≈ Aku sadar, jika selama ini aku menutup mataku dari kebenaran yang sungguh amat dekat ≈
≈≈≈
Kereta yang Sela tunggangi berhenti tepat di Stasiun Cordoba. Salah satu kota besar yang pernah menjadi saksi bagaimana cerita 2 insan beda karakter dan pemikiran bertemu di kota ini.
Sela turun dari gerbong kereta. Disambut dengan hembusan angin segar yang membuat hijab juga pakaiannya melambai - lambai dengan indah. Sela mengamati pemandangan sekitar dengan takjub.
Senyum di bibirnya tak terasa merekah dengan sendirinya. Ia tidak menyangka jika ia akan berada di tempat yang sungguh benar benar asing baginya di tambah ia sendiri di negeri milik orang ini.
Langkah kaki Sela mulai menapaki perlahan ubin stasiun. Mata Sela tak henti mencari bacaan petunjuk yang bisa ia baca. Sampai pada akhirnya ia putuskan untuk mendekati sebuah layar elektronik yang menjadi petunjuk arah.
Sela baca dengan teliti semua itu.
"Ah... Aku tidak yakin bisa menemukan mu dengan mudah disini, Will." gumam Sela. Masih mengamati peta itu semua, sampai Sela mulai terlampau fokus dengan benda di depannya itu.
Hingga ada sebuah tepukan yang Sela rasakan terasa di bahu sebelah kanannya. Refleks gadis itu langsung memutarkan kepalanya melihat siapa orang di belakangnya.
"Oh?" betapa terkejutnya Sela saat melihat ada seorang pria bertubuh jangkung dan memiliki beberapa tato di lengan juga lehernya.
Sungguh Sela terasa tidak asing dengan pria ini. Mencoba mengulang memori yang tersimpan di otaknya setahun lalu saat ia berada di sini.
Pria itu masih berdiri di depannya dengan tersenyum penuh. "Hai!" sapa pria itu dan akhirnya Sela bisa mengingat siapa pria di depannya ini.
"Ah.... Kau? Em... Salah satu teman Will, bukan?" tebak Sela dengan ceria.
Pria itu terkekeh dan membuat Sela mengerutkan keningnya bingung.
"Kenapa?"
"Sepertinya Will masih belum memberi tahu apa - apa kepadamu."
"Maksud mu?"
"Aku lebih dari teman bagi tuan Will. Perkenalkan, aku Ansel, tangan kanan tuan Will dan pria yang menjemputmu paksa di rumah papah tiri mu di Granada. Ah... Aku juga bersepupu dengannya. "
"Ya. Aku ingat itu. Wah... Ternyata kau bisa terlihat hangat juga. Terlepas dari jangkauan Will kau sungguh berbeda." ucap Sela menilai Ansel.
Ansel terkekeh.
"Pasti lelah bukan jika harus menjadi seseorang seperti Will. Omong - omong, mimpi apa kau bisa sampai disini?"
Mendengar pertanyaan Ansel, Sela termenung. Memang tujuan Sela kemari bertemu dengan Will. Tapi, ia tidak yakin dengan itu. Will meninggalkannya di Indonesia dengan berlimpah uang, tapi justru Sela merasa, Will, justru ingin menyingkirkannya secara perlahan dan halus.
"Ah... Tidak. Aku hanya ingin bertemu denganmu. Ya, bertemu denganmu. Kebetulan sekali kita bertemu di sini. Susah payah aku mencari mu." ucap gugup Sela.
"Bertemu denganku?"
Sela mengangguk. Kemudian gadis itu membuka tas kecil yang ia bawa. Mencari sesuatu di dalamnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/187595123-288-k526768.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Mafia Series)
FanfictionWELCOME BACK TO MY STORY 🚫Warning! Cerita ini hanyalah cerita yang udah sering di tulis. Tapi berhubung aku udah buat dan AKU MALES BIKIN LAGI, jadi jangan lupa FOLLOW my account!!⛔ •••••••••••• Ada apa dengan mafia dan hijab? Apa hubungan keduanya...