Perasaan Yang Diuji

1.4K 106 5
                                    

Haripun berlalu, usaha aksesoris yang dilakukan oleh Galang dan Thea dimulai, karena sebelumnya Thea sudah memiliki langganan sendiri, aksesoris itupun laku terjual. Apalagi tempat yang mereka sewa pun cukup strategis dan ramai orang.

Tua muda sampai anak anak datang ketoko mereka karena yang mereka jualpun bukan hanya aksesoris saja, ada pula barang lain yang mereka jual.

Dan sesuai kesepakatan, Galang yang menjaga toko sedangkan Thea masih bekerja sampingan di caffe.
Setiap malam mereka berdua membuat aksesoris bersama.

Selalu bersama.

Yah, tak pernah mereka sadari, kini mereka selalu bersama. Tertawa, bercanda, bahkan keributan kecil pun tak membuat mereka risih karena sudah terbiasa.

Dan hari ini.

Galang bergegas pergi ke tokonya, ia sangat bersemangat karena sedikit harapan yang ia miliki jika toko ini berkembang. Yaitu, ia tak begitu bergantung pada ayahnya.

Setelah pulang beberapa hari lalu, ibunya kini sudah pergi lagi entah kemana. Meskipun sudah terbiasa, tapi tetap saja ia selalu berharap bahwa ibunya akan pulang cepat.
Yang pada kenyataanya ia menyadari, kalau ia akan selalu ditolak.

"Bismillah, semoga hari ini bisa laku! Amin," gumamnya pada diri sendiri saat ia mulai membuka pintu tokonya.

***

Waktu terus berjalan dan Galang masih berada di tokonya sambil membuka berita harian di koran. Ada cukup banyak orang yang datang ketoko dan sedang melihat lihat aksesoris jualannya.
Galang masih fokus membaca membiarkan para pembeli itu memilih apa yang mereka sukai.

Sampai pada akhirnya.

"Asalamualaikum." Terdengar ada seseorang yang mengucapkan salam hingga Galang menjawab dan menoleh.

"Wa alaikum salam," Ia tersenyum saat melihat Thea datang dengan Aida dan Pangeran bersamanya.

"Wah! Rame banget! Thea, jadi ini toko yang kamu bilang itu?" ucap Aida bersemangat seraya melihat sekelilingnya dan mengikuti langkah Thea menghampiri Galang.

"Eh! Ada kodok! Gila, udah lama kita gak ketemu, lo beda banget ya sekarang," ucap Galang dengan kata katanya yang tak henti meledek jika sudah bertemu dengan Pangeran.

"Ish ... berenti manggil dia kodok!" ucap Thea ketus seraya mencubit lengan Galang.

"Dih, sama aja kan? Justru gue itu manggil dia kodok karena nama dia Pangeran, Pangeran kodok! Iya gak?" celetuk Galang.

"Terserah lah, siapapun tak pernah bisa menghentikan ocehanmu itu." ucap Pangeran seraya menjabat tangan Galang dengan senyuman.

Galang dan Thea terkekeh kecil, sedangkan Aida kini malah sibuk memilih-milih aksesoris.

"Akh! Thea ini bagus banget!" ucap Aida yang kini memegang satu buah aksesoris di tangannya. Thea dan Galang menoleh. "Traktiran sahabat boleh dong?" ucapnya lagi.

"Iya boleh, calon artis." ucap Thea yang menggelengkan kepalanya karena lucu sendiri melihat tingkah sahabatnya itu.

"Asikkk," ucap Aida senang.

"Oh ya, kamu udah makan siang belum? Udah lama buka toko?" tanya Thea pada Galang.

"Ya belom lah, gimana mau makan. Orang rame gini, eh tapi lo ko bisa kesini si? Lo gak kerja di caffe?" jawab Galang sekaligus bertanya.

"Oh itu, hari ini caffe tutup. Aku juga gak tau apa alasanya. Jadi aku inisiatif kesini aja buat nemenin kamu jaga toko," jawab Thea.

"Cie, perhatian banget sih. The, kita beli makan di luar yu, tar kita bawa kesini sekalian makan bareng, gimana?" ucap Aida.

YANG TAK DIINGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang