Possessive Playboy 31

8.7K 698 186
                                    

Life is game, Playing it.

Seiring berjalannya waktu, semuanyapun berubah, Ali telah membuktikan perkataannya di UKS dua minggu lalu, kehidupan Prilly benar-benar menderita. Ali tergolong laki-laki yang gentle karena membuktikan kata-katanya dengan tindakan.

Membuat Prilly menderita.

Ali semakin mengekangnya, bahkan Ivapun sudah tidak lagi diizinkan untuk datang ke apartmentnya dan yang membuat dirinya risih adalah kepulangan Ali diatas pukul dua dini hari dengan keadaan dibawah alam sadar dan mulut yang dipenuhi bau alkohol.

Tentu Prilly mengetahui hal itu, karena diatas pukul dua dini hari bell apartment berbunyi menandakan ada tamu yang datang, tapi saat dilihat ternyata itu Ali berada di alam bawah sadarnya yang diantar oleh perempuan berpakaian minim, dan kejadian itu terus terulang dengan perempuan pengantar yang berbeda-beda.

Prilly tersenyum sinis mengingat itu semuanya. Sekarang hanya tinggal menunggu waktu untuk terbebas dari semuanya,

Tapi kapan?

Waktu, waktu dan waktu.

Apa sampai dirinya benar-benar hancur?

Prilly tidak ingin membuat Ali menyesal dengan keputusannya, hanya itu!

Yang masih tidak dipercayai Prilly sekarang ini hanyalah, Kenapa Ali tidak mempercayainya? Kurang apa Prilly membuktikan semuanya? Apa arti kata-kata yang selalu keluar dari mulutnya? Ali menganggap itu semua hanyalah omong kosong.

Prilly memejamkan matanya dalam-dalam, dirinya sekarang benar-benar dipermainkan oleh nasib, bagaimana rasanya menjadi seorang Prilly Daerlyna Laveryo yang tidak diberi kesempatan untuk menikmati indahnya masa remaja.

Prilly membuka matanya ketika Indra pendengarannya menangkap suara pintu terbuka dan tertutup.

'Tumben' Batinnya.

Matanya melirik ke arah jam dinding "Masih jam sembilan" Gumamnya merasa heran ketika melihat Ali pulang lebih awal dan dengan keadaan dialam sadarnya.

Prilly menghela nafas pelan dan kembali memejamkan matanya mencoba mengabaikan Ali, dirinya terhenyak pelan ketika merasakan sesuatu lembab menyentuh keningnya lama dan dalam, bibir Ali. Ketika benda lembab itu sudah menjauh dari keningnya, Prilly membuka matanya dan melirik kearah sampingnya ketika merasakan pergerakan di kasur sebelahnya.

"Darimana Kak, kok pulang cepet?" Tanya Prilly yang merasa penasaran.

Ali melirik sekilas ke arah kekasihnya yang sedang bersandar pada sandaran king size, sebelum menjawab pertanyaannya itu, tangan Ali terulur kedalam saku celana jeansnya untuk meraih ponsel dan meletakannya di atas nakas.

"Habis nongkrong sama anak-anak"

Prilly mengangguk percaya dan menarik selimut badcover untuk menutupi kakinya yang terasa dingin, semenjak diberi wewejangan di rumah sakit lalu, Leo, Geo dan Ray lebih sering berkumpul, tentu Geo yang memulainya untuk menerapkan ceramahan itu "Mau keluar lagi?"

Ali hanya menggeleng dan bangkit dari tempat duduknya, kakinya melangkah menuju ke arah lemari. Tanpa rasa malu sedikitpun Ali mengganti celana jeansnya dengan training berwarna biru dongker di hadapan Prilly, sedangkan Prilly hanya menghela nafas jengah melihat tingkah Ali yang satu ini.

Ali merebahkan tubuhnya di atas king size, kedua telapak tangannya ia satukan dan dijadikan bantal olehnya, matanya memejam. Pikirannya memikirkan percakapan dengan teman-temannya tadi, lebih tepatnya Geo.

"Apa lo yakin Prilly bakal ninggalin lo demi em siapa namanya? Arlan ya. Nah Iya Arlan. Kalau Iya sih menurut gue wajar, Arlan lebih bisa buat Prilly bahagia dari pada lo. Seharusnya disini sifat lo lebih dewasa lagi Li! Beri kebahagiaan yang belum bisa Arlan kasih ke Prilly, buat Prilly jatuh sedalam-dalamnya sama lo biar dia nggak lagi punya alasan buat ninggalin lo. Lah ini? gimana bisa buat Prilly bahagia sedangkan lo nya aja udah dulu dikejar sama takut kehilangan, seharusnya lo bisa buktiin kalau lo lebih dari Arlan!"

Possessive PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang