32.//Cómo Va Nuestra Relación?

17.3K 1.1K 33
                                    

hubungan kita hanya Allah Swt, yang tahu


















= = = = =

"Sela?" suara itu menginterupsi kegiatan Ansel yang tengah menenangkan Sela dari tangisnya. Masih ada Angel pula yang tengah berdiri didepan Ansel dan Sela yang tengah duduk di sofa ruang tamu.

Sebelumnya, Angel terus mengoceh jika Will hanyalah miliknya seorang dan mereka sudah dalam suatu ikatan sah. Bahkan sempat terucap jika Angel tengah mengandung putra dari Will. Sela pun tidak dengan mudahnya tergoda dan menangis.
Memang sesekali air matanya jatuh dan langsung Sela hapus.

Pernyataan Angel yang audah dapat di pastikan hoax oleh Ansel, membuat pria jangkung itu naik pitam. Dimaki-makilah Angel oleh Ansel dan tak jarang dalam perdebatan itu Ansel membentak Angel.

Puas sudah Ansel memaki Angel dengan kalimat - kalimat sadis dan menohok hati. Sebab sedari tadi semua wanita didepannya ini terus menyalahkannya, seolah ini mutlak kesalahan Ansel seorang.

Semua, langsung mengalihkan fokusnya kepada sesosok yang baru saja keluar dari arah dalam mansion. Ya, pria yang lengkap dengan kemeja merah gelapnya itu, berjalan perlahan menuju sofa yang Sela dan Ansel duduki.

Tak lain dan tak bukan, dialah dalang dibalik semua prahara ini. William Alexander, si pria yang penuh karismatik nan misterius. Will terus berjalan mendekati sofa itu. Fokus pandangan Will terpaku pada satu titik yaitu, Sela.

Ansel paham, dia langsung berdiri dan menyingkir dari sekitaran Sela agar Will bisa lebih leluasa. Detik berikutnya, ia dapat merasakan tangan Will menyentuh pucuk kepalanya yang terlapisi hijab.

Seolah ini adalah titik terberat bagi Will, tubuh Will langsung lemas dan membuatnya terduduk di depan Sela dengan lutut sebagai tumpuan.

"Sela? Kau?" dengan suara bergetar Will mengucapkan kata itu.

Tak tahan menahan air mata yang terus merangsak keluar, ditambah dengan Sela yang terus menatap wajah Will dengan intens. Membuat air matanya perlahan luruh seketika.

"Kau jahat... Kau jahat..." bisik Sela yang sesekali mengusap pipi untuk menghapus air matanya.

Tatapan mata Will kini sungguh jauh dari kata menyeramkan. Saat ini , sorot mata tajam itu berubah menjadi sorot mata sedu. Seolah sungguh menyiratkan rasa penyesalan mendalam.

"Kau tidak ingin kembali untukku? Atau memang kau tidak pernah menganggap ku ada, selama ini?"

"Kau tahu? Mungkin aku tidak akan pernah merasakan sakit hati, saat terlepas bebas dari pria yang menculik ku. Justru aku akan senang, tapi... Tapi kenyataannya berbeda. Aku mencintaimu, maka aku harus merasakan rasa sakit saat terlepas dari pria yang mengklaim diriku miliknya." ujar Sela yang mengucapkan itu dengan suara yang terdengar bergetar.

"Aku mungkin memang bodoh, karena terus mengikuti alur permainanmu itu. Aku sudah menduga di setiap kali aku merenung. Suatu saat pasti kau akan menyingkirkan ku seperti yang sudah sudah. Jika saja kala itu aku bisa berfikir dengan jernih, mana mungkin pria sepertimu akan ku miliki seutuhnya. Just a dream, Will." ujar Sela dengan merendahkan suaranya di kalimat terakhir.

"Dan akhirnya benar saja. Ketakutan ku terjadi. Tapi betapa beruntungnya aku, saat kau tidak menggunakan peluru mu atau pisau mu untuk menyingkirkan ku."

Destiny (Mafia Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang