≈ Akhirnya aku bisa seyakin ini saat memutuskan suatu hal termasuk berkomitmen dengan mu ≈⛔ Awas ada banyak typo di bawah🚫
×××××××××
Langkah kaki Will dan Sela terus berjalan dengan perlahan mengitari setiap sudut yang mereka datangi di masjid Istiqlal ini. Selagi Sela terus menjawab berbagai pertanyaan yang terlontar dari mulut Will, pria itu terus mengamati sekitar dengan khidmat.
"Ah, dimana tempat untuk mereka beribadah?" tanya Will.
"Sebelah sana, tapi karena kita melewatkan waktu sholat Dzuhur berjamaah, jadi mungkin di dalam sedikit sepi." jelas Sela.
Will mengangguk.
"Tak apa."
"Baiklah. Ayo."
Mereka kembali melangkah perlahan. Memasuki lorong lorong masjid, Will terperangah dengan melihat tiang saka penyangga bangunan yang menurut pria itu cukup aesthetic.
"Wah... Bangunan yang sedikit sama seperti gereja gereja di Spanyol. Memiliki tiang tiang yang banyak juga besar."
"Benar. Dulu, negara ini di jajah banyak negara dengan waktu yang cukup lama bahkan sangat lama. Banyak kebudayaan asing yang masuk sehingga memengaruhinya. Contohnya ya masjid ini. Kau tahu, masjid ini di bangun berdampingan dengan gereja katedral."
"Wow, aku terkesan dengan negara ini. Tapi aku lebih terkesima dengan gadis yang bersamaku saat ini." ucap Will yang langsung berjalan meninggalkan Sela.
"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Sela sembari mengejar Will.
"Tidak ada. Mari lanjutkan."
"Oke. Sebentar lagi kita akan memasuki area utama masjid ini. Ingat... Jaga toleransi beragama. Mengerti?"
"Aku. Mengerti!" suara Will nampak naik satu oktaf walaupun pelan dan terdengar tajam. Mendengar itu, Sela terkekeh garing.
***
Dari kejauhan, Will sudah bisa menebak jika tempat yang luas di depan matanya dan berlapis karpet sajadah itu adalah tempat yang Sela maksud untuk beribadah dan inti dari bangunan gedung masjid sebesar ini.
Will terperangah saat sudah benar benar berada di titik pusat masjid Istiqlal.
"Besar dan Indah, bukan?" tanya Sela yang di angguki Will sembari pria itu menatap sekelilingnya.
Namun tiba tiba, Sela menarik tangan Will dan membawa pria itu ke salah satu sudut bangunan yang cukup sepi.
"Ada apa, tiba tiba kau menarik paksa ku?" tanya Will dengan nada sengit. Sela menarik tangan Will kebawah sehingga tubuh pria jangkung itu sedikit menunduk kebawah.
"Kau tidak membawa senjata dalam bentuk apapun, bukan?" bisik Sela di depan telinga kanan Will.
Pertanyaan Sela membuat kening Will mengkerut. "Memangnya kenapa? Aku hanya membawa revolver kecil milikku dan itu pun satu." ucap santai Will dengan berbisik juga.
"Astagfirullah.... Mengapa kau membawanya? Seharusnya senjata mu bisa ketahuan saat di bandara tadi. Tapi kenapa ini..."
"Itulah.... William Alexander. Selalu bisa lolos dan gesit." ujar sombong Will.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Mafia Series)
Fiksi PenggemarWELCOME BACK TO MY STORY 🚫Warning! Cerita ini hanyalah cerita yang udah sering di tulis. Tapi berhubung aku udah buat dan AKU MALES BIKIN LAGI, jadi jangan lupa FOLLOW my account!!⛔ •••••••••••• Ada apa dengan mafia dan hijab? Apa hubungan keduanya...