Thea saling membentur jika tidak tanggap dalam menyetir.

"Apa-apaan orang itu?!" Galang mengumpat. Setelah mematikan mesin mobil, ia mengambil sebuah payung dan pergi keluar untuk menemui orang yang berani menghentikan mobilnya di tengah hujan.

"Keluar! Siapa kau? Dan apa maumu?!" Galang mengetuk kaca gelap pintu mobil itu. "Hei ...!" Berulang kali ia mengetuk, tapi si pemilik mobil tak kunjung keluar juga.

Lama-lama ia mulai jengah. Galang memutar tubuh hendak kembali ke mobilnya lagi dan menghidari orang yang menurutnya kurang kerjaan itu. Tapi, belum sempat ia membuka pintu, tangannya lebih dulu ditarik oleh seseorang. Hingga ia memutar tubuh dan melihat penampakkan seorang wanita yang sempat dilihatnya di rumah Pangeran.

"Kau?" Galang mengernyit.

Dalam sekejap tubuh wanita itu basah kuyup, embusan angin di tengah hujan membuat tubuhnya gemetar melawan kedinginan. Wanita itu sebisa mungkin memberi senyum tipis membuat kernyitan di dahi Galang bertambah.

"Ha-hai."

"Kenapa kau lakukan ini? Apa kau tahu, perbuatanmu ini bisa saja mencelakai kita berdua, huh?!"

Thea menekan ujung jemarinya, ia gugup. Pertama kali ia mendengar Galang bersikap dingin melebihi dinginnya cuaca yang menembus kulit tipisnya saat ini.

"Ma-maaf. Aku tdak tahu lagi bagaimana cara menghentikanmu. Aku hanya ingin bicara," ucap Thea.

"Bicara? Kau berkata seolah kita telah mengenal dengan baik. Harusnya kau berpikir dua kali sebelum mengajakku celaka!" ucap Galang begitu sinis dan mulai membuka pintu mobil tanpa mempedulikan Thea. "Pulanglah. Kurasa kita tidak ada urusan sama sekali."

"Ada!" Thea dengan cepat menahan Galang dan menutup rapat pintu mobilnya. Membuat lelaki itu tampak marah atas sikapnya ini. "Urusan kita belum selesai. Aku hanya ingin kejelasan, kenapa kamu bersikap kaya gini, Lang? Aku tidak tau perasaan apa ini. Tapi aku benci saat kamu pura-pura lupa sama aku! Kamu boleh aja marah dan memaki kesalahanku dulu. Tapi jangan pernah menganggap kalau kita cuma kenal satu hari!"

"Apa semua itu penting bagimu? Bukankah seharusnya salah satu pertanyaan itu untukmu? Kenapa kau menganggap salah sikapku ini?"

Pertanyaan itu dikembalikan oleh Galang. Membuat Thea merasa kalah telak oleh sikapnya sendiri. Kenapa ia merasa jauh lebih berhak menghakimi lelaki itu? Jika dulu keinginannya adalah supaya Galang menjauhinya dan melupakan hubungan mereka. Tapi kenapa sekarang ia begitu egois?

"Baiklah. Kurasa kau memang salah orang," ucap Galang lagi.

Thea menggeleng. "Enggak. Aku enggak salah orang! Kau tetaplah Galang ... hiks. Kau ... tetap Galang. Suamiku ...."

Lontaran kalimat itu membuat kedua mata Galang membulat sempurna sesaat. Wanita itu menangis, telapak tangan dinginnya meresap saat Thea masih menggenggam lengannya.

Tangisan Thea utuh tanpa ingin berhenti. Lelaki dingin yang masih berstatus sah sebagai suaminya secara hukum itu tak tergerak sedikitpun. Entah harus bagaimana ia mengungkapkan perasaan ini. Sampai pada akhirnya pertahanan yang ia bangun roboh dan melebur bersama derasnya hujan.
***

YANG TAK DIINGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang