Part 14

6.6K 701 11
                                    


Aku dan Aiden langsung bergegas menuju Main House dimana Paman Timios sudah menungguku disana.

Sesaat setelah aku melihatnya akupun bergegas berjalan kearahnya dan memeluk Paman ku itu.

"Hei –" ucap Paman Timios sambil mengusap pelan kepalaku – hal yang selalu dilakukannya sejak aku kecil dulu.

"Kau tidak apa? Aku sudah mendengar banyak yang terjadi seharian ini." Ucapnya lagi dan aku memasang senyuman agar dapat membuatnya percaya bahwa aku baik-baik saja,

"I'm Okay." Ucapku pada Pamanku itu dan Ia mengangguk,

"Bagaimana kalau aku dan dirimu melanjutkan pembicaraan tadi pagi? Ada banyak yang harus ku ceritakan dan kujelaskan padamu."

Akupun memandang ke arah Aiden dan pria itu mengangguk kecil seakan mengijinkanku untuk meninggalkannya untuk berbicara bersama Paman Timios.

Aku memutuskan untuk mengajak Paman Timios ke rumah milikku agar aku dan dirinya dapat berbicara lebih leluasa – bagaimanapun Werewolf memiliki pendengaran yang tajam jadi menurutku akan lebih baik bagi diriku jika tidak ada yang mendengar pembicaraanku dengan Paman Timios ini.

"Duduklah – Teh atau Kopi?" tanyaku sambil mempersilahkan Pamanku itu untuk duduk di sofa yang ada di ruang tengah,

"Tidak perlu. Jadi kemarilah –" Jawab Paman Timios yang membuatku mengedikkan bahuku lalu bergegas kembali ke ruang tengah untuk duduk di sampingnya,

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyaku padanya dan Paman ku itu terdiam sejenak seakan berpikir apa yang harus Ia katakan padaku,

Aku melihat Pamanku itu menghela nafas perlahan sebelum akhirnya menatap kearahku,

"Apa – kau ingat mimpi mu tadi malam?"

Aku mengangguk kecil dan menatap bingung kenapa tiba-tiba Paman menanyakan mimpi itu lagi,

"Kau bermimpi bahwa kau melihat seseorang tiba-tiba muncul dihadapanmu bukan?
Apa kau ingat warna mata orang itu?"

Aku mengerjapkan mataku dan berusaha meyakinkan diriku bahwa aku tidak salah mendengar apa yang ditanyakan olehnya.

"Memang ada apa dengan matanya?" tanyaku kepadanya,

"Aku harus tahu dengan pasti apa yang kau lihat supaya memastikan siapa yang akan menjadi lawanmu dan siapa yang menjadi temanmu. Kau harus mengetahui itu terlebih dahulu agar semuanya tidak terlalu berat untukmu. Dan jujur – meski aku melihat banyak vision terkait dirimu – aku tidak pernah melihat secara jelas siapa yang harus kau jauhi dan siapa yang akan membantumu karena dalam visionku hanya ada dirimu disana. Tapi – melihat kau mendapatkan mimpi yang berisi sosok orang lain maka aku yakin bahwa kau pasti memiliki hint yang lebih jelas dibandingkan diriku." Jelas Pamanku dan aku terdiam sembari memasang kerutan di dahiku,

"Tunggu – sebenarnya apa yang terjadi disini?"

Pamanku kembali terdiam dan terlihat ragu apakah Ia harus menjawab jujur padaku atau tidak,

"Paman –" ucapku pelan memohon padanya untuk memberitahuku semuanya supaya aku lebih bisa memahami apa yang terjadi disini,

"Sebenarnya aku sudah melihat banyak vision terkait dirimu sejak sebelum kau dilahirkan. Tapi saat itu aku memang hanya mendapatkan potongan-potongan vision yang harus aku satukan sendiri, dimana itu menuju pada dirimu. Dan – aku memberitahu Ibumu soal ini. Karena itu juga aku meminta Ibumu untuk mengijinkanku menjadi God-father milikmu agar aku bisa dekat denganmu – dan berharap itu dapat membantuku melihat vision terkait dirimu dengan lebih jelas."

Sacrifices | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang