Perasaan Yang Diuji 3

1.4K 108 16
                                    

Matahari pagi sudah menyapa Thea, ia yang berada di rumah ibunya terbangun seperti biasa pukul setengah empat subuh.
Hari ini adalah hari minggu, hari dimana ia bisa melepas penat setelah melewati enam hari kebelakang yang cukup menyibukkannya.

Satu hari dirumah ini, entah kenapa ia merasa ada yang kurang. Seperti ada yang mengganjal dalam hatinya yang ia sendiri tak begitu tau apa sebabnya.

Setelah pekerjaan rumah selesai pukul sembilan tepat, ia mulai merapihkan tas dan pakaiannya bersiap kembali pulang kerumah Galang. Karena semenjak ia menikah, ibunya selalu saja mengusirnya dari rumah.
Meskipun ia tau bukan itu maksudnya, tapi kali ini ia sedang kesal pada Galang hingga membuatnya malas pulang kerumah itu.

"Berikan ini pada suamimu, sampaikan salam ibu untuknya ya," ucap Bu Lestat seraya memberikan sebuah rantang berisikan makanan.

"Ibu, kenapa aku harus pulang sekarang sih? Ijinin aku tinggal disini ... dua hari aja," ucapnya sedikit memasang wajah memelas pada ibunya.

"Ck! Sudah sering ibu bilang kan, setelah menikah. Kamu bukan tanggung jawab ibu lagi, dan sebagai istri, tak baik meninggalkan rumah tanpa seijin suami. Harusnya kamu ngerti dong kewajiban kamu sekarang," jawab Bu Lestat.

Thea merengut, harusnya ia juga sudah tau ibunya akan terus memojokkannya seperti ini.
"Iya iya, kalo gitu aku pulang ya bu." jawabnya bernada malas seraya menyalami tangan ibunya.

***

Sesampainya dirumah, Thea membuka pintu kamar dan mengucapkan salam. Tak ada jawaban dari siapapun.

"Kemana dia?" tanya Thea pada diri sendiri seraya meletakan tasnya.

Iapun berjalan menuju kamar mandi, pemuda itu tak ada.
Tirai jendelapun tampak masih tertutup dan mendadak ia buka untuk membiarkan cahaya matahari masuk kedalamnya.
Setelah cukup lama berada didalam, ia mulai heran.
Kenapa Galang tak terlihat, padahal ini masih termasuk jam pagi.

"Apa dia pergi ketoko?" tanyanya lagi pada diri sendiri seraya berjalan menuju dapur untuk mencari Bi Esti.

Makanan yang ia bawapun masih belum ia buka dan ia letakan didapur, karena saat ia datang tak ada siapapun di dalam.

"Non Thea?"

"Astagfirullahal adzim, Bibi." Thea agak kaget saat mendengar ada seseorang yang tiba tiba memanggilnya. Dan ia lihat, Bi Esti tengah berjalan kearahnya dengan barang belanjaan yang cukup banyak.

"Bibi, Bibi abis dari supermarket? Sini aku bantu," ucap Thea seraya mengambil satu kantong plastik besar bawaan Bi Esti.

"Iya Non, terimakasih banyak. Oh ya, apa ibu Non Thea sehat dirumah?" tanya Bi Esti.

"Emh, alhamdulillah sehat Bi," jawab Thea.
Ia dan Bi Esti kini berjalan menuju dapur untuk meletakan barang belanjaan itu sebelum menyusunnya di dalam kulkas.

Bi Esti tersenyum tipis. "Lalu, apa Den Galang betah menginap disana?" tanya Bi Esti.

"Hahh? Galang?"

"Iya, Den Galang. Masa Non Thea lupa sama nama suami sendiri,"

Thea terkekeh kecil mendengarnya. "Bibi nih ada ada aja, tapi semalem Galang gak nginep dirumah aku Bi. Ini aja aku pulang karena disuruh ibu, soalnya aku belum ijin sama dia."

"Loh, Bibi pikir Den Galang ikut menginap dirumah Non Thea. Sebab semalam Den Galang tak pulang kerumah,"

Thea mulai mengernyitkan keningnya karena heran setelah mendengar perkataan Bi Esti.

"Dia gak pulang? Tapi, dia beneran gak ikut sama aku loh Bi. Trus dia kemana ya?" ucap Thea.

"Astagfirullahal adzim, apa Den Galang menghubungi Non Thea sebelumnya?"

YANG TAK DIINGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang