Tiba tiba Ezra mempunyai ide, ia segera keluar dari kamar Arkan untuk mengambil mainannya.
Ezra kembali ke kamar Arkan, ia menghidupkan lampu ruangan tersebut.
"Ezra! Matiin!" Ezra tertawa kecil melihat kakaknya marah."Ayo bangun kak! Kak Arkan bangun." Ezra menyemprotkan mainan tembakan airnya pada Arkan.
Arkan mengambil mainan tersebut dari tangan Ezra dan segera bangun.
"Ada apa?"
"Ikut Ezra yuk jalan pagi."
"Oke, sekarang kamu keluar!" Arkan menyemprotkan mainan tersebut pada Ezra yang membuat adiknya terlari ke luar kamar. "Ampun kak!""Huh dasar adik ngeselin." Arkan bangun dari tempat tidurnya untuk pergi ke kamar mandi.
"Kak Arkan cepetan!" Teriak Ezra dari arah luar.Arkan segera keluar dan melihat adiknya yang sedang melakukan pemanasan sebelum berlari.
"Ayok berangkat." Ajak Arkan, mereka berdua mulai berlari.
"Woy kamu mau kemana?" Melihat adiknya berjalan ke arah yang berbeda, Arkan langsung mengikuti Ezra."Aku mau jemput kak Andra, kak."
"Ngapain sih pakai jemput kak Andra segala, berdua aja kenapa sih?"
"Ezra lama gak main sama kak Andra." Arkan hanya menghembuskan nafasnya pasrah.Seorang pria bertubuh tinggi membukakan pintu saat mendengar ketukan pintu yang bunyi terus menerus.
"Ada apa?" Tanya Andra datar.
"Kak kita jalan jalan yuk." Ajak Ezra dengan semangat.
"Hm oke, yaudah kita berangkat sekarang aja." Andra menutup pintu rumahnya dan berangkat."Mana Sherly kak?" Tanya Arkan sambil berlari kecil sebagai awalan.
"Katanya mama sih Sherly lagi jalan jalan."
"Jalan sama siapa? Sendirian?"
"Mana gue tau.""Kak, Ezra haus kita beli minum dulu ya." Pinta Ezra sambil menarik narik tangan Arkan.
"Yaelah kita baru jalan 15 menit loh Ezra masak sudah capek.""Tapi aku haus kak, soalnya mulai tadi kak Andra sama kak Arkan larinya cepat sih." Arkan menghembuskan nafasnya untuk berusaha sabar jika jogging bersama anak kecil.
"Oke, kita beli minum dan istirahat dulu, lalu kita lanjut lagi." Mereka bertiga memasuki supermarket terdekat.
Sherly menatap Rayhan kagum saat Rayhan melepas kedua tangannya dari setir sepedanya dan menyilangkan tangannya didepan tubuhnya.
"Rayhan, kenapa tangan lo gak pegangan? kok bisa sih?"Rayhan tersenyum kecil mendengar pertanyaan Sherly. "Gini ya Sher, kita kan lagi naik sepeda, nah yang bekerja itu kaki, tangan kita mah cuma diam aja, ya gak?"
Sherly mengangguk mengerti. "Tapi kamu gak takut tangannya di lepas?"
"Ya nggak lah, gue sudah terbiasa seperti ini, dan juga tangan gue lagi capek nih.""Aku mau coba juga ya." Sherly mencoba meniru seperti Rayhan, perlahan ia melepas satu tangannya hingga kedua tangannya terlepas.
"Wah Rayhan aku bisa." Sherly mengangkat kedua tangannya yang membuat Rayhan membulatkan matanya.
"Sher hati hati!" Tiba tiba sepeda Sherly bergerak gerak, tentu Sherly tidak bisa menjaga keseimbangannya hingga ia terjatuh. "Aww."
Rayhan turun dari sepedanya dan segera menolong Sherly, ia membawa Sherly kepinggir jalan.
Rayhan memeriksa anggota tubuh Sherly, untung baik baik saja hanya celana yang dipakai Sherly robek dan memperlihatkan luka dengan aliran arah disana. "Tuh kan, pakai gaya gayaan sih lo, sudah tau kalau lo gak bisa ngelakuin seperti tadi, kok lo berani sih." Rayhan menutup luka di lutut Sherly.
"Tadi aku lihat kamu ngelakuin gampang aja sih, yaudah aku coba." Ucap Sherly menyesal.
"Kan tadi gue sudah bilang gue itu sudah terbiasa ngelakuin seperti tadi.""Ya namanya belajar, jadi wajarkan jatuh."
Rayhan menghembuskan nafasnya dan tersenyum. "Iya iya, yasudah kita berangkat lagi." Rayhan dan Sherly mengambil sepedanya dan naik hingga mengayuh sepedanya kembali."Padahal sudah jam setengah 7 tapi masih sepi ya, pada mager semua ya mau olahraga." Sherly melihat sekeliling taman yang hanya terdapat 5 - 10 orang.
"Iya sama seperti lo tadi, kalau gue gak ajak mungkin lo lagi tidur di rumah." Sherly hanya mengiyakan omongan Rayhan.
"Gimana kalau kita lomba sepeda aja, finishnya di tempat ini juga, kita harus memutar taman ini, dan siapa yang duluan menyampai finish dia pemenangnya, dan yang kalah harus traktir yang menang." Ucap Sherly tersenyum.
Rayhan hanya setuju setuju aja dengan pendapat Sherly, tapi ia tak tega dengan luka di lutut Sherly.
"Tapi gimana dengan luka lo?"
"Kan sudah tidak apa apa, bisa lihat kan?" Sherly menunjukkan lukanya yang sudah mulai membaik."Oke kita mulai dari sekarang aja ya, satu! Dua! Tiga!" Teriak Rayhan, mereka berdua mengayuh sepedanya dengan cepat.
"Awas hati hati jangan jatuh lagi." Ledek Rayhan yang melewati Sherly begitu saja.
"Gak kira, biarin gue akan kalahin lo sekarang, awas tuh ada batu." Rayhan segera mengerim. Rayhan melihat di depannya sama sekali tak ada batu."Sial! Gue dikerjain sama Sherly." Gumam Rayhan, dan segera mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi.
"Mangkanya jangan langsung percaya, sini kalau bisa mengejar gue." Sherly menjulurkan lidahnya pada Rayhan yang masih dibelakangnya.
"Sherly awas ada orang di depan lo!" Teriak Rayhan.
Tapi Sherly sama sekali tidak mendengarkan ucapan Rayhan, ia terus saja menghadap ke Rayhan. "Haha gue gak akan percaya sama lo."
"Lihat dulu di depan lo!"
"Awas aja lo kalau bohongin gue." Sherly segera menghadap ke depan, dan dilihat ada 3 orang yang sedang berbicara tanpa melihat Sherly yang sedang ngebut membawa sepedanya.Sherly segera mengerim di bagian rem kanan, tapi Sherly lupa bahwa rem kanan lebih mendadak, yang membuat ban belakang sepeda terangkat, Sherly langsung turun dari sepedanya mengabaikan sepedany yang sudah jatuh.
Rayhan segera turun menghampiri Sherly. "Sher lo gak apa apa kan? Tuh kan mangkanya dengarin kalau orang bicara."
"Iya iya, lagian gue gak apa apa kok." Sherly mengusap debu debu yang mengenai dirinya.
"SHERLY!!" Sherly menoleh ke sumber teriakan karena namanya terpanggil.
"Eh kak Andra kok ada disini?" Tanya Sherly cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Gue disini olahraga, astaga Sherly lo ngapain pakai sepeda gue! Terus lo ngapain jatuhin sepeda gue, kalau gak tau naik sepeda jangan pakai dong." Teriak Andra mengambil sepedanya yang terjatuh di tanah.
Sherly melihat sekitarnya orang orang sedang melihat ke arahnya karena teriakan. "Ya maaf kan aku gak sengaja, jangan keras keras dong kak teriaknya malu tuh dilihat orang orang."
"Eh lo! Ngapain ada disini sama Sherly?" Andra menatap tajam Rayhan.
"Ya gue temanin dia aja, apa masalahnya sih, kan gue sudah izin ke mamanya Sherly.""Lutut lo kenapa Sher?" Tanya Arkan yang mulai tadi menatap luka Sherly.
Sherly langsung menutup lukanya. Sherly langsung menutup luka tersebut, "Ah ini bukan apa apa kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
ESPERANZA [Completed]
Teen Fiction[ Completed ] Belum di Revisi. Esperanza. Harapan. "Andai dia tau, berharap itu melelahkan dan membosankan." -Siska "~Janganlah kamu memberi harapan, jika ujung ujungnya hanya nyakitin~" -(Part 1 cerita Esperanza) Sinopsis cerita Esperanza : - Cint...