"Guys mulai sekarang gue akan duduk di samping Disa. Dan gak boleh ada yang protes" pengumuman itu terdengar jelas dipenjuru kelas. Pemilik suara itu tak lain dan tak bukan adalah Rama, iya Ramadhan Muhammad Radita.
Disa tidak dapat berbuat apapun tersebab Rama mengancam akan mengupload Foto aib Disa jika gadis itu memprotes.
"Biasa aja dong Ram. Duduk sebangku sama Disa aja songong lo, apalagi kalo duduk dipelaminan sama Disa bisa ngundang Blackpink kali lo" Celetuk Juno yang langsung mendapat tabokan kerasa dari Disa.
"Amit-amit ya gue nikah sama Rama. Bisa kudisan gue"
"Emang gue kutu air enak aja lo. Gue juga juga ogah duduk dipelaminan ama lo. Bisa jadi Samsak gue kena pukul lo terus"
"Kenapa lo? Mau gue pukul sekarang"
"Apaan sih lo jadi cewek ngegas banget"
"Elo yang ngegas"
"Ya udah di rem"
"Rem gue blong.. Mau apa lo"
"Bawa ke bengkel elah. Kaya orang susah aja"
"Gu-"
"Eh appan sih lo berdua. Kok malah bahas bengkel" Sela Arka yang maju menengahi dua mahluk hidup yang kini berdebat sengit.
Seluruh isi kelas menatap ke arah keributan , mencari kebenaran atas apa yang mereka dengar. Dulu waktu kelas sepuluh, tepat setelah kematian Rena, Disa benar-benar patung yang dahulu mereka ragukan bisa bernafas, tapi sekarang dia nampak benar-benar hidup.
"Dia yang mulai Ka. Capek gue ngadepin nih mahluk. Gak disekolah, gak di rumah. Ngeselin banget" Semua mata kemudian menatap Rama bingung. Kata 'Dirumah' cukup ambigu untuk anak SMA.
"Gue sama Disa tetangga an" Rama tersenyum canggung dengan tangan menunjukan dua jari.
"Gue kira lo berdua di jodohin pas SMA, terus nikah, Terus serumah. OMG, So sweet" Komen Husna si gadis yang duduk di sebelah Juno yang juga berada di depan meja Rama dan Disa.
"Makanya jangan kebanyakan baca wattpad lo. Kenyataan itu gak seindah cerita dongeng" Sanggah Disa datar.
"Tapikan di wattpad bukan cerita dongeng"
"Ya sama aja bikin halu"
"Lo juga gue liat sering baca wattpad"
"Ya tapi gue bacanya pakai otak ya"
"Jadi gue bacanya gak pake otak?"
"Ntahlah"
Husna menatap Disa tajam, Membuat gadis itu kembali mentriplekan wajahnya, Namun kemudian Husna tersenyum manis.
"Sering-sering deh lo kayak gini. Seru tau debat sama lo. Lucu" Husna memperbaiki duduknya menghadap ke arah Disa, membuat Disa canggung ditatap begitu kemudian kini ia beralih menatap orang-orang di sekelilingnya.
Hanya ada segelintir orang sih sebab siswa yang lain sudah banyak yang keluar kelas memanfaatkan jam kosong untuk belajar di perustakaan, kini hanya tersisa Aris yang kini menatapnya dengan alis satu diangkat, Ada Arka yang kini tersenyum bangga, Ada Juno yang kini menatapnya dengan wajah biasa saja dan terakhir Rama yang mengusap-usap matanya seakan menangis terharu.
"Papah Bangga nak"
"Paan sih kalian, aneh banget" Disa duduk kembali. Mencoba mencerna apa yang terjadi, baru saja dirinya melakukan hal yang sama sekali tidak berguna yakni berdebat yang terasa sangat menyenangkan untuknya.
"Istirahat nanti ngantin bareng gue ya. Bosen nih soalnya ngantin masa bareng 4 kunyuk nih terus" Husna menunjuk sahabat-sahabatnya termasuk Rama yang mulai bergabung sejak hari pertama kepindahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Teen Fiction"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...