Part 39

3.1K 400 12
                                        

[Pic dari Eli - jujur aku paling suka ketika harus menulis terkait Eli karena aku selalu membayangkan sosok kakak laki-laki yang selama ini aku harapkan  hehe dan kalau ada kakak laki kayak Eli kayaknya enak ya]


"Apa kau masih ingat ketika aku terakhir kalinya memberontak soal larangan ayah untuk pergi keluar dari pack semauku?" ucap Eli dan aku mengangguk kecil.

Jujur aku tidak terlalu mengingatnya karena waktu itu aku masih sangat kecil, tapi aku ingat kalau Eli dulu adalah anak laki-laki yang sangat suka berpetualang dan melakukan segala sesatu tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Sangat bertolak belakang dengan sosoknya saat ini.

"Aku dihukum Ayah seperti biasa, membersihkan pekarangan belakang dan memastikan semua sudut bersih dari rumput liar, dan setelah selesai Ia akan memaksaku untuk menemaninya ikut perkumpulan para tetua pack yang sangat ku benci saat itu. Well – aku hanya seorang anak kecil berumur 10 tahun saat itu dan duduk diantara para tetua pack yang berbicara semalaman jelas membuatku bosan." Jelas Eli dan aku terdiam menatapnya yang seakan sedang memutar ulang semua kejadian itu satu persatu.

"Dan seperti biasa kau akan bermain dengan mainanmu di pekarangan belakang sembari menungguku menyelesaikan tugasku membersihkan pekarangan belakang. Tapi saat itu sedikit berbeda – hari itu bertepatan dengan kunjungan mendadak dari Paman Timios."

Paman Timios –

"Ah – kau benar. Aku ingat soal hari itu. Paman Timios datang dan Ibu memintaku untuk mencarimu dikamar, tapi kau tidak ada dan akhirnya aku membuatmu ketahuan sedang pergi menyelinap keluar pack –" ucapku dan Eli tertawa lepas karena itu,

"Ya – Andai saja kau tidak mencariku dan berkata jujur bahwa aku tidak ada dikamar pagi itu, mungkin untuk pertama dan terakhir kalinya aku berhasil menyelinap keluar."

Aku tertawa dan membayangkan seberapa marahnya Ibu dan Ayah jika itu benar-benar terjadi.

"Aku ingat waktu itu aku sedang membersihkan taman belakang, dan Paman Timios mendekatiku lalu mulai membantuku untuk membersihkan semua rumput itu. Awalnya aku hanya berpikir Ia dikirim Ibu untuk memastikan aku melakukan tugasku, tapi setelah mengingat apa yang kita bicarakan mungkin – Ia sengaja menemuiku hari itu. Dan seakan sengaja membuatku tidak berhasil menyelinap keluar pack."

Aku menatap bingung kearah Eli dan Kakakku itu terlihat sangat berhati-hati akan apa yang ingin Ia katakan.

"Saat itu aku tidak menganggap aneh apa yang diucapkannya tapi – aku ingat Paman berkata 'Untung saja aku tidak terlambat –'. Aku terlalu kesal karena rencanaku batal, maksudku hari itu adalah hari terbaik yang pernah kudapat untuk pergi keluar. Semua sudah kuperhitungkan dan itu gagal karena Paman Timior muncul. Dan saat itu aku sepenuhnya percaya bahwa – aku gagal karena aku tidak beruntung, bukan karena hal lain."

"Dan Paman Timios mulai menceritakan bagaimana Ia bertemu dengan Ayah, apa yang diperbuat Ayah dulu untuk menyelamatkan Ibu dan semua yang Ia ketahui soal kedua orang tua kita. Tapi itu mirip dengan apa yang sudah sering kita dengar dari kecil." Jelas Eli dan aku tersenyum kecil kearahnya,

"Kau benar –" ucapku, " – kurasa tidak ada werewolf yang sekarang tidak tahu perjalanan cinta kedua orang tua kita. Mereka melalui lika-liku yang cukup 'luar biasa'. Dan karena Ayah adalah Alpha membuat semuanya tersebar dengan begitu cepat." Tambahku.

"Yes – dan tiba-tiba Paman mulai menceritakan tentang dirimu."

Aku menatap bingung kearah Eli,

"Maksudmu – saat itu Paman Timios tiba-tiba saja menceritakan tentangku? Tanpa ada sebab khusus?" tanyaku, dan Eli mengangguk membenarkan hal itu.

Sacrifices | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang