13.// Casate Conmigo (1)

30.5K 2.1K 61
                                    

Jadi, menikahlah denganku

-Mafia and Hijab-



🚫Siap siap geleng geleng kepala karena pusing ceritanya makin absurd🚫

























×××××××××××

Will telah memindahkan Sela dalam keadaan koma ke Cordoba. Bukan untuk di pindah rawat ke rumah sakit yang lebih baik tapi, untuk Will rawat sendiri di rumah. Will pikir, justru jika Sela di rawat di rumah sakit kan lebih bahaya.

Will memerintah Ansel agar mengurus itu semua dengan pihak rumah sakit Santa's Consina. Agar mereka memindahkan sebagian alat penunjang hidup sela ke mansion Will yang cukup jauh dari pusat kota.

Pihak rumah sakit menyetujui dan mereka pun memberi pendampingan dokter dan juga perawat untuk memantau perkembangan kesehatan Sela.

Masih dengan alat yang menempel di tubuhnya, Sela di pindahkan menuju kamarnya. Dengan menggunakan tenaga Will sendiri, pria itu membopong tubuh Sela perlahan menuju kamarnya di lantai dua. Ya. Kamarnya dalam arti kamar Will. Will putuskan seperti itu agar ia lebih mudah memantau perkembangan Sela.

Suara alat dan juga tiap tetes cairan infus yang masuk ke tubuh Sela, adalah tiap tetes penyesalan yang Will rasakan saat ini. Ruang kamar Will yang hanya memiliki cahaya dari lampu tidur, seolah terasa lebih mendukung perasaan bersalah Will.

Sinar rembulan yang masuk dari jendela kamar Will, sedikit menyinari wajah Will yang kini nampak di tumbuhi sedikit rambut rambut. Will duduk dengan berjegang kaki dan mengusap rokok lewat cerutunya.

2 botol wine sudah Will habis akan sendiri. Seharian ini tidak ada yang Will lakukan selain duduk di kursi santai yang menghadap ke arah ranjang, merokok, dan meminum wine saja. Will selalu memandang gadisnya yang tengah terkulai lemah karena perbuatannya. Mata tajam Will selalu menatap tubuh Sela dengan datar.

Will menaruh cerutunya di meja juga gelas wine-nya. Will beranjak dari kursi santai tersebut menuju ranjang. Will kembali duduk di tepi ranjang yang Sela tempati. Mengusap pipi Sela yang tetap merah merona meskipun kini  terlihat lebih pucat. Alat deteksi detak jantung yang mengesalkan itu masih saja berbunyi dan menganggu kedamaian Will.

Setiap dentingan suara alat tersebut, bagaikan teka teki menegangkan. Will takut, jika kemungkinan buruk itu terjadi suatu saat nanti alat tersebut berbunyi panjang, maka saat itu juga Will tidak tahu harus melakukan apa. Namun, Will selalu menepis pikiran buruknya itu.

"Kau akan selamat. Kembali ceria seperti dulu. Meskipun aku tidak pernah melihat mu ceria saat bersamaku." gumam Will.

Kembali Will menghembuskan nafas lelah. Sebelum ia beranjak untuk keluar dari kamarnya itu. Dengan wajah lelah, Will menuruni anak tangga menuju dapur mansionnya. Ansel datang masih dengan tab yang selalu setia menemani di tanyanya.

"Siapkan makan malam untuk ku. Siapkan semua di kamarku." ucap Will pada Mia yang baru saja datang.

"Baik tuan."

Mia pergi, tinggal Ansel dan juga Will. Will yang sempat pergi meninggalkan Ansel beberapa langkah, kembali berbalik badan menghadap pria itu.

"Kau... Aku kecewa pada mu."

Destiny (Mafia Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang