≈≈≈
T
epat satu minggu sudah, dari hari dimana Sela kembali ke negaranya. Setelah melewati drama panjang yang cukup melelahkan, yang juga mempertaruhkan kelanjutan hubungan mereka. Masih ingat dengan cincin berlian yang Will berikan untuk Sela?
Cincin yang ikut melewati liku drama panjang hubungan dua insan beda karakter tersebut, sebelum Sela benar - benar menerimanya. Saat ini cincin itu masih Will pegang. Ada di tangangannya, masih mulus tanpa goresan sedikitpun. Katanya ia harus memberikan kembali cincin itu, dengan persetujuan atau restu dati eyang Sela.
Itu artinya ia harus ke Indonesia dan bertemu dengan eyang sang gadis. Will harus rela menurunkan egonya juga menambah tingkat kesabaran dan tata krama saat bertemu tatap muka empat mata dengan nenek dari gadisnya itu.
Inilah detik - detik menuju pertemuan dua belah pihak yang mendebarkan. Pertemuan paling mendebarkan yang pernah Will rasakan dalam hidupnya, meski ia belum benar - benar melakukannya.
Malam hari pukul 22 lebih sedikit. Terbang diketinggian lebih dari seribu kaki di atas permukaan laut. Will menempuh perjalanan ribuan mill untuk menemui masa depannya di Indonesia.
Dengan ditemani sebuah tab juga earphone, Will masih mengurus pekerjaannya lewat gadget itu. Tak lupa, Ansel selalu setia disampingnya. Pria itu sudah tertidur dengan damai dengan menggunakan penutup mata juga telinga.
Jika Will boleh mengeluh, maka saat ini ia akan mengeluh sangat lelah dan ingin tidur saja di ranjang empuk mansionnya. Persiapan launching new produc dari perusahaan parfumenya untuk Indonesia. Juga selama satu tahun terakhir ini Will berusaha memperdalam agama Islam sebagai bekalnya mengarungi rumah tangga dan untuk bekal di akhirat nanti.
Selama beberapa minggu terakhir, Will merasa lelah di segala sisinya. Baik pikiran, tenaga, maupun perasaannya. Karena pikiran dan tenaganya dibagi untuk launching produk baru perusahaannya, belum lagi perusahaan lain yang harus tetap ia urus, belum lagi ditambah dengan insiden kemarin yang sungguh membuat hatinya berkecamuk.
Kelanjutan hubungannya dengan sang gadis tengah di pertaruhkan.
Tak jarang Will merasakan pusing dan mual di beberapa saat, contohnya beberapa jam sebelum take of tadi. Pusing yang amat terasa membuatnya hingga menjatuhkan tab yang sedang ia pegang. Tapi syukurnya hanya dengan mengkonsumsi ginseng yang selalu Ansel bawa untuknya, cukup bisa mengurangi rasa pusing karena hangat yang ginseng itu berikan.
"Enghh..." suara lengguhan terdengar keluar dari mulut Will. Dengan kening yang mengernyit dan tangan yang memegang kepalanya, Will berusaha menahan rasa sakit yang kembali menyerang.
Tidak pernah sebelumnya sakit kepala Will kambuh dengan intensitas waktu yang cukup berdekatan seperti ini. Biasanya, sakit itu akan kembali saat menjelang ia tidur atau jika sedang sibuk - sibuknya. Will masih terus mencoba menetralkan rasa sakitnya ditengah keheningan suasana kabin pesawat dimalam hari.
Di bawah lampu redup khas dari lampu kabin pesawat saat malam hari, Will terus mencoba ambil alih kepalanya dari rasa sakit yang sungguh menyiksa. Rasanya seakan akan seperti ingin meledak, tapi pandangannya juga terus terasa berputar.
Walau akhir - akhir ini ia merasakan sakit kepala, ia masih belum kunjung memeriksakan kepada dokter. Dengan alasan klasik, sibuk dan sakit itu masih bisa ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Mafia Series)
FanfictionWELCOME BACK TO MY STORY 🚫Warning! Cerita ini hanyalah cerita yang udah sering di tulis. Tapi berhubung aku udah buat dan AKU MALES BIKIN LAGI, jadi jangan lupa FOLLOW my account!!⛔ •••••••••••• Ada apa dengan mafia dan hijab? Apa hubungan keduanya...