Aku membuka perlahan kedua mataku dan menyadari bahwa aku berada di ruangan yang tidak kukenali.
Sesaat setelah aku berhasil mendudukkan diriku barulah aku teringat akan apa yang terjadi semalam. Dan aku langsung berusaha menyesuaikan pengelihatanku dengan gelapnya ruangan ini.
Aku tidak bisa melihat apapun karena memang tidak ada cahaya sedikitpun disini tapi aku bisa merasakan bahwa ada seseorang disini – seorang vampire. Dan tidak perlu lama bagiku untuk menyadari kalau dirinya adalah Vampire yang sama dengan yang membuatku berada disini semalam.
"Apa kau sudah sadar?" ucap pria Vampire itu dan aku hanya terdiam dan berusaha mencari pintu keluar dari ruangan aneh ini,
"Aku bertanya padamu –" ucapnya lagi dan dalam sekejap Ia sudah berdiri disamping tempat tidur tempat aku terduduk saat ini,
Aku mengangkat kepalaku dan meski aku masih diliputi kegelapan aku bisa melihat sinar mata pria Vampire itu – sepasang mata berwarna kuning terang yang hampir mendekati warna emas menyala.
Dan disaat itu juga aku teringat akan sesuatu yang kupikir tidak akan pernah berhasil untuk kuingat kembali –
Mimpi itu.
Mata itu adalah sepasang mata yang kulihat di dalam mimpi menyeramkan yang kudapat beberapa hari ini.
"Melihat kau dapat menatapku seperti itu – aku yakin kau baik-baik saja." Ucapnya dan Ia tiba-tiba mendudukkan dirinya diatas tempat tidur tepat berada disampingku, membuatku secara refleks langsung menjauh darinya,
"Aku tidak akan melukaimu. Well, untuk yang semalam aku memang terpaksa menggunakannya karena darah Alpha yang ada didalam dirimu tetap tidak dapat dihilangkan begitu saja."
Aku tidak mengatakan sepatah katapun dan berada disamping seorang Vampire sepertinya membuatku merasa sedikit ketakutan. Bagaimanapun aku tidak pernah benar-benar melawan seseorang sendirian apalagi melawan seorang Vampire.
Selama ini Eli maupun Jake akan selalu bersama disampingku ketika kita melakukan sparring atau semacamnya.
Dan – Aiden.
Tiba-tiba pikiran mengenai pria itu terlintas begitu saja didalam pikiranku dan membuatku kembali dipenuhi dengan keinginan untuk melarikan diri secepatnya dari sini. Aku tahu bahwa Aiden pasti akan merasakan kepergianku karena bagaimanapun Ia adalah mate ku tapi aku juga sadar bahwa Ia pasti dalam kondisi panik saat ini.
"Apa kau tidak penasaran mengenai apa yang akan kulakukan padamu?" ucap pria vampire itu yang berhasil membuatku kembali tersadar akan kenyataan yang ada bahwa saat ini aku masih berada diruangan gelap ini bersama pria vampire itu,
Tapi aku tidak menjawab apapun perkataan pria itu karena bagiku diam adalah salah satu senjata yang tepat untuk kondisi seperti ini. Siapapun pasti akan terpancing emosinya ketika semua perkataannya hanya dianggap sebagai angin lalu bukan?
"Jujur aku cukup terkejut melihat reaksimu yang begitu tenang seperti ini –" ucapnya lagi dan itu berhasil membuatku menghela nafas kecil karena semakin lama aku jadi tersadar bahwa sepertinya Ia adalah tipe pria yang suka berbicara banyak,
Hanya saja tiba-tiba aku menyadari kehadiran seseorang yang sedang berjalan mendekat ke ruangan ini dan itu berhasil membuatku mengerutkan dahiku karena aku teringat bahwa tidak hanya pria vampire ini saja yang pernah aku temui. Ada satu pria vampire lagi yang kutemui – dan Ia adalah vampire yang memiliki emosi cukup tinggi mengingat pertemuanku dengannya bukan pertemuan yang cukup menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifices | ✓
Werewolf|HIGHEST RANKING: #29 IN WEREWOLF CATEGORY | "Jika kau tidak mau berkorban untuk mencapai apa yang kau inginkan, maka apa yang kau inginkan itu akan jadi hal yang harus kau korbankan." Kalimat itu adalah hal yang selalu diucapkan oleh Pamanku - Pam...