"Aiden –" panggilku berharap itu dapat membuatnya sadar dan sedikit meredakan amarahnya.
Aku bisa merasakan luapan amarahnya – bagaimanapun Ia adalah mate ku.
Aiden akhirnya berhasil sedikit sadar dan melangkah masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu kamar ku ini.
Pria itu terdiam beberapa saat di depan pintu tanpa melakukan apapun, membuatku khawatir akan apa yang akan dilakukannya atau dikatakannya.
Tapi – well, sebenarnya aku tidak ada andil apapun atas apa yang terjadi. Meski jujur saja aku cukup menyesal tidak mengusir Ace lebih cepat tadi. Hanya saja selama tidak ada apapun bukankah apa yang Ace lakukan tadi berada di kamar ini tidak sepenuhnya hal yang – salah?
"Apa yang sebenarnya terjadi selama aku dan lainnya belum sampai disini?" tanya Aiden dan aku memandangnya bingung,
"Apa maksudmu?"
"Apa – kau tidak sadar bahwa vampire itu menginginkanmu?" ucap Aiden dan aku semakin tidak memahami apa yang sebenarnya Ia pikirkan saat ini,
"Aku tidak tahu apa yang kau bayangkan atau pikirkan tapi itu tidak mungkin terjadi. Ia hanya datang untuk menanyakan soal apa yang akhirnya harus kupilih dan Ia hanya ingin mengatakan kalau Ia mendukungku apapun yang kupilih. That's it. Ace tidak akan pernah berpikir seperti itu tentang ku." Jelasku dan jujur saja aku tidak percaya aku harus menjelaskan diriku seperti ini ketika tidak ada yang terjadi diantara aku dan Ace.
"Itu adalah apa yang kau pikirkan. Bukan apa yang dipikirkan oleh vampire itu." Jawab Aiden ketus dan aku benar-benar tidak tahu kalau Aiden bisa bersikap seperti ini,
"Lalu – apa yang membuatmu yakin apa yang kau pikirkan adalah apa yang ada dipikiran Ace?" tanyaku padanya dan Aiden langsung menatapku terkejut karena nada bicaraku yang mulai terpancing emosi,
"Well – karena aku bisa merasakan rasa kebenciannya padaku. Dan sudah jelas itu karena aku adalah mate mu. Lagi pula – apa kau masih mau mendukungnya setelah apa yang terjadi?"
Sepertinya Aiden benar-benar kehilangan sisi tenang khas miliknya.
Aku memang pernah mendengar bahwa rasa cemburu seorang Werewolf akan mate nya cukuplah – parah. Tapi aku tidak menduga itu akan membuat seorang yang berpikiran jernih dan tenang seperti Aiden bisa hilang kendali juga.
"Ya. Aku akan mencoba semampuku. Dan Ace bahkan sudah berjanji untuk melindungi kita semampunya, apapun yang diperlukan akan dilakukannya. Bagaimanapun ini adalah pertempurannya dan aku disini untuk membantunya." Jawabku berusaha menenangkan diriku, karena jika Aiden sudah mulai kehilangan akal sehatnya maka aku harus menjaga milikku. Sebab aku yakin jika aku ikut marah padanya maka itu hanya akan membuat keadaan memburuk.
"Wah – sekarang kau bahkan tetap mendukungnya ketika Jake dan Steve terluka seperti kemarin. Apa kau tidak pernah berpikir kalau mereka terluka karenamu? Kalau saja kau menuruti Eli dan langsung ikut kembali saat kita menemukanmu – semua ini tidak akan terjadi." Ujar Aiden dan itu tepat melukai perasaanku – aku sudah tahu itu terjadi karenaku tapi mendengarnya mengatakan itu semua seakan benar-benar ingin memojokkanku dan membuatku merasa sangat terluka.
"Dan meski mereka terluka kau tetap mendukung para vampire itu. Lalu setelah ini siapa yang akan kau biarkan terluka karenamu? Apa itu Eli? Atau mungkin diriku?" tambahnya dan meski aku tahu Ia mengatakan itu hanya karena Ia marah – tapi tetap saja aku tidak bisa menutupi bahwa Ia sudah melukai perasaanku.
"Kalau begitu pergilah. Aku akan melakukan ini sendiri – " ucapku berusaha menahan air mata yang mulai menggenang,
Aku tahu Bianca berusaha memasuki diriku dan ingin mengatakan sesuatu tapi aku langsung menutup aksesnya karena aku tahu Ia hanya akan berusaha menasehatiku untuk menghentikan pertikaian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifices | ✓
Loup-garou|HIGHEST RANKING: #29 IN WEREWOLF CATEGORY | "Jika kau tidak mau berkorban untuk mencapai apa yang kau inginkan, maka apa yang kau inginkan itu akan jadi hal yang harus kau korbankan." Kalimat itu adalah hal yang selalu diucapkan oleh Pamanku - Pam...