Semuanya menatap Gino dengan senyum gelinya. Disini seolah hanya Gino yang terlihat bodoh diantara semuanya, disini hanya Gino yang tidak mengetahui semuanya.
"Kak Ali" celetuk Iva yang membuat Gino terhenyak, Gino sudah tidak memusingkan panggilan Ali yang keluar dari mulut Iva maupun Prilly walaupun pikirannya ingin mengetahui kenapa mereka bisa mengunakan panggilan itu bukan Gio, Gino menatap semua orang yang ada di ruangan itu dengan tatapan bingungnya dan dahi yang mengrenyit.
Prilly menghela nafas pelan merasa getaran di ponselnya berhenti berdering hanya untuk satu detik. Pilihanya hanya ada dua, menolak dan mengangkatnya. Tapi Prilly tidak bisa memilih salah satunya.
"Kenapa dia nelepon lo?" Bantal sofa berhasil mendarat di kepala Gino dengan mulusnya setelah melontarkan pertanyaan itu.
Gino yang mendapatkan perlakuan seperti itu meringis pelan dan menatap si pelaku dengan tatapan membunuhnya "Kenapa sih lo Kal, sakit tau" Ketusnya.
"Bodo, disini cuma lo yang bego sih" celetuk Haykal yang merasa gemas akan tingkah dari kakak tiri sahabatnya itu.
Gino menatap Haykal dengan kerutan diwajahnya "Gue gak bego"
"Masa?"
Gino menghela nafas pelan, sebenarnya dirinya belum mengerti apapun dan dia seharusnya mengiyakan ucapan Haykal tadi, tapi rasa gengsinya telah menutupi semuanya "Bener"
"Serah lo dah"
"Kali ini seriusan, kenapa Ali nelepon Prilly malem-malem kayak gini?"
Semuanya menghela nafas pelan, Gino benar-benar tidak mengetahui kebenaran hubungan Prilly dan Ali, jadi wajar saja Gino bertanya seperti itu.
"Ya wajar aja lah, namanya juga khawatir, masa gak boleh sih"
Sepertinya Haykal ingin mempermainkan Gino terlebih dahulu, sifat Haykal yang satu ini benar-benar susah untuk dimusnahkan, apalagi jika sudah sekongkol dengan Iva, Prilly dan juga Arlan.
"Ya tapikan ini udah malem, masa iya nelepon malem-malem kayak gini, emang Ali tau kalau Prilly nggak ada di rumahnya?"
"Emang nggak boleh gitu?" Fix, Iva sepertinya mendukung rencana Haykal untuk membuat kepala Gino pusing.
Prilly dan Arlan menghela nafas pelan, sifat mereka yang satu ini memang benar-benar susah dimusnahkan, tapi dari sifat jahil merekalah Prilly dan Arlan bisa mendapatkan senyum kebahagiannya kembali, Prilly dan Arlan merindukan masa-masa seperti ini.
Entah sudah berapa kali ponselnya bergetar, Prilly tetap mengabaikan itu semua sampai sebuah notif pesan masuk berkali-kali dan Prilly masih enggan untuk membukanya. Tapi lagi dan lagi rasa enggannya itu kembali terkalahkan dengan rasa kasihannya, jadi Prilly memutuskan untuk membuka pesan WhatsApp yang dikirim kekasihnya.
My Possessive Playboy❤
Maafin Kakak, tadi kakak ketemu sama Mifta.
Kamu dimana, kakak liat di apart nggak ada, di taman jg udah gak ada.
Please jawab tlfn kakak Prill, kakak bener-bener Khawatir, ini udah jam setengh 2 nggak biasanya kamu keluar di jam segini. Kmu blm ijn sma kk
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Playboy
Teen FictionPERINGATAN KERAS 18+ Playboy mana ada yang Possessive. Tentu saja ada, seperti kisah mereka, seorang Playboy yang mempunyai selingkuhan dimana-mana, tapi ketahuilah hati dan cintanya hanya untuk pacar sahnya. Bagaimana perasaan kekasih sah si Playb...