≈ Apa aku harus mengalah dengan disertai rasa sakit ini? ≈
≈≈≈
Mobil Ansel berhenti di depan sebuah rumah besar yang kerap di sebut dengan mansion itu, sungguh tidak asing bagi Sela. Rumah besar ini lah yang menjadi tujuan akhir Sela pada perjalanan menuju Spanyol. Entah sekarang Sela harus senang, sedih, atau bahkan takut.
Ansel sudah turun dari mobil ini. Tinggal lah Sela sendiri didalam mobil tersebut. Pikiran Sela melayang tak karuan. Hatinya sebagian besar berteriak bahwa ia tidak siap untuk kembali bertemu dengan pria itu.
Tapi, sisi hati kecilnya yang lain berujar bahwa sesungguhnya ia merindukan amat seseorang bernama Will itu. Semua bercampur menjadi satu dan lebih menggebu-gebu saat kaki Sela sudah mulai menapaki perlahan halaman mansion Will.
"Cepatlah." ucap Ansel yang sudah berdiri diambang pintu masuk mansion.
Sela mengangguk ragu dan mulai berjalan dengan gugup. Sepoi angin dingin membuat tiba - tiba Sela merasa merinding. Masuk dihalaman utama, disambut dengan pria-pria kekar yang tak jarang mereka berkulit hitam dan plontos. Membuat rasa sangar yang ada di dalam dirinya semakin terlihat.
Tato yang mereka miliki di tubuh mereka juga menambah kesan pria jahat sungguh terasa disini. Dengan takut, Sela melewati setiap pria itu yang tak jarang menatapnya dengan sadis dan sungguh mengerikan. Sela sampai didepan Ansel dengan wajah sedikit pucat karena takut.
Ansel terkekeh diam-diam. Melihat kekasih sang bigboss yang sedang ketakutan karena melihat anak buahnya.
Ansel membuka pintu besar berwarna putih itu dan mempersilakan Sela agar masuk terlebih dahulu. Kesan pertama saat Sela pertama kali masuk adalah, semua masih sama ketika Sela pertama datang ke mansion ini setahun yang lalu.
"Silahkan. Ingin bertemu langsung dengan Will? Kebetulan dia sedang ada di ruang kerjanya. Kau masih ingat bukan dimana ruang kerja kekasihmu? " ucap Ansel.
Baru selangkah Ansel akan meninggalkan Sela di ruang tamu mansion Will yang besar ini. "Tunggu!" seru Sela.
Sela berjalan mendekati Ansel yang nampak bingung. "Apa?"
"Kenapa kau membawaku kemari?" ucap Sela yang menampakkan raut wajah gusar.
Ansel yang mendengar ucapan Sela baru saja, merasa tidak percaya akan apa yang gadis itu katakan. "Tunggu. Aku tidak salah dengar bukan? Kau bertanya kenapa aku membawamu kemari?"
"Em." gumam Sela disertai anggukan.
"Oh, astaga. Kau benar-benar gila? Kalian sepasang kekasih dan sudah seharusnya kalian bertemu setelah berpisah lama."
Sela seperti tertohok saat mendengar ucapan Ansel. "Tidak. Kami sejak awal bukan sepasang kekasih. Aku sudah mengatakan itu sejak tadi. Aku hanya ingin mengembalikan beberapa barang itu kepadamu!" sentak Sela kepada Ansel.
Ansel bingung dengan apa yang Sela katakan.
"Aku tidak salah dengar, bukan?"
Belum sempat Sela menjawab. Ada sebuah suara lengking khas milik wanita yang terdengar dari arah dalam. Suara itu menginterupsi Sela dan Ansel yang tengah berdebat.
"Ada apa di sana ribut-ribut?" suara itu perlahan membawa sang empu untuk menampakan diri. Dan betapa terkejutnya sekaligus bingung, Sela, saat melihat seorang wanita yang baru di kenalnya di stasiun tadi, berada disini, mansion Will.
Ya. Angel berada di mansion Will. Tapi mengapa bisa? Bagaimana bisa gadis itu berada disini? Mungkinkah ia salah satu kerabat disini? Oh... Atau jangan-jangan?
Pantas saja, tadi gadis itu menanyakan kereta mana yang akan datang untuk menuju ke Cordoba. Ternyata....
"Huh? Kau? Wanita berhijab yang tadi, bukan? Benarkah? Apa aku tidak salah lihat?" tanya Angel dengan sangat antusias
Sela sedikit tertawa sumbang. "Rupanya kita bertemu kembali disini. Jadi, ini maksudnya kau menanyakan kereta mana yang akan menuju ke Cordoba?"
"Ya. Aku mengunjungi kekasihku disini. Lalu, kau? Setahuku orang asing tidak boleh masuk kemari dengan mudah. Tapi, mengapa kau bisa? Ansel?" tanya Angel beruntun dan menuntut penjelasan dari Ansel.
Deg!
Jantung Sela yang terasa berhenti mendadak. Ia merasa sesak seperti terhimpit oleh sesuatu yang berat. Sela seakan kehilangan oksigen untuk bernafas saat mendengar kata kekasihku keluar dari mulut Angel dengan lancar.
Sela langsung menafsirkan kata itu, tertuju pada satu orang. Yaitu pasti Will. Yah... Benar bukan? Ketakutan Sela selama ini akhirnya terungkap dengan nyata dan jelas. Walaupun masih tidak pasti, tapi Sela tahu, sejak awal Will hanya menginginkan tubuhnya dan mempermainkannya saja.
Tidak dengan hatinya ataupun kehadirannya dalam hidup pria itu.
Tapi... Sela dengan bodohnya terus mengikuti alur permainan Will yang sudah tertata dengan rapih tanpa celah.
"Ke-kekasih?" tanya Sela dengan gugup mengulangi kalimat Angel.
"Ya... Ah, kau tahu? Kekasihku itu sangat hebat. Dia mafia kelas kakap yang begitu ditakuti diseluruh dunia. Ya... Walaupun terkadang dia menyebalkan."
Hembusan nafas lelah juga tidak percaya akan kenyataan terdengar dari Ansel juga Sela. Ansel yang tidak menyangka sebelumnya bahwa Angel akan berada disini dan akan berkata seperti itu didepan Sela.
"Mengapa kau bisa ada disini?! Siapa yang mengizinkanmu masuk?!" suara Ansel sudah mulai meninggi.
"Ssttt... Tenanglah Ansel... Aku sudah berubah 180° menjadi lebih baik terhadap Will. Aku sadar, aku mencintainya dan selama ini cinta Will tidak bertepuk sebelah tangan denganku."
"Tuan Will tahu, kau disini?"
"Tentu." jawaban Angel membuat seketika lutut Sela lemas dan saat Sela akan kehilangan keseimbangan Ansel langsung memegang lengan Sela untuk menahan agara tubuh Sela tidak limbung.
"Akan ku antar kau menuju ruang kerja Will. Sampaikan semua yang ada dipikirkanmu." titah Ansel.
≈≈≈
Gomawo💢
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Mafia Series)
Fiksi PenggemarWELCOME BACK TO MY STORY 🚫Warning! Cerita ini hanyalah cerita yang udah sering di tulis. Tapi berhubung aku udah buat dan AKU MALES BIKIN LAGI, jadi jangan lupa FOLLOW my account!!⛔ •••••••••••• Ada apa dengan mafia dan hijab? Apa hubungan keduanya...