"Nih si Vela baru ditembak sama cowok waktu itu yang pernah ketabrak di kantin, ingat kan?" Ucap Sherly dengan penuh semangat, tapi ditanggapi dengan Siska yang masih kebingungan.
"Kok lo baik baik aja? Apa alasan dia mau bunuh lo?" Tanya Siska sambil memeriksa ujung rambut sampai ujung kaki Vela.
"Gini nih, kalau gak pernah di tembak. Di tembak jadi pacar maksudnya Sis." Ucap Sherly harus sabar untuk menghadapi sahabat satunya ini.
"Meskipun Siska gak pernah di tembak dan gak pernah pacaran, Siska juga punya cowok sekarang, nih buktinya." Siska menunjukkan jaketnya pada mereka berdua.
"Pasangannya sama siapa?" Tanya Vela mulai membuka suara.
"Arkan." Jawab cepat Sherly, sementara Siska masih kalah cepat dibandingkan Sherly."Kamu terima gak Vel?" Tanya Siska penasaran.
"Nggak, kan kamu tau sendiri Vela gak mau pacaran." Ucapan Sherly kini lebih cepat dibandingkan Vela."Kok kamu terus sih Sher yang jawab?" Ucap Siska kesal, Sherly hanya tersenyum menandakan ia berhasil membuat sahabatnya menjadi kesal.
"Yah sementara ini aku sahabatan aja sama dia, karena aku masih belum mempunyai rasa sama dia, jika rasa itu sudah mucul, aku akan segera ungkapin, kita dekatnya sih sudah dulu tapi aku belum pernah ceritain ke kalian." Ucap Vela dengan sangat jelas.
"Kalau rasa itu udah muncul, dan ternyata dia lagi menyukai cewek lain, sementara kamu hanya sahabat bagi dia, bagaimana?" Ucapan Sherly baru menyadari Vela.
"Ya itu bukan jodoh namanya." Jawab santai Vela, yang dijawab dengan anggukan kedua sahabatnya.
"Btw Arkan mana ya? Kok belum datang sih?" Siska mulai tadi melihat ke arah pintu masuk kelas.
"Tauk deh, sekarang pelajarannya bu Rubini, kalau dia telat mampus deh."
Jawab Sherly. Saat itu juga Rayhan datang."Minggir gue mau duduk." Rayhan mengusir Siska, agar dirinya bisa segera duduk.
"Santai dong, ini lagian tempatnya Arkan. Tumben gak nyapa nih sama pacarnya?" Siska dan Vela berdiri dan kembali ke temoak duduknya masing masing
"Gue gak punya pacar." Ucapnya datar.
"Kalian udah putus." Tanya Siska berpura pura terkejut, tetapi ditanggapi datar oleh Rayhan."Jangan pura pura sok tau deh Sis, kamu kan udah tau kalau aku cuma berpura pura pacaran." Gumam Sherly dengan suara lirih. Seketika itu bu Rubini pun datang.
"Oke ibu akan periksa PR kalian." Ketika bu Rubini hendak memeriksa satu per satu PR anak anak, Arkan datang dengan santainya sambil mengenakan jaketnya.
"Eits mau kemana?" Tanya bu Rubini menarik jaket Arkan.
"Mau duduk bu." Jawabnya santai."Kenapa telat?!" Tanya bu Rubini sambil menatap jaket Arkan.
"Masih banyak kerjaan bu.""Ah alesan kamu?! Kalau gitu keluarkan PR kamu!"
"Emang ada PR ya? PR apaan cobak, udahlah gue ngaku aja." Batin Arkan."Hey kamu maju!" Bu Rubini mengarahkan telunjuknya ke arah Siska. Siska pun segera berdiri menghampiri bu Rubini.
"Kalian ini sengaja ya, pakai jaket yang sama!" Seisi kelas pun tertawa kecil saat mengetahui mereka mereka memakai jaket yang sama.
"Iya bu." Jawab mereka berbarengan.
"Keluarkan PR kalian sekarang!" Entah kenapa bu Rubini kali ini lebih sabar."Gak ngerjain bu." Jawab Rayhan yang tidak mempunyai rasa takut.
Bu Rubini menarik nafas panjang "lari jam 9 baru bisa balik ke kelas." Arkan segera berlari keluar kelas."Hah Arkan keluar kelas, Siska temanin aja deh." Batin Siska melihat punggung Arkan yang mulai menjauhi dirinya.
"Mana punya kamu?" Tanya bu Rubini menatap tajam Siska.
"Gak ngerjain bu.""Jam 8 balik!" Dengan semangat Siska pergi menghampiri Arkan.
"Tumben tuh anak gak ngerjain, biasanya rajin." Batin Sherly. Bu Rubini mulai mengelilingi kelas.
"Kamu maju aja deh nak, biar lebih jelas merhatiin ibu." Perintah bu Rubini ke Sherly. Sebenarnya Sherly sedikit ragu untuk duduk berdua dengan Rayhan, tapi karena bu Rubini yang menyuruhnya, ia wajib melaksanakan.
"Ngapain lo disini?!" Tanya Arkan kaget saat Siska muncul disampingnya dan tersenyum.
"Nemenin Arkan dong."
"Gak perlu, udah lo balik aja ke kelas gih.""Kok gitu sih? Siska udah rela relain berbohong kalau Siska gak ngerjain agar bisa keluar kelas." Ucap Siska dengan nafas yang mulai tak beraturan.
"Lah kok berhenti?" Tubuh Siska membungkuk dan masih mengatur nafasnya.
"Gitu aja capek, gue lari cuma 5 putaran doang buat olahraga, sisanya gue cabut, yang benar aja 2 jam lari lapangan, bisa puluhan kali." Arkan menghampiri Siska karena kasihan melihatnya sudah kelelahan.
"Siska mau ikut, tapi takut ketemu Ilham." Arkan tersenyum kecil.
"Iya emang ada, kenapa?" Arkan berharap agar Siska tidak jadi ikut dengannya."Tapi masak Siska harus disini sendirian tanpa Arkan, jadi percuma dong Siska bohong ke bu Rubini, yaudah Siska ikut Arkan aja deh." Daripada Siska lari dilapang gak jelas ini, mending ia ikut dengan Arkan, walaupun ada Ilham ia percaya Arkan pasti akan menjagainya.
"Arkan gak takut ketahuan guru gitu?" Siska tak henti henti menoleh ke kanan dan kekiri untuk mengawasi keadaan.
"Ya nggak lah, disini aman!" Arkan mulai menyapa temannya, begitu juga dengan Siska ia memberikan senyuman pada mereka mereka. Dan pada saat itu ia sedikit takut saat melihat Ilham sedang menghirup sebatang rokok.
"Wah pacarnya ya?" Tanya Vino salah satu teman Arkan. Di tempat itu hanya ada Vino, Ilham, dan Rezvan.
"Bisa jadi." Dijawab cepat oleh Siska.
"Ah gak usah dengerin dia deh." Ucapan Arkan membuat Siska cemberut."Btw nama lo siapa?" Tanya Rezvan.
"Oiyah, namaku Siska." Dan dijawab anggukan oleh kedua temannya, kecuali Ilham."Kok bisa kesini lo? Bukannya sekarang guru pengajar lo bu Rubini?" Tanya Rezvan sambil menyeruput secangkir minuman.
"Yah dihukum lagi dia." Vino udah tau pasti apa jawaban Arkan.
"Kalau dihukum kenapa ada Siska disini? Dihukum juga?" Tanya Rezvan tak berhenti bertanya."Iya, biar bisa nemanin Arkan." Jawabnya tersenyum, banyak yang terkagum dengan kecantikannya.
"Eh Vin balik ke kelas yuk, nanti balik lagi kesini." Ajak Rezvan yang mulai berdiri dari tempat duduknya.
"Ngapain?" Vino cepat cepat menghabiskan minumannya.
Terus tungguin dan baca part selanjutnya ya :)
Jangan lupa Vote ⭐ Coment 💬 Share ➡️
KAMU SEDANG MEMBACA
ESPERANZA [Completed]
Fiksi Remaja[ Completed ] Belum di Revisi. Esperanza. Harapan. "Andai dia tau, berharap itu melelahkan dan membosankan." -Siska "~Janganlah kamu memberi harapan, jika ujung ujungnya hanya nyakitin~" -(Part 1 cerita Esperanza) Sinopsis cerita Esperanza : - Cint...