Keputusan Galang

1.6K 110 5
                                    

Saat matahari pagi sudah menyapa sebagian dunia, Thea membuka tirai jendela kamarnya, membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar.
Ia menghirup udara segar di pagi hari ini dengan senyuman, melihat kesekeliling yang sudah ada banyak orang sibuk dengan urusan masing-masing.

Thea pun berjalan lagi ke tempat tidur, Galang, suaminya itu masih tertidur lelap setelah selesai salat subuh.

"Alhamdulillah, panasnya udah turun." gumamnya kemudian seraya membereskan handuk kompresannya.

"Thea." Galang yang mulai terusik memanggil dengan suara pelan.

"Iya, kenapa?" tanya Thea. Ia melihat Galang sudah membuka kedua matanya, masih tampak pucat setelah demam yang menyerangnya semalaman.

"Maaf, kayanya hari ini gue gak bisa pergi ke toko, badan gue masih lemes banget," ucap Galang.

"Oh, kamu gak usah mikirin toko, yang penting kamu sehat dulu. Gak papa, biar nanti aku yang ke sana buat ngecek. Oh ya, lebih baik kamu sarapan dulu. Aku udah bikinin bubur buat kamu."

Galang pun mencoba bangun dari tidurnya dibantu oleh Thea.

Thea juga langsung mengambilkan satu buah meja mini yang diatasnya tersimpan satu mangkok bubur dan satu gelas air putih.

"Tapi gue belom mandi, masa iya langsung makan," ucap Galang.

Thea tersenyum manis seraya menyimpan meja mini itu di hadapan Galang.

"Tadi subuh kan udah, lagipula. Apa kamu mau makan kalo gak aku suruh sekarang?"

"Oh, kalo gitu, sekalian aja."

"Sekalian? Maksud kamu?" Thea mengernyitkan kening saat mendengar perkataan Galang.

"Suapin." Galang memasang wajah memelas.
Sedangkan Thea malah sedikit merengut kesal di hadapannya.

"Kamu kan punya tangan, makan sendiri aja kenapa sih?" ucap Thea yang masih berdiri di samping Galang duduk.

"Tangan gue sakit tau, masa iya gue makan pake tangan kiri? Lo mau bikin gue jadi kaya jin?"

"Ck, dasar manusia! Selalu aja minta lebih," gerutu Thea. Namun ia malah duduk ditempat tidur dan mengambil mangkok berisikan bubur itu.

Galang tersenyum lebar dan membuka mulutnya menerima satu suapan dari Thea. Sedangkan Thea sendiri pun tak berani menatap mata Galang saat menyuapinya, karena ia sendiri heran mengapa ia malah menuruti permintaan Galang yang pastinya hanya 'modus' belaka ini.

"Eumh, The. Besok lusa, gue mau pergi ke Bandung sama Nayla. Boleh gak?"

TUKKK!

Terdengar suara sendok yang cukup nyaring saat Thea menghentikan gerak sendoknya di mangkok. Thea terdiam beberapa saat dan masih tak melihat Galang.

"Mau ngapain?" tanyanya kemudian.

"Itu, gue mau nganter dia doang kok. Abis itu gue pulang lagi abis nganterin Nayla,"

"Oh, kenapa kamu nanya aku dulu? Biasanya juga enggak kan," ucap Thea datar seraya menyendokkan satu sendok bubur yang sangat besar dan di sodorkannya langsung ke arah mulut Galang.

"Itu karena, mulai saat ini gue bakal selalu jujur sama apa yang gue lakuin di luar sana. Supaya lo gak salah faham lagi,"

"Sejak kapan kamu peduli aku salah paham atau enggak?"

"Trus, dijinin apa enggak?" tanya Galang balik.

"Kalo aku gak ngasih ijin?"

"Gue gak akan pergi,"

YANG TAK DIINGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang