3 bulan berlalu. Hari hari Sherly tampak beda ketika tidak bersama Rayhan. "Semenjak kepergian Rayhan, kamu berubah ya Sher." Sherly tak mempedulikan omongan Siska ia terus saja membaca bukunya. "Huft, gue minjam bolpennya ya, gak bawa nih."
"Ambil aja." Siska langsung mengambil kotak pensil Sherly dan mencari bolpen didalamnya. Tak sengaja ia menemukan foto Rayhan di kotak tersebut yang bertuliskan Tunggu aku disana.
"Beli beli yuk Sher." Sherly menggelengkan kepalanya dengan tatapan yang masih kearah buku. "Kamu aja dulu sana, nanti aku nyusul."
"Yaelah Sher, gara gara Rayhan pergi tapi jangan sampai segitunya kamu berusaha untuk menyusul, banyak berpikir akan membuatmu sakit loh." Ujar Siska yang beranjak pergi keluar kelas.
"Banyak belajar membuat kita sukses." Jawab Sherly.Melihat Siska lagi makan sendirian Arkan langsung menghampiri untuk menemaninya. "Hai Sis, tumben gak bareng Sherly?"
"Arkan ngerasa apa gak kalau sikap Sherly berbeda semenjak kepergian Rayhan." Arkan menggelengkan kepalanya tak mengerti. "Berbeda gimana maksudnya?"
"Tiap hari dia belajar terus, beda seperti biasanya." Ucap Siska sambil terus mengaduk minumannya. "Ya kan bentar lagi akan ada ujian, seharusnya kamu juga harus belajar yang rajin, atau kamu mau belajar bareng sama gue?" Siska mengangguk senang. "Mau banget."
"Siska maaf aku kelamaan ya." Sherly langsung duduk diantara Siska dan Arkan. "Gak juga sih Sher, untung disini ada Arkan, jadi waktu gak berasa lama."
"Ya bagus deh kalau begitu, aku mau nanya nih. Kalian terakhir berkomunikasi dengan Rayhan kapan ya?" Tanya Sherly, Siska berusaha mengingatnya sementara Arkan gak perlu mengingat kembali ia langsung mengambil HPnya. "Kira kira 2 bulan yang lalu sih." Pikir Siska.
"Iya sama, terakhir gue berhubungan sama dia itu 2 bulan yang lalu." Sherly mengangguk mengerti. "Oh begitu, makasih infonya, balik ke kelas yuk." Siska dan Sherly meninggalkan Arkan yang masih terburu buru untuk menghabiskan minumannya.
Sherly memeluk guling kesayangann sambil menatap foto foto Rayhan di layar HPnya. "Padahal kamu sudah janji untuk menghubungiku jika kamu lagi ada disana, kalau kamu seperti ini aku jadi gak tau kabarmu kan, i miss you Ray. Tenang aja secepatnya aku akan bertemu kamu tngguin aku ya." Gumam Sherly tersenyum.
Kisah Rayhan dan Sherly berakhir ketika mereka berpisah pada saat menduduki kelas 11 SMA. Semenjak kepergian Rayhan membuat hari hari Sherly menjadi sedikit berubah. Sherly tidak lagi mengetahui kabar tentang Rayhan.
Perlahan Sherly berusaha menjalani hidupnya tanpa ada sosok Rayhan bersamanya, kini Sherly telah menginjak universitas yang ia impikan. Dan berharap ia bisa menjadi lebih baik disana.
Sherly sangat bersyukur ia masih bisa bersama Arkan dan Siska saat ini, walaupun Vela tidak sedang bersamanya karena jarak memisah ya. Vela memilih universitas yang berbeda dengan Sherly."Siska ayo cepetan ke kantin, nanti keburu rame," Ajak Sherly yang sangat tak sabar menunggu sahabatnya yang satu ini. "Kamu duluan aja gak papa kok Sher, aku masih ada kerjaan nih, biar nanti aku nyusul sama Arkan,"
"Jangan lama lama ya," Siska mengangguk tersenyum, "Siap bos," Nayra tersenyum, ia pun melangkah menuju kantin.Kini Sherly telah duduk sendiri di kursi kantin dengan makanan dan minuman di hadapannya. Ia sangat beruntung karena ia bisa mendapatkan kursi, karena semua tempat sudah penuh, kecuali tinggal satu tempat tersisa yaitu kursi dihadapan Sherly.
Sherly memainkan HPnya sebelum ia makan, dengan alunan musik yang bersumber dari headset yang berada ditelinganya. "Permisi, boleh aku duduk disini?" Ucap suara cowok yang berada disebelah Sherly, "Silahkan," Jawab Sherly tanpa melihat sosok yang kini telah duduk dihadapannya.
"Maaf ya aku duduk disini, soalnya aku sudah cari cari tempat, tapi gak nemu, semuanya sudah penuh," Sherly membuka headset tersebut dan perlahan mulai menatap cowok tersebut. "RAYHAN?!" Tanya Sherly membulatkan matanya gak percaya, sekali kali ia mengusap matanya memastikan cowok yang berada di hadapannya benar benar sosok Rayhan yang ia sangat rindukan selama ini.
"Kamu beneran Rayhan kan?!" Tanya Sherly mengulang pertanyaan yang sama dengan perasaan sangat bahagia. "Iya, kamu kenal aku?" Tanya Rayhan bingung. Sherly mulai membuka maskernya yang mulai tadi menutupi setengah wajahnya. "Aku Sherly," Jawab Sherly tersenyum bahagia, Rayhan menatap Sherly tersenyum kecil, ekspresi yang Rayhan berbeda dengan Sherly, membuat Sherly sedikit bingung mengapa dengan Rayhan yang sekarang sedang bersamanya.
"Kamu kesini kenapa gak kabarin aku?" Tanya Sherly cemas dan bingung. "Dan juga selama kamu di Jepang, kamu gak berkomunikasi sama aku, kemana kamu selama ini? Yang dulu pernah janji akan hubungi aku selalu Ray,"
"Maaf Sher, waktu aku sudah sampai di Jepang, HP punyaku hilang, gak tau ada dimana, dan saat aku sudah mempunyai HP aku segera menghubungi kami, tapi kamu sama sekali gak terima telfonku, aku sudah chat kamu setiap hari, tapi sama sekali tak ada balasan darimu Sher. Membuat aku bingung mikirin kamu Sher," Jawab Rayhan tersenyum menatap Sherly.
"Aku kira kamu sudah lupa sama aku, saat itu aku mengubah nomer HP," Jawab Sherly menunduk. "Aku gak akan lupa sama kamu kok Sher, karena kamu yang sudah mewarnai dan menemaniku kehidupanku saat aku berada di SMA, tapi tidak dengan sekarang," Sherly menatap Rayhan tak mengerti, "Kenapa begitu? Aku selalu disini Ray,"
"Maaf Sher. Saat aku berada di Jepang, Aku bertemu dengan seseorang yang aku rasa dia perlahan bisa mengubah aku menjadi lebih baik. Nama dia Alice, dia juga orang Indonesia, aku sangat beruntung bertemu dia, karena Alice yang sampai saat ini menemaniku," Entah kenapa yang Sherly dengar dari mulut Rayhan, membuatnya sesak seketika.
Rayhan mulai berdiri dari tempat duduknya, "Maaf aku tidak bisa menepati janjiku, maaf aku sudah gak bisa bersamamu lagi Sher, aku berharap kamu juga bisa menemui seseorang yang lebih baik dariku dan pantas untuk kamu Sher. Aku duluan," Rayhan berjalan melangkah menjauhi Sherly yang masih berada di tempat.
"Kenapa semua ini tidak seperti harapanku, aku sangat bahagia saat bertemu Rayhan kembali, tapi kebahagiaan itu dalam sekejap langsung pupus. Aku mencintaimu Rayhan. Mungkin ini terakhir kalinya aku mengucapkan kalimat itu, jika kamu sudah bahagia bersama Alice, aku juga pasti bahagia tanpamu Ray," Sherly mengusap air matanya, dan kedua sudut bibirnya mulai tertarik membentuk senyuman kecil.
♥️ Cerita Esperanza ♥️
SELESAI
KAMU SEDANG MEMBACA
ESPERANZA [Completed]
Novela Juvenil[ Completed ] Belum di Revisi. Esperanza. Harapan. "Andai dia tau, berharap itu melelahkan dan membosankan." -Siska "~Janganlah kamu memberi harapan, jika ujung ujungnya hanya nyakitin~" -(Part 1 cerita Esperanza) Sinopsis cerita Esperanza : - Cint...