BAB 2

13.9K 412 12
                                    

Seorang perempuan terlihat sedang gusar mencari toilet yang kosong, dirinya sudah mondar mandir mencari toilet namun yang ditemuinya pasti selalu penuh dengan siswa lain yang tengah berganti pakaian untuk pelajaran olahraga.

Matanya berbinar setelah berhasil menemukan toilet yang tidak terlalu ramai, toilet itu persis di samping ruang perpustakaan. Walau letak toilet ini tampak jauh dari kelasnya, tapi tak apa, pikir si perempuan ini.

Perempuan ini bernama Allysa Vania Olsi Genaya atau biasa dipanggil Vania. Saat ini Vania berada di kelas Aster A, yang merupakan salah satu kelas unggulan yang ada di Global School. Dengan rambut sebahu dan badannya yang tidak terlalu tinggi membuat perempuan ini memiliki pesona lain. Namun pesona itu tertutupi oleh sifatnya yang blak blakan dan tak tahu malu.

fyuuuh akhirnya batin Vania setelah keluar dari toilet.

Vania bergegas menuju kelasnya karena sepuluh menit lagi akan diadakan ulangan fisika, dirinya tak mau ketinggalan itu terlebih guru fisikanya saat ini termasuk guru killer.

Langkahnya tiba tiba terhenti saat di sisi lapangan basket, matanya fokus pada satu titik, titik yang memancarkan sinar tersendiri dibanding titik titik yang lainnya. Titik ini disebut vitamin mata.

Entahlah sejak kapan kata 'vitamin mata' tercipta, tapi istilah ini biasa Vania gunakan jika dirinya menemukan laki laki yang ketampanan nya diatas rata rata dibanding laki laki yang lain.

Tapi sepertinya, vitamin mata yang dilihatnya saat ini tampak tak familier di mata Vania, apa dia anak baru?

DORR

" apaan sih lo " protes Vania setelah dikagetkan oleh sahabat sekaligus teman sebangkunya.

" liatin apaan lo? vitamin mata? " tanya Lisa pada Vania yang sepertinya matanya tak mau fokus pada arah lain.

" yoi, tuh jersey basket nomor tujuh " ucap Vania dengan menunjuk titik itu menggunakan dagunya.

" Gevan Alvaro Ravindra, kapten basket yang dingin kayak es batu jalan. Kakel kita " ucap Lisa menjelaskan. Mata Vania melotot tak percaya, ternyata sahabatnya ini apal juga vitamin mata yang ada disekolah nya ini.

" gue kira dia anak baru " ucap Vania.

" lo sih kurang explore siswa siswi di sekolah ini. Btw lo ada ulangan fisika tiga menit lagi " ucap Lisa memperingatkan. Vania menepuk jidatnya, dirinya lupa akan hal itu karena tampak fokus pada vitamin mata yang dilihatnya.

" yaudah yuk masuk kelas " ajak Vania yang langsung menggandeng tangan Lisa namun langkah Lisa tak bergerak sedikit pun.

" gue ada rapat osis, lo duluan aja " ucap Lisa. Vania lupa bahwa sahabatnya ini adalah seorang wakil ketua osis, jadi tak heran jika Lisa sering tak mengikuti pelajaran untuk berkumpul dengan teman teman osisnya.

" oke bye mbak waketos " ucap Vania berpamitan dan langsung berlari untuk mengejar waktu agar dirinya tak ketinggalan ulangan fisika hari ini.

***

Vania keluar kelas dengan perasaan senang, karena ulangan fisika hari ini cukup mudah, semua materi yang Vania pelajari semalam keluar. Tapi sepertinya perasaan senang ini hanya diperoleh Vania, tidak dengan teman sekelasnya yang sepertinya kesusahan mengerjakan soal tadi.

" Van kantin kuy, gue udah selesai rapat nih " panggil Lisa yang tanpa sengaja berpapasan dengan Vania di depan kelas. Vania menyetujui ajakan Lisa.

" Hai Lis " sapa Ady --- ketua osis.

Langkah mereka berdua terhenti saat ini ada seorang laki laki menyapa Lisa, dan di balas senyuman oleh Lisa.

" maaf gue uwuphobia, kalian berdua bisa nanti aja ga " protes Vania yang melihat dua orang di sampingnya ini saling bertatap.

" gue duluan ya kak " pamit Lisa lalu segera menggandeng Vania agar mulut Vania tidak semakin menjadi jadi.

...

Suasana kantin sangat ramai, Lisa membuat kesepakatan untuk Vania menempati meja yang masih kosong dan Lisa untuk memesan makanan, Vania mengangguk setuju.
Vania duduk di meja paling pojok, kebetulan meja ini hanya memiliki dua kursi, jadi pas untuk dirinya dan Lisa.

Lisa membawa nampan berisi dua bakso dan dua es jeruk.

" heh di makan, lagi liatin apa lo? " ucap Lisa yang melihat Vania nampak tak fokus pada makanan di depannya dan malah fokus ke arah samping, Lisa pun ikut melirik ke arah yang Vania tuju.

" kak Gevan lagi? " tanya Lisa, bukannya dijawab, Vania malah beranjak dari duduknya dan mendekati lelaki yang hari ini cukup menyita perhatiannya itu.

...

" Hai " ucap Vania pada dua anak laki laki di depannya.

" Gue Vania dari kelas Aster A, apa gue boleh minta nomor lo? " tanya Vania tanpa rasa malu, sedangkan Lisa yang melihat dari kejauhan melotot tak percaya apa yang dilakukan oleh sahabatnya ini.

" Kan udah punya " jawab Alvan --- anak osis, sahabat Gevan, tukang ngelawak.

" bukan lo! tapi yang disebelah lo! " ucap Vania, Gevan tak mengatakan sepatah kata pun dirinya bingung, apa maksud perempuan di depannya ini.

" kak jawab! " Vania menggebrak meja Alvan dan Gevan, seluruh pengunjung kantin pun ikut melirik ke arah mereka bertiga.

" eh maaf kak, temen gue emang rada rada " ucap Lisa yang menanggung malu dari kelakuan sahabatnya ini, Lisa langsung menarik Vania keluar dari kantin.

" sumpah Van lo malu maluin banget " ucap Lisa yang tak kuasa menahan malu.

" kenapa malu? Kan gue pake baju " ucap Vania dengan santai nya, yanpa merasa hal apapun pada dirinya.

" it-itu kakel woi, lo gebrak meja dia "

" suruh siapa ditanya malah diem, punya mulut ya digunain " protes Vania yang malah kesal, bukannya malu atas tindakannya.

Lisa menarik napas dalam dan menghembuskan napasnya, memang sepertinya meladeni Vania harus butuh kesabaran dan kewarasan yang tinggi.

***

Jam pelajaran telah usai, kini saatnya siswa siswi untuk pulang ke rumah masing masing. Lisa sudah ijin pada Vania bahwa hari ini dirinya tak bisa pulang bersamanya karena harus melakukan rapat osis, Vania juga bingung pada sahabatnya itu, kenapa dirinya mau dijadikan babu sekolah.

Vania sudah mencoba menelpon lima kali kakak nya itu namun tak ada hasil, jadi sepertinya Vania harus pulang naik ojol. Namun saat dirinya berjalan ke arah parkiran ada seseorang yang menarik perhatiannya, Vania tersenyum sumringah lalu menghampiri orang itu.

" Hai " panggil Vania, Gevan hanya menatap datar orang yang ada di depannya ini.

" minggir " ucap Gevan sambil menyalakan mesin motornya.

" lo belom bagi nomor lo ke gue " ucap Vania.

" lo mau gue tabrak? " ucap Gevan lalu langsung pergi begitu saja.

untung cakep batin Vania.

•••

SUKA? LIKE, KOMEN, SHARE YA!

ig : @raysvania









GeVania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang