"Asalamualaikum, Bibi?" ucap Galang setelah mereka berdua sampai dirumah.
Pukul setengah sembilan malam ia baru pulang, setelah satu hari kemarin ia tertahan di rumah sakit. Bi Esti pasti sudah mengkhawatirkannya saat ini. Ia dan Thea pun masuk kedalam, dan mereka lihat Bi Esti tengah berlari kecil ke arah mereka dengan senyuman lebar.
"Bibi," ucap Galang seraya menyalami tangan Bi Esti.
"Aden, ya ampun. Jadi benar apa yang dikatakan Tuan? Bibi dengar, Aden masuk rumah sakit karena terserempet mobil? Apa aden sudah baik-baik saja?" tanya Bi Esti dengan cepat membrondong Galang dengan pertanyaan.
Galang dan Thea tersenyum, karena meskipun Bi Esti sekarang masih menangis namun mereka lihat raut wajah kebahagiaan yang dipancarkan Bi Esti setelah melihat Galang.
"Tuh kan, udah aku duga pasti papah cerita sama Bibi, ck!" gerutu Galang pada dirinya sendiri.
"Kalau den Galang sudah bertemu Tuan tadi siang, kenapa Aden tak langsung pulang?" tanya Bi Esti lagi.
"Hehe. Maaf bi, tadi siang ada urusan yang harus aku selesain, jadi aku gak pulang. Maaf ya, kayanya lagi lagi aku udah bikin Bibi nangis." ucap Galang.
"Tak apa, asal Aden pulang kerumah pun Bibi sudah bersyukur. Tapi lain kali, Aden harus kabari Bibi, Bibi benar-benar khawatir."
"Siap Bibi ku cantik," ucap Galang bersemangat.
"Ya sudah, kalau begitu Bibi akan buatkan teh hangat untuk Aden dan Non Thea."
"E, gak usah Bi. Aku mau langsung ke kamar aja. Badan aku udah pegel-pegel, pengen tidur." ucap Galang cepat sebelum Bi Esti melangkahkan kakinya kedapur.
Bi Esti hanya tersenyum dan mengangguk pelan mengiyakan. Setelah Bi Esti pergi kekamarnya lagi, Galang dan Theapun kini melangkah menuju kamar mereka.
Tapi sebelum mereka benar-benar sampai kamar, sekali lagi Galang berdiri dihadapan Thea dengan cengiran lebar.***
Pukul sembilan malam setelah Thea dan Galang pulang kerumah. Thea kini sedang duduk di atas karpet dan berusaha fokus menggambar desain aksesoris nya diselembar kertas yang berada diatas meja.
Berusaha?
Yah, dia masih berusaha fokus, karena apa? Karena ucapan Galang saat mereka hendak masuk kamar, sungguh membuatnya terganggu.
Sekali lagi ia melihat ke arah Galang yang berada di hadapanya, pemuda itu masih membantunya membuat aksesoris meskipun sangat lambat karena tangannya terluka.
Ia heran, mengapa Galang tak pergi tidur duluan saja jika tengah sakit seperti itu.
Kenapa Galang malah membantunya?Thea berdeham, mencoba mengusik keheningan di antara mereka berdua.
"Berhenti maksain diri, tidur aja kalau badan kamu masih sakit." ucap Thea datar dan tak menatap mata Galang.
"Aihhh, diam diam ada yang peduli sama gue."
Thea menghela nafas sejenak dan meletakan pekerjaannya diatas meja. Karena lagi-lagi Galang bicara seolah merayunya.
"Tidur, sebelum aku berubah pikiran dan nyuruh kamu tidur di luar." ucapnya lagi dengan nada lebih serius.
"Hmhh, iya deh iya. Gue tidur," ucap Galang bernada malas dan meletakan pekerjaannya dimeja. Iapun menggeliat untuk sedikit merenggangkan otot ototnya yang pegal.
Sedang Theapun kembali melanjutkan pekerjaanya dengan tanpa berkata lagi.
"Ya udah, gue tidur duluan ya." ucap Galang lagi seraya beranjak dari duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YANG TAK DIINGINKAN
Fiksi PenggemarEND❤ Tentang perjuangan dari seorang anak yang ingin mendapat pengakuan dari ibu kandungnya selama belasan tahun. Perjalanan mempertahankan rumah tangga dengan pertaruhan nyawa. Penuh siasat dan intrik.