Possessive Playboy 22

7K 644 71
                                    

Ali merangkul bahu Prilly dan mulai melenggang pergi meninggalkan apartement yang menjadi tempat tinggal mereka selama kurang lebih dua tahun.

***

Disepanjang perjalanan tawa konyol terus terlihat di wajah Prilly, kekasih laknatnya mempunyai banyak cara untuk membuatnya bahagia, seperti sekarang ini, disepanjang perjalanan kekasih laknatnya terus mengomentari apa yang dilihatnya, terkesan tidak sopan memang tapi kekasih laknatnya itu benar-benar melakukannya.

Prilly menggenggam tangan Ali yang sedang merangkulnya "Udah ah kak nggak sopan" Ucap Prilly sambil mengusap lembut tangan Ali yang berada di pundak nya, tentu saja Prilly berkomentar seperti itu pada kekasihnya, bagaimana tidak yang menjadi target Ali kali ini adalah Orang yang sudah lanjut usia, walaupun Ali juga melihat-lihat dulu orang yang menjadi targetnya tetapi tetap saja orang itu lebih tua dari mereka.

Ali mengabaikan ucapan kekasihnya dan matanya tanpa sengaja melihat wanita yang diperkirakan berusia tigapuluh tahunan "Bu, Bu" Panggil Ali kepada wanita itu

Wanita itu yang merasa dipanggil menoleh ke arah sumber suara "Iya, kenapa mas?"

"Nggak dingin bu, cuma pake kayak gituan?" Tanyanya sok perhatian, bagaimana tidak, seperti tidak memikirkan usianya, wanita itu memakai celana setengah pahanya serta baju tanpa lengan.

Wanita itu menatap Ali dan Prilly dengan tatapan asingnya, belum sempat menjawab, perkataan laki-laki yang menurutnya asing itu benar-benar membuatnya naik pitam "Mau jual diri ke om-om ya bu? BAPAK-BAPAK YANG BUTUH TANTE-TANTE BUAT MUASIN, MARI MERAPAT, MURAH KOK, INI NIH TANTENYA UDAH SIAP, Tuh Bu udah saya promosiin, nggak usah bilang makasih, saya duluan ya bu bye" Setelah mengucapkan itu Ali langsung membawa Prilly berlari dengan tawa yang menghiasi bibir mereka.

"Stop kak, Prilly capek!" Seru Prilly dan menghentikan langkahnya dengan otomatis Ali juga ikut berhenti

Ali dan Prilly mencoba untuk merendam tawanya "Kak, Prilly bilang udah ya udah, nggak enak tau kak ih!" Rengek Prilly yang sudah menghentikan tawanya

Setelah dipastikan tidak ada lagi tawa yang keluar dari bibirnya, Ali menatap Prilly dengan senyum Annoyingnya "Prilly tadi juga kan ikut ketawa, kenapa harus nggak boleh"

Prilly menatap Ali dengan helaan nafas jengahnya "Ya orang lucu liat ekspresi ibu-ibu itu sama ucapan kakak, jadi sekarang udah ya jangan gitu lagi"

Ali kembali menuntun Prilly untuk berjalan dengan ekspresi seolah sedang berfikir "Kalau Kakak gak mau gimana?"

"Terserah ahh, Kakak malesin tau nggak sih"

Ali terkekeh pelan mendengar ketusan yang keluar dari mulut kekasihnya itu, menurutnya sangat menggemaskan  "Iya nggak lagi deh"

Prilly menghela nafasnya pelan "Janji"

"Iya sayangnya Kakak"

Prilly tersenyum mendengar pernyataan yang keluar dari mulut kekasih laknatnya itu, seolah sudah dipersiapkan topik pembicaraan mereka tidak pernah habis selama diperjalanan dan tanpa sadar mereka sudah sampai di tempat tujuan mereka.

"Duduk sana ya?" Prilly mengangguk ketika Ali menunjuk salah satu kursih taman berwarna putih tulang yang sedikit meredup karena pencahayaan,

Ali dan Prilly menghampiri kursih yang ditunjuk Ali tadi dan mendudukinya, Prilly melepas rangkulan tangan Ali di pundaknya karena mulai merasa risih, padahal mereka sudah duduk dan Ali masih belum juga melepaskan rangkulannya itu.

"Kenapa?" Prilly terhenyak ketika mendengar pertanyaan yang sudah pasti akan keluar dari mulut kekasihnya itu.

"Berat Kak" Alibi Prilly

Possessive PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang