"Sher tanyain dong ke Siska kenapa cuek ke aku? Marah ya ke aku? Kan aku gak punya salah. Bilang aku kangen sama cerewetnya. Tanyain ya kenapa kok ngambek, bilang jangan diam seperti ini terus gak baik." Sherly menutup telinganya agar tidak mendengar cemoohan Arkan di belakangnya.
"Ah berisik lu!" Kini Rayhan mulai angkat bicara.
"Apaan sih, kan gue lagi bicara sama Sherly." ."Iya iya nanti gue tanyain." Mereka berdua meninggalkan Arkan.
"Kenapa sih mereka sensian terus." Arkan melangkah pulang dengan perasaan kesal, tapi ia harus sabar demi Siska."Sherly!" Rayhan dan Sherly pun langsung melihat sumber suara tersebut. Terlihatlah seorang yang lari terburu buru untuk menghampiri mereka berdua.
"Apaan?"
"Kalian bareng ya? gue bareng kalian aja ya, soalnya orang tua gue gak bisa jemput nih." Siska terkekeh sambil meggaruk kepalanya yang tak gatal."Bareng Arkan aja." Jawab Rayhan. Siska hanya menggelengkan kepalanya.
"Yaudah ikut aja, boleh kan Ray?" Rayhan hanya menarik nafas, menandakan iya.
"Sis nanti lo mampir ke rumah gue dulu ya." Ucap Sherly
"Ngapain?"
"Udah lo ikut aja." Siska hanya mengangguk mengerti."Makasih ya Ray." Ucap Siska dan Sherly yang baru keluar dari mobil.
"Ada apa sih Sher kok nyuruh aku mampir ke rumahmu dulu." Tanya Siska berjalan menuju kamar Sherly.
"Ya biasanya tiap malam kamu kesini, tapi kok akhir akhir ini nggak."
"Ya kalau aku ada urusan pasti kesini kok." Siska dan Sherly duduk di kasur big size."Gak mau ketemu Arkan?"
"Gak.""Kenapa?"
"Gak papa." Tiap membicarakan Arkan Siska selalu cuek."Ayolah Sis cerita sama aku, kan aku sahabatmu."
"Waktu itu aku liat Arkan boncengan sama cewek lain.""Oh rambutnya pendek kan? Putih? Tinggi? Pakai tas biru?" Ucap Sherly tersenyum.
"Iya betul, kamu kok tau?" Siska langsung menghadap dan menatap Sherly."Waktu itu aku pernah liat, kamu ngira itu pacarnya?" Tanya Sherly sambil tertawa kecil.
"Iya.""Itu mah sepupunya Arkan."
"Hah yang benar aja kamu Sher, berati aku udah salah paham sampai sampai saling diaman sama Arkan." Siska mengguncang guncangkan bahu Sherly."Iya, kamu ngapain juga bersikap seperti itu ke Arkan."
"Aku cuma ngikutin sarannya Ilham.""Ha saran?" Sherly menaikkan satu alisnya tak mengerti.
"Dia bilang agar aku suruh berhenti menyukai Arkan, dan mulai buka hati untuk orang lain.""Oh, kamu tau gak, Arkan waktu itu sampai mohon mohon suruh tanyain kamu kok diam terus, katanya dia kangen sama cerewet."
"Jangan bohong deh Sher." Ucap Siska dengan pipinya yang sudah merah merona.
"Aku gak bohong, tanya aja ke Rayhan."
"Yeay Arkan kangen sama Siska, Arkan udah buka hati buat Siska, Siska gak akan nyia nyiain kesempatan emas ini, horray." Siska sangat senang sampai meloncat loncat, berputar gak jelas di kasur Sherly hingga dia jatuh terbaring."Yang aku harapkan, bentar lagi terkabul." Gumam Siska, dan mulai bangun.
"Aku pulang ya Sher, maaf udah berantakin kasurnya kamu bisa beresin sendiri kan." Siska terkekeh melihat kasur yang berantakan karenanya, Sherly hanya menarik nafas berusaha sabar yang penting sahabatnya bahagia.
"Lo bilang apa sama Siska waktu itu, lo ngambil kesempatan kan waktu Siska salah paham, dan lo bikin saran seolah olah bikin Siska ngejauhin gue." Arkan udah tau semuanya dari Sherly.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESPERANZA [Completed]
Jugendliteratur[ Completed ] Belum di Revisi. Esperanza. Harapan. "Andai dia tau, berharap itu melelahkan dan membosankan." -Siska "~Janganlah kamu memberi harapan, jika ujung ujungnya hanya nyakitin~" -(Part 1 cerita Esperanza) Sinopsis cerita Esperanza : - Cint...