"Sher gimana hubungan lo sama Rayhan?" Tanya Siska sambil menyantap makanannya.
"Gimana apanya?"
"Makin dekat lo ya?" Siska menaruh garpu yang dipegangnya dari tadi."Kalau dekat sih iya, tapi paling dia cuma anggap aku cuma sahabat atau teman bercanda dia." Jawab Sherly sambil meminum es tehnya.
"Gak mungkin Rayhan gak punya perasaan sama kamu, tiap hari kamu di antar jemput lo sama dia, selalu ada buat kamu." Vela sedikit kesal pada Sherly, karena dia masih polos soal cinta.
"Masak sih? Meskipun kalian selalu ada buat aku."
"Kalau kita kan sahabatmu Sher. Eh Rayhan itu pernah perhatian gak?" Sherly hanya mengangguk pelan tak mengerti yang dimaksud oleh Siska."Banyak lo yang berusaha dekatin Rayhan, tapi semuanya ditolak dengan sikap yang kurang baik." Ucap Vela.
"Benar juga ya, Rayhan pernah bilang kalau dia perhatian ke orang yang dia sayang, dan dia selalu ada buat gue, masak sih Rayhan suka ke gue, gak mungkin gak mungkin." Pikir Sherly dalam hatinya.
"Lo ada perasaan gak sama dia?" Tanya Vela.
"Hm sebenarnya aku suka sama Rayhan, tapi aku takut Rayhan tidak memiliki rasa yang sama sepertiku.""Coba lo ungkapin aja perasaan kamu ke Rayhan, dia pasti bisa menghargai kok."
"Aku akan usaha.""Yaudah gue duluan ya ke kelas." Sherly pergi meninggalkan sahabatnya dan makan dan minumnya yang masih utuh.
"Kita salah bicara ya?" Tanya Vela.
"Sepertinya nggak, mungkin dia masih ingin berpikir dulu beri dia waktu aja dulu.""Kelas kenapa sepi banget, mungkin karena sekarang masih istirahat ya." Sherly berjalan menuju bangkunya, dan duduk.
"Sher, semua murid murid lagi ngumpul di lapangan loh, kamu gak kesana?" Ucap Rayhan yang baru saja masuk kelas.
"Lah gue gak tau informasi, terus lo ngapain disini? yaudah gue kesana dulu ya." Rayhan menarik tangan Sherly yang hendak keluar kelas.
"Semua udah bubar."
"Terus tadi ada pengumuman gak?" Tanya Sherly kembali ke tempat duduknya."Ada, katanya nanti malam ada acara makan malam." Rayhan menjelaskan alamat tempat makan tersebut.
"Sekolah kita ngadain makan bareng malam ini? Gak terlalu rame ya?"
"Ah nggak kok, tempatnya kan luas disana." Ya meskipun terdengar aneh bagi Sherly, ia tetap akan hadir."Ini benar nggak ya, tempat yang dibilang oleh Rayhan?" Sherly celingak-celinguk melihat tempat makan tersebut masih sepi.
"Sherly!" Rayhan melambaikan tangannya. Sherly langsung menyamperi Rayhan.
"Nih gue udah pesanin."
"Makasih." Sherly tersenyum berterima kasih."Kok belum ada yang datang?"
"Mungkin mereka gak jadi datang, dan biarin kita berdua yang makan malam." Sherly hanya mengangguk mengerti."Bentar ya gue angkat telfon dulu." Izin Sherly.
"Iya.""Sher lo dimana?" Tanya Siska dalam telfonnya.
"Kok lo gak datang sih, kan ada acara makan malam. Disini gue cuma sama Rayhan nih." Siska hanya tertawa dalam telfonnya."Kok lo malah ketawa sih?" Tanya Sherly heran.
"Gak ada acara makan malam Sher, itu ulah Rayhan paling biar bisa dinner sama kamu.""Oh gitu ya, makasih ya Sis infonya." Sherly menaruh hpnya dalam tasnya, dan kembali pada tempat duduknya, ia menatap Rayhan sedang menikmati makanannya tanpa merasa bersalah.
"Lo bohongnya Ray?!" Sherly mulai makan dengan rasa kesal.
"Haha akhirnya lo tau juga ya, mangkanya jangan terlalu percaya sama orang, tapi lo senang kan makan malam berdua sama gue?" Sherly tak menjawab pertanyaan Rayhan, ia memotong dagingnya dengan sangat emosi sampai ia mematahkan pisau di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESPERANZA [Completed]
Fiksi Remaja[ Completed ] Belum di Revisi. Esperanza. Harapan. "Andai dia tau, berharap itu melelahkan dan membosankan." -Siska "~Janganlah kamu memberi harapan, jika ujung ujungnya hanya nyakitin~" -(Part 1 cerita Esperanza) Sinopsis cerita Esperanza : - Cint...