BAB 22

5.5K 185 0
                                    

Note : ada versi lain dari cerita Gevan, bisa dicek di profile aku
.
.

Pagi yang cerah mewarnai langit Jakarta meski banyak polusi. Vania sedang memakai sepatu sekolahnya untuk bergegas ke sekolah. Hari ini dirinya berangkat bersama Ady, kakaknya.

" Van, tidur mulu lo. " suara Lisa membangunkan Vania yang sedang terlelap di tempat duduknya.

" ngantuk. " ucap Vania malas malasan.

" gue mau tanya. "

" apa? "

" kok lo tadi berangkatnya sama Kak Ady? "

" kakak gue. "

" SRIUSAN LO?! ? " Lisa mendelik tak percaya apa yang Vania katakan.

" yoi. "

" KOK LO GAK CERITA DARI AWAL " ucap Lisa tak santai.

" gue aja tau dia kakak gue baru kemarin kemarin. " ucap Vania.

" LAH GIMANA SIH?! "

" mager "

" pulang sekolah gue beliin thai tea. "

" oke "

Vania menceritakan semuanya dari awal hingga guru kelas mereka masuk memotong pembicaraan Vania yang sedang bercerita.

Selama pelajaran Vania tak fokus, pasalnya hari ini dirinya belum melihat Gevan yang sekarang menjadi kekasihnya, dimana makhluk es batu itu? .

" Bu Permisi, saya boleh izin ke kamar mandi? " ucap Vania sopan ditengah tengah saat Bu Laras sedang menjelaskan tentang materi pelajaran.

" baik silahkan " balas Bu Laras, Vania segera keluar dari ruang kelasnya, jelas saja dirinya beralasan ke kamar mandi, nyatanya dirinya berniat mencari Gevan.

Vania berjalan menuju lorong kelas Micanzer, dikelas Micanzer C, tak terlihat batang hidung Gevan. Lantas kemana laki laki itu berada?

" Vania Goblok, kenapa gak chat aja sih kan udah ada teknologi, dikira hidup dijaman batu apa ya. " ucap Vania.

                                                  To : Gevan.
                                                   dimana ka?
Gevan
perpus
                                               

Vania langsung menuju perpustakaan untuk menemui Gevan. Dirinya melihat Gevan di sudut paling pojok sudut baca.

" kok disini? Ga ikut pelajaran? " tanya Vania yang langsung duduk di kursi depan Gevan. Sedangkan Gevan masih dengan wajah datarnya tanpa ekspresi.

" gue lupa gak ngerjain PR makannya gue disuruh keluar kelas buat kerjain PR nya dulu, baru boleh masuk kelas " ucap Gevan.

" mana PR nya? " tanya Vania, Gevan memberikan buku sains miliknya kepada Vania, Vania membuka lembaran yang merupakan PR milik Gevan.

Dirinya mengambil alih polpen yang sedang dipegang Gevan lalu segera mengerjakan PR nya.

Vania memang anak cerdas buktinya dia mampu masuk ke Global School dengan urutan nilai tertinggi diantara teman temannya, dan bisa masuk ke kelas unggulan. Vania sering me manen piala jika dirinya diikutkan lomba, terutama dalam olimpiade sains, jadi wajar Vania bisa mengerjakan PR yang bukan untuk anak seusianya, karena semua materi sudah diajarkan oleh guru pembimbing olimpiade sains pada waktu itu.

Vania mengerjakan PR milik Gevan dengan baik dan mampu menyesuaikan tulisannya agar semirip mungkin dengan milik Gevan.

" nah selesai! " ucap Vania.

GeVania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang