Possessive Playboy 36

6.7K 741 250
                                    

Ternyata bukan teras yang menjadi tempat Prilly, Gino dan Geo sekarang, melainkan disebuah jembatan yang terdapat sungai dibawahnya yang hanya berjarak kurang lebih 50 meter dari rumah Gala, Prilly menyenderkan punggungnya pada pembatas jembatan dan menatap satu persatu laki-laki yang ada di depannya "Ada apa?"

"Jadi disini tempat tinggal lo selama ini?"

Prilly mencebikan bibirnya mendengar pertanyaan Geo "Yah, ketauan deh."

Gino menggeleng pelan dan matanya menelusuri sekitarnya, tidak ada jejeran lampu untuk menerangi jalan dan tidak ada pancakar-pancakar gedung yang terlihat, yang ada hanyalah banyak petak sawah dan satu lampu untuk menerangi jalan agar kesan gelapnya tidak terlalu mencolok "bagus juga, udaranya belum tercemar. Pantes aja lo betah disini," gumamnya.

Prilly mengangguk-anggukan kepalanya, angin malam menusuk kulitnya tapi entah mengapa Prilly tidak merasakan dingin sama sekali "iyalah."

Geo berdehem singkat dan menatap Prilly dengan tatapan yang sulit diartikan "apa kabar?"

Prilly menghembuskan nafasnya pelan "baik, seperti yang lo lihat." Dan tersenyum kecut "kalian?"

Geo merangkul bahu Gino dan tersenyum bangga "baik, bahkan lebih baik. Lihatlah,"

Prilly terhenyak pelan dan membalas senyuman Geo, Prilly faham arti kata dari Lebih baik, Prilly mengingat bahwa dulu Gino menjauhi para sahabatnya sendiri, termasuk Geo "makannya, lainkali kalau ada masalah selesain dulu secara baik-baik jangan langsung nethink!" Seru Prilly walaupun sebenarnya tidak mengetahui apa yang membuat Gino menjauhi sahabat sendirinya dulu.

Gino mengangguk-anggukan kepalanya dan menggaruk-garuk tengkuknya salah tingkah "kalap sih,"

Prilly terkekeh pelan "itu pelajaran buat lo, lain kali jangan langsung nethink dulu."

Gino terperangah dan tersenyum kecut "gak lagi deh. Kalau gak khilaf."

Prilly menggeleng pelan, kemudian hening, hanya suara aliran air sungai yang terdengar, keadaan itu bertahan sampai beberapa menit, semuanya seakan terasa canggung, padahal sebelumnya tidak.

"tujuannya kalian ngajak gue kesini kenapa? Cuma mau tanya kabar sama basa-basi? Kalau kayak gitu gue mau pulang aja." Akhirnya kalimat itu keluar dari bibir ranum Prilly yang merasa kurang nyaman.

Geo tersentak pelan dan menatap Gino sekilas sebelum kembali menatap Prilly "tentu masalah cowok yang pernah ada di kehidupan lo."

Prilly terhenyak pelan "Ali? Kenapa?"

Wajahnya memang terlihat biasa, tapi siapa sangka dada Prilly berdebar saat melontarkan pertanyaan itu, bahkan Prilly melupakan embel-embel kakaknya.

"Dia sebentar lagi mau nikah sama ceweknya, Nazwa."

Prilly menggeleng pelan mendengar pernyataan itu, secepat itukah? Dadanya sakit seperti terhimpit sesuatu, Perkataan Geo selanjutnya membuat Prilly bungkam.

"Dan gue harap lo nggak bakal jadi PHO diantara mereka, biarin mereka bahagia."

Gino menatap Geo seolah mengatakan kenapa lo ngomong kayak gitu bego?, dan Geo yang mendapatkan tatapan seperti itu hanya mengedikan bahunya.

"Gue harap lo bisa ngerelain mereka berdua."

Prilly terkekeh hambar "wait, kenapa lo bilang kayak gitu kegue sih? Gue siapanya Ali?"

Geo mengedikan bahunya "yang gue tau lo mantannya ya gue takut lo nggak rela ngeliat mereka bahagia kayak gitu, bisa jadi ngehalalin berbagai cara buat jadi PHO. Kan biasanya juga gitu, mantan balik cuma buat jadi PHO."

Possessive PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang