Pertemuan Terakhir ....

1.7K 113 33
                                    

Thea dan Bi Esti masih berada di rumah sakit bogor.
Saat ini, suara adzan subuh berkumandang dengan menyisakan kesedihan. Biasanya, setiap azan subuh tiba, Galang selalu memeluknya dari belakang saat ia sedang mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ia memberikan senyuman manis dan mengajaknya salat subuh berjama'ah.

Dengan sedikit celotehan merayu yang membuatnya tertawa di pagi hari. Ia bisa memulai harinya dengan senyuman. Tapi sekarang, pelukan dan senyuman hangat itu menghilang darinya.

Thea masih berada di dalam sebuah masjid terdekat dari rumah sakit, sejak semalam, tak henti-hentinya ia berdo'a demi kesembuhan dan demi meminta petunjuk dari masalahnya ini.

Thea kini memegang sebuah gawai di tangannya. Ia berkali-kali menghela napas saat menghidupkan gawai ini. Mencoba menguatkan dirinya lagi, bahwa keputusan yang akan ia ambil adalah cara yang terbaik untuk semuanya.

Suara ringtone terdengar menyesakkan dada, tapi ia tetap harus kuat saat ia bicara dengan seseorang yang akan ia hubungi ini.

Ini demi Galang.

Demi suaminya. Sekali lagi ia membulatkan tekad saat memencet tombol panggil di ponselnya.

"Thea?"

Thea diam beberapa saat.

"Akhirnya kau menelpon juga, bagaimana? Apa kau sudah mengambil keputusan?" tanya orang itu lagi.

"Iya, Ky," jawabnya sangat pelan.

Suara seorang pemuda dari balik telpon itupun terdengar terkekeh kecil setelah mendengar jawabannya.

"Lalu?"

"Aku akan menuruti permintaanmu, tapi dengan dua syarat," ucap Thea.

"Apa itu?"

"Setelah kau mencabut tuntutanmu, ijinkan aku menemaninya hingga ia keluar dari rumah sakit, setelah itu aku akan pulang bersamanya dulu ke rumah. Aku ingin mengambil barang-barangku dari rumahnya."

"Apa itu harus? Kau akan mendapatkan segalanya denganku, tinggalkan saja barang-barangmu itu."

"Harus, Ky. Jika kau tak menuruti syaratku, aku akan menghilang selamanya. Dan kau takan pernah bisa menemuiku lagi," ucap Thea.

"Apa kau sedang mengancamku?"

"Tidak, ini serius, Ky."

Terjadi keheningan beberapa saat, sampai akhirnya Wingky bersuara lagi di telpon.

"Baiklah, aku terima syaratmu. Tapi, hanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Aku akan menjemputmu hari itu juga."

Thea diam tak menjawab.
Dan iapun langsung mematikan telponnya.

***

Hubungan Galang dan Bi Esti kini mulai merenggang, Galang tak pernah bicara ataupun menyapanya lagi. Ia selalu menghindar setiap kali Bi Esti memberikan perhatian terhadapnya. Sikapnya yang begitu berubah drastis dan menjadi dingin membuat Thea tak tau apa yang harus ia lakukan. Apa yang terjadi di antara merekapun ia tak tau. Baik Galang ataupun Bi Esti, mereka berdua tak ada yang ingin bercerita. Lagi-lagi ia harus berada di posisi seperti ini. Sebuah posisi dimana ia tak tau menau tentang masalah keluarga suaminya.

Wingky pun sudah menepati janjinya, yaitu mencabut tuntutannya pada Galang. Ia tak henti mengubungi Thea untuk menagih janji, agar Thea bisa meninggalkan Galang sesuai kesepakatan mereka.

Namun Thea masih ingin mengulur waktu, seperti apa yang di usulkan oleh Pak Yahya. Memang tak mudah menangani orang seperti Wingky. Mereka harus hati-hati, dan menjalankan apa yang sudah mereka niatkan dari awal.

YANG TAK DIINGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang