- Saat kau tidak ada kabar dari sana, apa kau tahu aku sedang khawatir disini? -
🚫Hati hati rawan Typo🚫
×××××××××××
Pagi kali ini di rumah sang nenek, sedang turun hujan dengan lebat. Sudah 2 hari Sela berada disini. Jika Sela bisa jujur, dari kemarin Sela tidak terlalu memikirkan Will di sana. Karena Sela menganggap, ia tidak semestinya harus memikirkan full pria itu.
Sela punya kehidupan sendiri bersama neneknya.
Kesehariannya saat di rumah sang nenek, bisa di katakan cukup padat. Mulai dari bagun pagi membantu memasak bahan yang akan di jual sang nenek, bersih bersih rumah, mencuci pakaiannya dan sang nenek, juga belum lagi harus memasak untuk sendiri.
Namun tidak untuk hari ini. Karena hujan turun, neneknya memilih untuk tidak berjualan. Nenek Sela lebih memilih menikmati suasana dinginnya hujan bersama sang cucu.
"Eyang... Teh hangat untukmu."
Nenek Sela tersenyum.
"Terimakasih..."
Sela membalas dengan senyuman barulah gadis itu ikut duduk di kursi kayu sebelah sang nenek.
Suasana dingin karena hujan, ditambah secangkir teh hangat juga pisang goreng adalah hal yang paling nenek dan kakek Sela sukai. Hal itu menurun kepadanya. Wah... Iapun merindukan sang kakek.
"Sela?"
"Iya, eyang?"
"Bagaimana kabar teman pria mu itu. Apa dia tidak memberikan kabar bahwa ia sudah sampai dengan selamat atau tidak?"
Sela diam sesaat. Benar juga. Tapi, ia sudah mencoba masa bodoh. Saat sisi diri Sela yang lain menganggap Will sengaja memberikan harapan palsu kemudian pria itu mengembalikan Sela ke negaranya dalam tanda arti Will membuang secara halus.
"Sela?" panggil sang nenek ketika melihat Sela termenung.
"Ah, iya? Ada apa, eyang?" tanya Sela dengan raut wajah terkejut.
Sang nenek tersenyum sembari menghela nafas. "Kau ini..." geram nenek Sela yang di balas cengiran konyol oleh Sela.
"Nenek baru ingat. Apa kau kenal dengan putra pak Angga? Teman main kecilmu dulu."
"Teman main? Seingat ku... Aku tidak pernah punya teman, eyang."
"Justru dia yang menjadi temanmu selama kau disini dulu."
"Benarkah? Seperti apa wujud dan rupanya?"
"Sungguh? Kau melupakannya?" tanya nenek Sela dengan nada ragu.
"Sungguh. Memang ada apa eyang tiba-tiba menanyakan itu?"
"Kemarin dia silaturrahmi kemari. Dengan orang tuanya juga. Dia mencari mu. Gadis kecil cengeng yang selalu menggunakan hijab dimana pun. Itu katanya." ucap nenek Sela dengan menahan tawanya.
Sementara Sela, dia dibuat bingung oleh teka teki itu. Mungkin Sela pikun secara dini. Akibat menghadapi masalah demi masalah, duka demi duka yang berat di usia yang bisa di bilang masih kecil.
"Dia sekarang tumbuh dengan tampan. Tinggi, kulitnya sawo matang, berotot, pokoknya seperti anak muda sekarang, itulah." ucap nenek Sela menggebu-gebu saat mendeskripsikan teman masa kecil Sela.
"Ah... Tidak usah di pikirkan, eyang. Jika dia memang berniat mencari ku, seharusnya ia akan datang kembali kesini, saat tahu aku berada disini."
"Kalau tidak tahu? Kau yang akan ke sana?" ucap nenek Sela sedikit menggoda.
"Eyang.... Eyang... Kemarin, kau mengatakan jika aku sudah pas untuk hamil dan melahirkan, sekarang... Kau menyuruhku mendatangi rumah pria yang bukan mahromku, sendirian? Ohhh... Tidak terimakasih, eyang."
"Eyang tidak menyuruhmu. Eyang hanya memberi tahu saja."
Obrolan ringan mereka akhirnya meyebar hingga kemana mana. Di selingi tawa juga kebahagiaan di dalamnya.
***
Pukul 11 malam, dengan keadaan mata masih terbuka lebar, Sela terus menatap layar ponselnya yang mati. Berharap, jika layar itu menyala dan berarti ada yang menghubunginya atau sekedar memberi pesan.
Namun, sudah 2 jam ia menunggu dengan bosan dan tidak ada hasil. Berbagi posisi juga arah sudah Sela coba. Untuk mengusir rasa bosan dan takut di malam hari, Sela lebih memilih untuk berburu nyamuk yang mendekat ke arahnya.
Tapi itu masih tidak mempan.
Hingga dengan kesal, Sela bangkit dan meraih kasar ponselnya. Menghubungi nomor ponsel yang sedari tadi ia tunggu. Namun hasilnya adalah...
Tidak bisa....
Tidak ada jawaban....
Tidak di angkat...
"Hah! Lagi pula, memang aku yang aneh. Sudah tahu, dia hanya mempermainkan ku saja. Tapi justru aku terjerumus lebih dalam kepadanya."
Sela menaruh ponselnya di dalam laci nakas samping ranjangnya.
"Kau bodoh Sela." gumam Sela sembari menatap nakas tersebut.
Sela merapihkan bantal dan selimut yang akan ia kenakan. Memapankan tubuhnya mencari tempat nyaman. Tubuh yang sudah lelah, ditambah dengan masa pubertasnya yang terlambat tapi sekalinya dapat langsung tahu rasa sakit karena pria.
Tak lama gadis itu perlahan mulai terbuai ke alam mimpi. Menyusul sang nenek di sampingnya yang sidah terlelap pulas sedari tadi.
*
Tepat pukul 1 dini hari. Ponsel Sela yang sengaja gadis itu silent agar tidak mengganggu, tiba tiba ada telfon yang masuk tanpa sepengetahuan Seka tentunya. Tanpa getar dan tanpa suara, sambungan telefon itu terus mencoba beberapa kali.
Namun, tak kunjung Sela angkat karena sang empu sedang tertidur dengan pulasnya.
***
Pagi pagi buta, sebelum adzan subuh di kumandangkan. Sela terbangun dari tidurnya dan segera bangkit menuju kamar mandi dan melaksanakan sholat tahajud 2 roa'at.
,,,,,
2 roa'at selesai, Sela kembali ke atas ranjangnya. Niat awal ingin kembali tidur, namun ia ingat dengan ponselnya yang kemungkinan saja mati karena ia lupa chard.
Sela membuka laci nakas. Diraihnya ponsel tersebut. Ia nyalakan, untuk melihat berapa daya baterai ponselnya saat ini.
Tiba-tiba, kening gadis itu berkerut. Sela terkejut sungguh, saat terpampang tiga puluh tujuh kali kontak masuk tidak terjawab. Dapat ia lihat dengan jelas nama seseorang yang menghubunginya di sana yaitu tuan Will.
××××××××××
Gomawo💢
![](https://img.wattpad.com/cover/187595123-288-k526768.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Mafia Series)
FanfictionWELCOME BACK TO MY STORY 🚫Warning! Cerita ini hanyalah cerita yang udah sering di tulis. Tapi berhubung aku udah buat dan AKU MALES BIKIN LAGI, jadi jangan lupa FOLLOW my account!!⛔ •••••••••••• Ada apa dengan mafia dan hijab? Apa hubungan keduanya...