Prilly memejamkan matanya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi ruang tamu. Batinya mensumpah serapahi sifat Gala yang memberi keputusan sepihak saat diparkiran sekolah tadi.
"Prill, didepan Fano udah nunggu katanya mau Mayoran liwet."
Bersamaan dengan kalimat itu terlontar, mata Prilly terbuka. Dengan langkah gontai Prilly menghampiri temannya yang sudah duduk di sepeda gunungnya.
"Loyo gitu Prill?"
Prilly mengabaikan pertanyaan itu dan menghampiri ibunya yang sedang menyapu halaman "Ayah mana Bu?"
"Lagi belanja kompor Gas." Jawab Tina tanpa menghentikan legiatannya.
"Yaudah Prilly berangkat kerumah Nenek ya Bu, sama Fano."
Tina menghentikan kegiatannya dan menatap Prilly "saku jajannya ada?"
"Tenang bu, disana ada yang diandelin."
"Hus, jangan gitu kalau nggak ada saku jajan ambil di toples warung, nggak baik minta terus ke temen kamu."
Prilly tersenyum dan menggeleng "bukan temen Bu, minta ke Rey."
"Rey ikut Mayoran?"
Prilly mendengus mengingat hal itu "Iya, Gala ngajak anggota sosialisasi buat ikut Mayoran, katanya sih nggak enak kalau nggak diajak, tuan rumahnya nanti nggak ada dirumah."
Tina tersenyum mendengar cerocosan anaknya itu "Iya udah sana, ditungguin kamu sama yang lainnya."
Prilly mengangguk dan berlalu menghampiri Fano setelah berpamitan dengan ibunya.
"Bu Kita duluan ya."
"Iya," jawab Tina mendengar kalimat berpamitan dari Fano.
Tina melihat kepergian Prilly yang berdiri dibonceng Fano dengan tatapan sendunya "Mommy beruntung punya kamu Prill, nggak pernah nuntut, kalau dia udah masuk jeruji kita akan kembali lagi ke kehidupan kita yang sebelumnya."
Tanpa sadar kristal bening keluar dari matanya, Tina tersenyum haru dan menghapus air matanya, disaat seperti ini biasanya Tina memanggil dirinya sendiri dengan sebutan Mommy.
***
Sepeda yang digoes Fano berhenti tepat dihalaman pekarangan rumah, bukan. Bukan rumah tapi itu terlihat seperti gubuk. Sudah ada beberapa makhluk hidup yang berada disana, termasuk Gala dan bawaannya.
Prilly loncat dari sepeda Fano dan berjalan menghampiri lainnya yang duduk diteras beralaskan tikar.
"Udah pada kumpul semua?"
"Udah lah, kamu ngaret sih. Tinggal nungguin kamu doang inituh," Ketus Bintang.
"Eh, jangan salahin aku ya! Tuh Fanonya aja yang ngaret."
Sekarang semuanya mengerti, Ali, Geo, Leo dan Gino mengerti, aku-kamu sepertinya bahasa yang sering digunakan diperkampungan ini, terbukti saat kata itu terucap dari Prilly.
"Ya sorry, kan aku habis beol dulu." Kata Fano yang sudah berdiri disebelah Prilly.
Dengan gerakan reflex Prilly menoyor kepala lelaki disebelahnya itu "Filter dong masnya!"
Fano mengedikan bahunya tidak acuh dan duduk desebelah lelaki yang menurutnya asing, sudah dipastikan orang itu bawaan Gala.
"Udah pada kumpul semua nih, tinggal mulai lah." Ucap Bulan.
"Bener ayo, aku bagi tugas nih ya! Bobby sama Bintang nyari daun pisang. Fano sama Gala motong sama nyabutin bulu ayam, Clara nyari kayu bakar sama em kak Rey aja, aku sama Prilly belanja makanan!" Lanjutnya to the point.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Playboy
Teen FictionPERINGATAN KERAS 18+ Playboy mana ada yang Possessive. Tentu saja ada, seperti kisah mereka, seorang Playboy yang mempunyai selingkuhan dimana-mana, tapi ketahuilah hati dan cintanya hanya untuk pacar sahnya. Bagaimana perasaan kekasih sah si Playb...