"Kalian puas gak kesini?" Tanya Adel. Mereka sekeluarga pergi ke salah satu tempat wisata di kota yang sedang dikunjungi.
"Wah puas banget ma, disini indah banget." Sherly sangat senang berada di tempat ini, tapi ia merasa ada yang kurang padahal semua sudah ada.
"Hm biasa aja." Andra sangat cuek pada lingkungan, ia lebih memilih tempat pojok yang teduh dan memainkan hpnya.
"Coba tau mending kita tinggalin dia di rumah aja, biar home alone." Gumam Sherly.
"Sudah sudah, mending fotoin mama dan ayah dong Sher." Selama perjalanan tiap ada background yang bagus selalu saja pinta foto, sampai Sherly tidak memiliki foto dirinya di tempat itu.
"Kak."
"Ha?" Andra masih menatap hpnya."Fotoin aku dong." Andra masih tak menatap Sherly, ia masih ingin menyelesaikan gamenya.
"Mana mama ayah?"
"Ninggalin aku tuh, ayolah bentar fotoin." Andra langsung bangun dan foto Sherly, daripada ia harus mendengar cemoohan Sherly."Nih udah." Andra mengembalikan HPnya ke Sherly, dan segera kembali ke tempat duduknya semula.
"Jelek kak, ulang lagi." Sherly memberikan HPnya ke Andra, tapi Andra tidak menerimanya.
"Udah ah, mending lo duduk sini deh, daripada foto gak jelas."
"Hah dasar pelit." Sherly terpaksa duduk di sebelah kakaknya yang nyebelin."Ah cuma 5 foto." Sherly menggeser foto fotonya.
"Untung gue masih baik mau fotoin lo.""Fotoinnya karena paksaan, mangkanya hasilnya jelek." Gumam Sherly.
"Tuh kan gara gara lo sih, gue jadi kalah, iya entar gue fotoin lagi." Sherly mendengus kesal."Siapa sih yang nelfon? Cepat angkat telfonnya berisik."
"Iya bentar, ini Arkan yang nelfon, marah marah terus ih.""Sher."
Sherly mendengar suara Arkan kali ini sedikit berbeda. "Ada apa? Kamu baru nangis ya?""Kamu kapan pulang? Gak mau ketemu Rezi?" Sherly bingung mendengar pertanyaan Arkan, kenapa harus Rezi yang ditanyain.
"Kan aku sudah bilang mau pulang besok lusa, kalau aku udah pulang aku langsung ketemu Rezi.""Kalau mau ketemu Rezi langsung ke pemakaman dekat rumahnya."
Deg! Sherly terdiam sejenak yang terdengar hanyalah detak jantungnya.
"Bicara apa sih?! Kan Rezi di rumah sakit, ngapain gue harus ke pemakaman sih?! Bicara yang jelas dong!""Rezi udah meninggal dan disini gak ada lo." Ucap Arkan dengan sangat jelas, tapi Sherly sedikit tidak begitu percaya dengan ucapan Arkan.
"Jangan bercanda deh, gak lucu tauk, iya aku tau kamu kangen sama aku, secepatnya aku pulang kok, tapi kamu jangan bilang kayak gitu lagi dong.""Ah terserah lo percaya apa nggak, Rezi selama ini menderita penyakit dan kemarin ia sudah tidak kuat melawan penyakit itu. Gue baru bilang sekarang karena dia selalu ngelarang gue buat bilang ini ke lo." Arkan langsung mematikan telfonnya.
Ia menjauhkan HPnya dari telinganya, dan seketika itu air matanya terjatuh, ia sangat terisak, dadanya begitu sesak susah mengambil nafas.
"Hey kamu kok nangis?" Andra langsung mengelap air mata Sherly.
"Kak, Rezi udah meninggal." Sherly langsung memeluk tubuh Andra sebagai tempat sandaran ketika ia lagi bersedih."Rezi sahabatmu?"
"Iya." Sherly membangkitkan tubuhnya kembali."Ya jangan sedih lagi dong, kalau ia udah gak kuat mau digimanain lagi, terima aja kenyataannya, kamu cukup berdoa aja." Sherly hanya mengangguk pasrah.
![](https://img.wattpad.com/cover/147999440-288-k146162.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ESPERANZA [Completed]
Teen Fiction[ Completed ] Belum di Revisi. Esperanza. Harapan. "Andai dia tau, berharap itu melelahkan dan membosankan." -Siska "~Janganlah kamu memberi harapan, jika ujung ujungnya hanya nyakitin~" -(Part 1 cerita Esperanza) Sinopsis cerita Esperanza : - Cint...