≈ Ketika bandara Soekarno Hatta menjadi saksi bisu di mana kita berpisah tuk sementara waktu ≈
×××××××××××
Sela tengah duduk di sebuah kursi meja makan dengan maja makan ditengahnya yang sudah di tata rapih dan cantik dengan lilin harum juga. Berbagai makanan dan minuman tertata manis di atasnya. Semua itu di persiapkan khusus oleh Will sebagai hal atau hadiah kecil untuk tanda perpisahan kepada Sela. Dinner romantis ini akan di lakukan di dalam pesawat yang tengah mengudara.
"Will?"
"Yes, baby?"
"Ini semua halal?"
Kening Will mengkerut seketika bingung dengan pertanyaan Sela.
"Apa itu?"
"Hah... Ternyata pengetahuan mu sempit juga, sama sepertiku." gumam Sela.
Will nampak berdecih.
"Aku minta maaf, tapi aku tidak akan makan ini semua jika tidak halal."
"Apa itu, lagi-lagi hanya dosa yang kau pikirkan? Jangan pikirkan itu dulu. Isi perut mu hingga penuh baru kau pikirkan itu."
Sela menatap Will dengan sorot mata tidak percaya. "Mungkin pemahaman kita masih saja berbeda. Dengan kau berkata seperti itu, berarti dalam hati kecil mu masih tidak percaya akan tuhan."
Will menghela nafas. Lalu pria itu meletakan garpu juga pisau makan di tangannya. Lanjut dengan menatap datar Sela. "Apa mau mu?"
Nyali Sela ciut seketika.
"Tidak ada. Aku hanya memastikan saja." gumam kecil Sela. Kepal gadis itu seketika tertunduk. Aura menakutkan Sela rasakan sebelum terdengar sebuah kekehan yang terdengar begitu lepas.
Hanya ada Sela dan Will di sini. Jika bukan ia yang tertawa, maka berarti itu seharusnya Will. Dan benar saja, Will lah yang tangah terkekeh.
"Apa yang lucu?" tanya Sela dengan gugup.
"Tenang... Ini semua halal."
"Huh?"
"Aves!" teriak Will.
Datang seorang pria mengenakan pakaian putih juga celemek yang terpasang di pinggang pria itu.
"Tanyakan langsung padanya." perintah Will.
Di jawab dengan gelengan dari Sela.
"Kau memasak ini semua dengan benar bukan?"
"Tentu, tuan. Kami memasak dengan baik, bahan pilihan juga berkualitas dan yang terpenting higienis, tuan."
"Bukan itu. Kau memasak ini semua dengan halal bukan?" tanya Will.
"Ah, ya. Itu pasti."
"Dengar? Dia pun beragama yang sama dengan mu."
Sela terkejut dan juga terkesan.
"Sungguh?" tanya antusias Sela.
"Really, baby..."
"Ah... Begitu. Tapi, mengapa ada alkohol di sini?"
"Alkohol?" tanya Aves.
Lalu Sela menunjukan sebuah botol kaca berwarna gelap yang Sela ketahui jika itu minuman beralkohol seperti yang biasa ia lihat di mansion Will.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Mafia Series)
FanfictionWELCOME BACK TO MY STORY 🚫Warning! Cerita ini hanyalah cerita yang udah sering di tulis. Tapi berhubung aku udah buat dan AKU MALES BIKIN LAGI, jadi jangan lupa FOLLOW my account!!⛔ •••••••••••• Ada apa dengan mafia dan hijab? Apa hubungan keduanya...