35 - Ditinggal

689 17 0
                                    

Andra juga memandangi tajam tajam luka Sherly. "Luka di lutut lo itu gara gara jatuh?" Sherly hanya mengangguk.

"Jadi ini sudah kedua kalinya kamu jatuhin sepeda gue?!" Ucap Andra mendekati Sherly.
"Hehe iya, maaf lah kak. Lagian sepedanya baik baik aja kok." Sherly membuang mukanya yang tak berani menatap Andra.

"Oke aku maafin." Andra mengambil sepedanya dan menaikinya.
"Loh kak? Sepedanya mau diapain, kan sepeda itu lagi dipakai sama aku."

"Sepeda ini sekarang gue yang pakai, gue pulang duluan ya." Andra membawa sepeda itu pergi dari Sherly. Lantas Sherly berteriak untuk menghalangi Andra yang membawa pergi sepedanya.

"Kak Andraa! JANGAN BAWA PERGI SEPEDANYA! Terus gue pulang pakai apa kak?!" Teriak Sherly yang mencuri perhatian orang orang.

"Itu urusan lo, emang gue pikirin, bye." Andra hanya melambaikan tangannya dan membawa sepeda itu mulai menjauh.
"Kak kita pulang yuk." Arkan menoleh ke adiknya yang sedang menarik narik tangannya.

"Iya sebentar, Sher gue pulang ya." Sherly mengangguk tersenyum. Arkan  menatap tajam seseorang yang berada di sebelah Sherly.
"Awas lo kalau ganggu Sherly."

Rayhan menarik nafasnya. "Iya." Jawab Rayhan datar. Arkan membalikkan tubuhnya dan pergi pulang bersama Ezra.

Ezra tak lepas dari genggaman tangan kakaknya. "Masih kuat jalan kan?"  "Masih kuat dong kak." Jawab Ezra mengangguk tersenyum.

"Yaudah gue pulang duluan ya Sher." Ucap Rayhan menaiki sepedanya.
"Berati pulangnya gue jalan kaki sendirian gitu?" Tanya Sherly yang berdiri disamping Rayhan.

"Ya mau gimana lagi, lo bisa kan jalan ke rumah lo, masak kalah sama Ezra jalan kaki pulangnya."
"Iya iya gue jalan kaki pulangnya." Jawab Sherly terpaksa.

"Yaudah gue pulang ya." Sherly terdiam di tempat menatap Rayhan yang sudah pergi menjauh.

"Yah terpaksa jalan kaki deh, sendirian lagi." Sherly berjalan pulang dengan perasaan kecewa dan kesal.

"Ini semua gara gara kak Andra, jadinya aku harus jalan kaki pulangnya, kan jalannya lumayan jauh, aku juga terlalu berharap jika Rayhan bakalan antarin gue pulang, coba tau gue bareng Ezra sama Arkan meskipun jalan kaki tapi masih ada temannya, nah gue gak ada temannya dan jalan sendiri gak jelas begini." Gumam Sherly yang menendang batu batu kecil di tiap perjalanannya.

"Permisi permisi, awas minggir!" Teriak seseorang dari belakang yang diiringi dengan suara bel sepedanya.
Sherly terkejut dan langsung meloncat ke samping.

"Hati hati dong!" Teriak Sherly kesal. Cowok itu hanya tertawa kecil. Sherly baru bisa melihat jelas cowok tersebut ketika telah berhenti.

"Rayhan! Nakal banget sih lo, ngagetin gue aja." Sherly memukul bahu Rayhan kesal. Sementara Rayhan masih menahan tawanya.

"Ngapain lo disini? Bukannya lo udah pulang ya?" Tanya Sherly yang masih kesal.
Rayhan menarik dan menghembuskan nafasnya lalu tersenyum. "Ya gak mungkin la gue ninggalin lo, masak gue tega liat lo pulang jalan kaki sendirian." Sherly memutar bola matanya dan menahan senyumannya.

"Mau pulang bareng gak?" 
"Mau pulang bareng? Terus gue harus dimana?" Tanya Sherly bingung.

"Disitu kan ada tempat kakinya, lo tinggal naik aja." Sherly mengangguk mengerti dan ia meletakkan kakinya di dekat roda bagian belakang sedangkan tangannya ia taruh di pundak Rayhan.

"Sudah siap belum?" Tanya Rayhan.
"Siap! Ayo cepetan berangkat Rayhan!" Sherly memukul kecil pundak Rayhan yang bertandakan bisa berangkat sekarang juga.

"Enak juga ya Ray naik sepeda." Ucap Sherly sambil memandangi pemandangan yang dilewati olehnya.
"Ya enak lah, kan lo cuma bonceng."

"Yaudah kalau lo capek biar gue yang gantiin."
"Gak! Entar gue jatuh lagi." Sherly mengembuskan nafasnya kesal.

"Ya kan tadi gue gak sengaja, lagian gue bisa kok naik sepeda."
"Yaiyalah kalau cuma naik sepeda itu gampang, kalau naik sepeda seperti ini lo bisa gak?" Rayhan melepas kedua tangannya dari pegangan sepeda.

"RAYHAN!! Lo lagi gak sendirian naik sepeda Rayhan, gue lagi bonceng sama lo! Awas jatuh." Sherly memegang erat erat pundak Rayhan.

Rayhan tertawa kecil mendengar Sherly histeris ketakutan. "Woy pundak gue sakit santai aja dong pegangnya. Yaelah lagian meskipun yang boceng ke gue ada 5 orang gue pasti bisa kok tanpa pegangan, santai aja kalik."

"Pegangan Rayhan! Pegangan! Ya lo sudah terbiasa, tapi gue nggak!" Sherly menarik narik rambut Rayhan.

Merasa tubuhnya tidak seimbang akibat tarikan Sherly dari belakang Rayhan segera berpegangan. "Hampir saja gue jatuh, hati hati dong Sher."

"Iya iya gue minta maaf, meskipun itu salah lo."
"Kok bisa gue sih yang salah? Kan lo yang narik rambut gue."

"Tapi kan lo yang buat ulah, sampai bikin gue takut."
"Iya iya, gue minta maaf."

Melihat rumahnya sudah di depan mata, Sherly segera turun dari sepeda Rayhan. "Makasih ya Rayhan! Lo emang baik deh."

"Gue dulu kan pernah bilang, kalau gue itu orangnya baik, suka menolong, apalagi sama lo pasti sudah gue bantuin dong."

"Ah bisa aja, lo pasti capek kan? Masuk dulu yuk istirahat."
"Hm sepertinya gak usah deh Sher, gue langsung pulang aja."

"Jangan jangan lo takut ya sama kak Andra?" Tanya Sherly menaik turunkan alisnya.
"Nggak kok, tapi hari ini aku ada urusan."

Sherly mengangguk pelan. "Yaudah gue duluan ya." Sherly melambaikan tangan pada Rayhan yang perlahan mulai menjauh.

"Kapan ya gue bisa ungkapin perasaan ini ke Sherly? Kalau misal gue ungkapin harus beri dia bunga apa coklat ya? Tapi itu sih sudah mainstream." Gumam Rayhan yang masih mengayuh sepedanya melewati beberapa toko.

"Eh kayaknya gue lihat barang bagus nih." Rayhan berhenti di sebuah toko yang hampir ia lewati.

"Bagus banget ya, cocok banget buat Sherly."
"Cari kalung ya mas, buat ceweknya?" Tanya seorang cewek menghampiri Rayhan yang bekerja di toko tersebut diperkirakan usianya seperti Rayhan,

"Iya buat cewek saya, beli kalung ini satu ya bak."
"Oke. Cewek itu pasti cantik, beruntung banget bisa dapatin cowok yang sangat tampan." Gumam cewek tersebut yang masih terdengar Rayhan.

"Iya, cewek saya sangat begitu cantik dan baik, saya beli ini juga ya." Cewek tersebut tersenyum dan pergi untuk menjumlahkan harga yang dibeli oleh Rayhan.

Rayhan membaringkan tubuhnya di kasur kesayangannya saat jam menunjuk pada pukul 10 malam. "Apa gue kasih besok aja ya, sekalian gue ungkapin perasaan ini." Pikir Rayhan. "Biarlah pikirin besok aja." Rayhan menutup matanya dan mulai masuk dalam dunia mimpinya.

"Ya ampun gue telat! Perasaan gue mandi cuma 5 menit deh." Dengan cepat Rayhan memakai seragam sekolah. Melihat HPnya mengeluarkan cahaya ia langsung mengecek pesan yang baru saja masuk.

ESPERANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang