17 - Sahabat

944 50 4
                                    

Orang tua dari Sherly dan Arkan berkumpul di ruang tamu, sedangkan mereka berdua berada di taman belakang rumah Sherly, disitu emang basecamp mereka.

"Hey lo tau gak?" Tanya Sherly mencairkan suasana.
"Gak lah." Jawab Arkan datar, waktu masih kecil Arkan selalu melindungi Sherly, gak tau lagi deh kalau sekarang.

"Jangan bilang bilang ya, ada seseorang yang menyuruhku buat ngejauhin Rezi."

"Terus lo mau gitu?! Gak boleh ada yang menghalangi persahabatan kita bertiga." Ucap Arkan tegas.

"Siapa sih cewek itu?! Biar aku habisin dia." Sosok Arkan itu bersungguh sungguh atas perkataannya, tidak melihat fisik dari seseorang tersebut.

"Ketua kelas kita."
"Yaudah gue harus nanya ke Rezi dulu."

"Jangan plis, kita kan bisa bersama tanpa Rezi, aku hanya ingin membantu Nessa."

"Lo jangan egois dong, coba deh lo ingat, kalau gak ada dia, pasti kamu udah meninggal akibat mobil yang menabrak kamu." Arkan mengungkit masa lalunya Sherly.

"Huh, kenapa sih kamu gak pernah berubah, iya iya aku akan tetap jaga persahabatan ini."

"Lo harus bilang ke gue kalau si Nera, eh neta, eh nemo, duh siapa sih namanya dia." Arkan mencoba mengingatnya.

"Nessa." Jawab Sherly kesal, udah pikun masih marah marah.

"Oh iya, kalau sampai Nessa ngancam lo, aku jamin dia akan dikeluarin dari sekolahnya." Ya Arkan bisa melakukan semuanya, tanpa melihat resikonya.

"Ah lebay lo."
"Heh aku dari dulu serius dengan perkataannya aku sendiri, aku gak pernah beromong kosong!"

"Oh gitu, ternyata ini alasannya ya, yang waktu itu sok menjauh dari gue." Rezi menutup mata Sherly dari belakang.

"Ah siapa ini?! Bau banget tangannya."

"Ah masa lo gak kenal sih Sher, orang ini yang pernah ngompol waktu SD, terus nangis, dan izin pulang." Sindir Arkan, yang membuat Rezi pingin nabok tuh wajahnya.

"Lepas Rez." Sherly terus saja  berusaha melepas tangan Rezi dari matanya.
"Jahat ya kalian, gak ngajak ngajak kalau lagi ngumpul, kan gak baik kalau cuma berduaan." Ucap Rezi yang kemudian melepas tangannya dari mata Sherly.

"Lo datang dari mana sih? Ganggu aja." Tanya Arkan, padahal ia masih ingin bicara sama Sherly tanpa diganggu.

"Tadi gue ikut orang tua gue kesini, Sher km dipanggil tuh sama mamamu." Sherly berdiri dari tempat duduknya untuk menghampiri mamanya.

"Oh oke, awas kalian kalau gosipin aku." Ya Rezi hanya membuat alasan, agar dirinya bisa berbicara berdua dengan Arkan tanpa Sherly.

"Sampai kapan lo nutupin ini semua dari Sherly?" Tanya Arkan dengan nada datarnya, udah sangat kesal dengan rahasia yang satu ini.

"Ya sampai Sherly tau sendiri." Ucap Rezi mulai duduk disebelah Arkan.
"Bagaimana Sherly bisa tau, kalau lo nglarang buat kasih tau ini ke Sherly. Nunggu lo meninggal baru Sherly tau. Bukannya itu tambah bikin Sherly sakit hati ya." Ucap Arkan kesal.

"Jangan doain gue meninggal, Ya semoga aja dugaan dokter itu salah, doain gue yang terbaik aja ya." Senyuman yang hanya tampak diluar, tetapi didalamnya mungkin Rezi sedang merasakan sakit, hanya saja ia menutupi agar orang disekitarnya tidak terlalu mengkhawatirkan nya.
"Gue gak doain, kan gue cuma nanya."

ESPERANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang