27.//After One Year

17K 1.1K 9
                                    






















≈≈≈

Jika kebanyakan orang terutama mereka para gadis, di hadapkan dengan penantian terhadap seorang pria tanpa kepastian pasti mereka sudah memilih kata menyerah dan move on berpaling kepada yang lain. Asumsi, untuk apa menunggu yang tidak pasti sedangkan yang pasti saja sudah ada, pasti berlaku di benak setiap orang.

Tapi tidak dengan Sela. Entah itu pembuktian nyata atau memang kebodohan Sela saja, takp di pungkiri jika gadis itu masih menunggu keajaiban membawa si pria kejam itu datang ke hadapannya.

Dalam 1 tahun lebih 5 bulan ini, tak ada kabar dari Will untuk Sela. Hanya beberapa telfon tak terjawab dulu dan tak bisa Sela hubungi balik, adalah secercah harapan terakhir bagi Sela. Ingin sekali Sela dapat menghubungi balik nomor itu tapi, sudah berkali kali gadis itu mencoba dan tidak bisa.

1 tahun lebih Sela menunggu seorang pria yang bisa dibilang hampir menjadi malaikat mautnya. Dalam arti lain, malaikat maut yang berubah menjadi malaikat baik hati dan melindungi. Layaknya gadis remaja yang baru saja pubertas, Sela langsung saja dengan mudahnya mencintai pria itu.

Nenek Sela, atau yang kerap di sapa eyang oleh Sela, sering kali mendapati cucunya itu sedang melamun di mana pun tempatnya itu. Misal, Sela sedang menonton tv dan malah dirinya yang di tonton oleh tv. Tak jarang, jika sedang melakukan sesuatu Sela menjadi gagal fokus.

"Sela?" panggil sang eyang yang baru saja datang dan duduk di kursi ruang tamu.

"Huh? Iya, eyang?" sahut Sela dengan sedikit terkejut.

Eyang Sela tersenyum lembut. Sang eyang terus tersenyum sembari duduk di samping Sela.

"Sudah sholat Dzuhur?"

Dengan gelagapan Sela mencari jam di dinding dan melihat jarum sudah menunjukkan waktu 01.10.

"Astagfirullah! Sela lupa." segera gadis itu bangkit menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

≈≈≈

Selesai sholat, Sela kembali duduk di samping sang eyang yang sedang menonton tv dengan teh hangat sebagai teman. Eyangnya mengaku sedang tidak enak badan. Jadi, Sela harus bekerja ekstra mengurus segalanya termasuk sang eyang.

"Sudah?"

Sela mengangguk dan tersenyum. Kembali gadis itu memainkan ponselnya untuk kesekian kalinya di hari ini hanya untuk alasan yang tidak jelas.

"Dari pada untuk menunggu teman pria mu itu kembali, terima saja yang sudah jelas dan pasti. Dekat pula, tidak perlu jauh-jpauh." ucap sang eyang yang membuat Sela seketika menghentikan pergerakan jempolnya di atas layar ponselnya.

Perlahan Sela menatap sang eyang dengan ragu.

"Siapa maksud, eyang?"

"Ya tentu cucu eyang satu ini dan Aldo." ucap nenek Sela membuat seketika Sela menjadi tidak nyaman.

"Pria di sini banyak eyang. Dan tidak hanya Aldo. Mengapa eyang terus saja mencocokkan ku dengannya?"

"Eyang tidak seperti itu. Eyang hanya merekomendasikan yang sudah jelas segalanya."

Sela menghela nafas lelah.

Destiny (Mafia Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang