33.//Reason

17.8K 1.1K 29
                                    

≈ Penjelasan atas alasan semua perlakuanku kepada mu selama ini ≈

































≈≈≈

"Kau tahu? Apa alasanku melakukan semua ini?" tanya Will dan gelengan kepala Sela menjadi jawaban.

"Aku mualaf bukan? Dan kau saksinya."

Sela mengangguk.

"Satu tahun, bagiku itu waktu yang singkat untuk mempelajari dan memahami secara pasti agama Islam. Apalagi disini, Spanyol, negara yang bukan berlatar belakang Islam didalamnya. Juga ditambah dengan masa laluku yang bisa kukatakan sebagai zona nyamanku selama bertahun - tahun dan tak sampai terpikirkan bahwa aku bisa bertaubat."

"Aku menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh karena Allah juga..."

Sela menunggu kelanjutan kalimat Will.

"Aku berkomitmen dengan sangat yakin sepenuh hati. Aku bisa menjadi imam yang baik untukmu dan rumah tangga kita."

Sela terkejut. Jantung Sela berdetak lebih kencang. Ia masih bingung, apa baru saja ia sedang mengigau atau ini nyata? Tapi, sungguh kah seorang Will mengatakan itu?

"Kenapa? Kau tidak percaya? Sudah bisa ku tebak." dengan santainya Will mengatakan itu sembari mengangkat gelas yang tergeletak dimeja.

"A-ah... Tidak. Bukan maksudku seperti itu tapi-"

"Lihat? Kau meragukan ku dan aku benci diragukan apalagi diremehkan seperti itu."

"Aku tidak menganggap mu remeh."

Will kembali menyesap putung rokok ditangannya yang sudah tinggal separuh.

"Aku berusaha keras untuk bisa menjadi lebih baik. Maka dari itu aku putuskan dengan berat hati untuk membawamu kembali ke Indonesia. Tujuannya, suatu saat nanti aku pasti akan kembali dengan aku yang baru dan lebih baik lagi."

Sembari menggeser posisi kakinya.

"Ya... Walaupun aku tahu konsekuensinya jika kau pasti akan berpikir aku akan meninggalkanmu. Tapi, ustadz Mohammed mengatakan kepadaku bahwa jodoh sudah ada yang mengatur dan tidak akan tertukar apalagi hilang."

"Kau menceritakan semua kisah hidupmu kepada ustadz Mohammed, itu?"

"Ya. Beliau imam masjid besar Cordoba. Beliau juga profesor ilmu agama Islam di salah satu university maju Cordoba. Dia mengatakan tidak ada yang terlambat untuk bertaubat dan Allah itu maha pengampun semua dosa hambanya asalkan hambanya bertaubat sungguh-sungguh. Benar, bukan?"

Lagi, Sela dibuat bingung oleh Will. Pria itu berubah menjadi sosok yang lebih santun. Will juga, berubah dari sisi berpikir dan lebih bisa mengontrol emosinya. Walau secara tampilan masih sama seperti awal Sela bertemu.

"Jadi, bagaimana? Kau masih meragukan ku? Kau masih meragukan perasaanku? Jika ia aku batal akan melamar mu." ucap Will dengan merendahkan sangat suaranya di kalimat terakhir.

"Maksudmu?"

"Tidak ada."

"Emm... Lalu bagaimana dengan, Angel? Saat ini dia kekasihmu. Ketakutanku selama ini ternyata benar terjadi. Kau-"

"Berani melanjutkan ucapan mu, habis bibirmu detik ini juga." ancam Will. Sejujurnya entah kelewat polos atau memang otak Sela yang dangkal, gadis itu tidak mengerti maksud dari ucapan Will tadi.

"Bagaimana aku tidak akan menyerah. Angel saja mengatakan jika saat ini ia tengah mengandung keturunanmu. Keturunanmu, Will..."

Will nampak sangat terkejut dengan apa yang Sela ucapkan. Langsung, Will mematikan putung rokoknya dan memasukan kedalam asbak di atas meja.
Beberapa saat tidak ada ekspresi, Will akhirnya justru tertawa renyah. Bahkan hingga guratan disekitar mata sampai terlihat. Justru Sela dibuat melongo oleh tingkah Will.

Destiny (Mafia Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang