"Biarin yang penting kado gue lebih bermanfaat males banget deh gue berdebat sama lo. Sher kita pulang sekarang aja yuk." Rayhan dan Sherly langsung pergi meninggalkan kelas.
Sebelum pulang Sherly sempat mengucapkan sebuah kata. "Makasih kadonya ya teman teman." Mereka semua membalas dengan senyuman.
"Sis sekarang lo pulangnya bareng gue ya, ada yang mau gue bicarain nih." Siska hanya mengangguk senang.
"Mana motor kamu?" Siska melihat parkiran tak ada motor sama sekali, ia hanya melihat 1 mobil."Gue naik mobil." Siska hanya mengangguk mengerti.
"Nih buat kamu." Siska membuka mulutnya lebar tak percaya, seorang Arkan memberi kado buat Siska!"Eh sekarang kan yang ulang tahun Sherly." Siska tetap mengambil barang tersebut dari tangan Arkan.
"Apa salahnya aku ngasih ini ke kamu, buka sekarang aja." Arkan mulai melajukan mobilnya. Siska langsung merobek kertas yang membungkus kado tersebut.
"Wahh tasnya mirip sama yang dipakai Arkan sekarang!" Arkan hanya tersenyum kecil saat melihat Siska menyukai barang pemberiannya.
"Waktu itu gak mau dibeliin jaket sama Siska, tapi akhirnya Arkan yang malah yang beliin tas buat Siska." Gumam Siska dengan suara kecil.
"Bilang apa lo?"
"Nggak kok." Siska tersenyum kecil dan memasukkan tas lama dan barangnya ke tas barunya."Mampir dulu yuk ke rumah." Arkan mengangguk dan langsung keluar dari mobil.
"Wah baru aja datang udah nyambut." Siska menggendong seekor kucing yang sedang mengelus elus kaki Siska.
"Arkan kamu kenapa?" Tanya Siska sambil mengelus bulu kucing kesayangannya.
"Nggak kenapa napa kok." Arkan sedikit menjauhi jaraknya dengan Siska.
"Yaudah ayo masuk."
"Jangan dekat sama gue.""Kok Arkan gitu, yaudah Siska jauhin Arkan." Siska masuk ke rumahnya dengan perasaan kecewa.
"Eh bukan gitu Sis, maksudnya gue gak mau dekat sama kucing lo tuh." Arkan duduk bersama Siska dengan kucing yang masih ada di pangkuannya.
"Oh kenapa? Padahal kucingnya lucu kan." Siska mendekatkan kucingnya ke wajah Arkan.
"Siska!" Arkan langsung berdiri dari tempatnya."Haha ternyata Arkan penakut ya." Siska gak bisa menahan tawanya, melihat Arkan yang selalu menghindar dari kucingnya.
"Gue gak penakut, gue cuma geli aja."
"Tapi Arkan waktu nonton bareng, Arkan ketakutan banget." Ucap Siska sambil tertawa kecil."Yaudah gue pulang aja."
"Eh jangan dong, yaudah gue lepas nih kucingnya, pus jalan jalan dulu sana, nanti kalau Arkan udah pulang nanti kita main lagi." Kucing tersebut berjalan ke arah luar rumah."Emang dia ngerti sama yang dibicarain kamu?" Tanyanya sambil duduk kembali.
"Iya, dia lebih peka daripada Arkan."
"Maksudnya gue gak peka nih."
"Ya sedikit." Arkan menarik nafas kesal."Btw kamu kok bisa sih temenan sama Ilham?" Tanya Arkan
"Mending temenan aja, daripada pacaran.""Tapi mendingan gak usah jadi apa apa dia, daripada harus jadi temannya." Jawab Arkan.
"Tapi nanti dia pasti ngelakuin suatu cara biar bisa dekatin aku.""Kan ada gue yang mau lindung lo." Siska yang mendengarnya tersenyum gembira.
"Eh bisa ulangin gak?"
"Gak.""Haha yaudah Arkan mau minum apa biar Siska yang buatin minuman spesial buat orang yang spesial juga." Siska berdiri tersenyum layaknya pelayan.
"Oke gue mau air putih, yang dingin ya."
"Siap." Siska melangkah menuju dapur."Padahal cuma bikin air putih aja lama." Ucapnya sambil melihat jam tangannya.
"Kok kakiku ada yang ngelus ya, lembut banget, eh jangan jangan.." Arkan melihat kakinya, ternyata kucing itu muncul lagi dari luar, dan sekarang berada di kaki Arkan yang nampak nyaman.
"Waa! Siska gue pulang ya." Teriak Arkan, sambil berlari terbirit-birit.
"Eh mau kemana? Ini air putihnya udah jadi.""Udah minum lo aja." Arkan masuk dalam mobilnya, dan segera melaju dengan cepat.
"Padahal kamu itu lucu ya, kok Arkan gak suka ke kamu ya. Tapi ini gara gara kamu sih caper sama Arkan, jadinya Arkan pulang kan." Siska menggendong kucingnya dan membawa ke kamarnya.
-oOo-
"Wah banyak banget ya kadonya, mau buka dari yang mana nih." Sherly melemparkan kadonya di kasur yang sedang ia duduki.
"Ini dari Siska Vela ya?" Sherly langsung membuka kedua kado yang bersampul warna biru dan hijau.
"Ini dari Siska baju, dan dari Vela jam weker." Sherly sangat menyukai kedua benda tersebut, dan selanjutnya ia membuka kado pemberian Arkan.
"Tas? Bagus juga, seberapa bagusnya sih sama punya Rayhan, yang mulai tadi benda ini diperdebatkan." Sherly berinisiatif untuk memakai tas tersebut besok, supaya bisa menghargai pemberian Arkan.
"Ngapain ya Rezi memberi Album? Tebal dan besar banget." Sherly mulai membuka album tersebut, banyak terdapat foto kenangan mereka waktu masih kecil hingga sudah sebesar ini.
"Ih lucu banget." Sherly sangat asik melihat foto foto tersebut sampai tubuhnya jatuh di kasur.
"Udah ah nanti lagi, lanjut kado yang terakhir deh." Sherly membangunkan badannya dan membuka kado pemberian Rayhan.
"Wah hp!! Mahal banget pasti ya." Sherly melihat kotak hp yang masih terbungkus rapi.
"Eh ini mah HP lamaku!" Setelah membuka kardus HP tersebut, tidak sesuai apa yang dipikirkan Sherly, ternyata isinya HP Sherly yang hilang.
"Gak diurus ya HPku sampai mati begini." Gumam Sherly, lalu beranjak untuk mengecas HP-nya.
"Ini kado paling spesial buat kamu, suka kan? Mangkanya kalau naruh HP jangan sembarangan. Emang kamu gak kangen waktu waktu aku sering kerjain kamu? Btw kontak cowok yang ada di HPmu aku hapus ya :) kecuali nomerku, keluarga, aku juga nambahin nomer keluargaku, siapa tau... Banyak yang udah aku ubah, jadi itu bukan HP lamamu, liat sendiri ya." Sherly membaca surat yang terselip di antara HPnya.
"Dasar mulai lagi dah nakalnya." Sherly tersenyum tak jelas saat membaca surat tersebut meskipun terdapat sedikit rasa kesal terhadap Rayhan.
"Eh udah hidup." Sherly melihat HPnya udah mengeluarkan cahaya ia langsung mengecek benar nggak yang dibilang Rayhan.
"Huh, dihapus semua, bahkan chatku dihapus juga sama dia, disini cuma ada kontak dia, temanku cewek, sama keluargaku dan keluarga Rayhan. Hah apaan ini?!" Di galeri foto Sherly terdapat 70 foto Rayhan.
"Hapus semua aja deh. Duh ngapain pake Rayhan video call segala lagi."
"Udah dibuka belum hadiahnya?" Tanya Rayhan tersenyum.
"Udah, ngapain sih kamu?""Gak papa, HPmu lebih bagus dari sebelumnya kan? Harusnya kamu hargai pemberianku dengan mengucapkan makasih gitu." Ucap Rayhan sambil tertawa kecil.
"Makasih Rayhan." Jawab Sherly penuh penekanan.
"Kalau sampai fotoku dihapus awas aja." Sherly hanya bisa menarik nafas panjang."Sekarang kamu ada waktu gak?" Tanya Rayhan. Sherly melihat jam HPnya yang menunjukkan jam 3 sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESPERANZA [Completed]
Novela Juvenil[ Completed ] Belum di Revisi. Esperanza. Harapan. "Andai dia tau, berharap itu melelahkan dan membosankan." -Siska "~Janganlah kamu memberi harapan, jika ujung ujungnya hanya nyakitin~" -(Part 1 cerita Esperanza) Sinopsis cerita Esperanza : - Cint...