Disa uring-uringan di atas kasurnya, malas beranjak sebab sedari tadi perutnya sangat sakit karena sedang PMS. Dilla yang niat berangkat kerja jadi terurung sebab melihat adiknya kini berguling-guling layaknya cacing kepanasan.
"Dek? Kamu gak sekolah?" Disa diam. Jam masih menunjukan pukul 6 artinya masih ada waktu untuk Disa bersiap-siap, Namun ia malas bertemu dengan mahluk bernama Rama. Tapi, kemudian ia teringat bahwa hari ini ada ulangan Matematika membuat Disa mau tak mau harus sekolah. Sebab Disa paling benci ulangan susulan.
"Ini Disa mau siap-siap dulu"
Dua puluh tiga menit, Disa kini telah rapi dengan seragam SMA Merah-Putih.
"Kamu mau kakak anter atau nebeng Rama?" Tanya Dilla. Disa yang mendengar nama Rama langsung membeku. Emosinya terpancing sebab teringat kejadian tempo hari, untung ia dapat mengendalikannya.
"Aku Naik sepeda aja kak" Putus Disa akhirnya yang tidak dibantah oleh Dilla.
Pamit dengan Dilla, Disa langsung berangkat dengan menggenjot sepedanya. Menikmati indahnya suasana pagi. Disa tersenyum kecil kala sinaran matahari pagi mengenai wajahnya.
Rasa sejuk juga dapat Disa rasakan sebab ia tidak melalui jalan raya. Setiap memakai sepeda, Disa selalu melewati area persawahan yang indah sebab itu juga merupakan jalan pintas menuju sekolahnya.
"Kak Disa"
Sepeda Disa sedikit oleng karena kaget. Untung Disa bisa mengendalikan sepedanya dengan baik lagi.
"Affan? Lo ngapain?" Bingung Disa melihat Affan dengan sepedanya kini berada di sampingnya.
"Gue emang sering lewat sini Kak" Disa bingung. Bukannya Affan punya motor ya? Kok malah naik sepeda.
"Kan lo punya Motor, kok naik sepeda?"
"Cowok ngegas? Cowok ngenjot" Kata Affan menirukan salah satu iklan Tv kemudian tertawa. Disa yang mendengar itu juga tertawa.
"Kak Disa kan juga punya motor. Kok naik sepeda?"
"Males naik motor"
Affan hanya mengangguk-angguk mendengar itu.
"Keadaan Zen gimana?"
"Ya gitu deh Kak. Kata dokter nunggu lukanya kering aja. kalo udah kering bisa pulang"
Kini Disa yang mengangguk-angguk. Sepanjang jalan mereka hanya diam. Disa memang bukanlah orang yang bisa memulai pembicaraan.
Tak terasa mereka telah berada di depan gerbang gagah SMA Merah-Putih.
"Kak nanti mau pulang bareng gak?" Tanya Affan saat mereka memarkir sepeda.
"Oke" Jawab Disa singkat. Kemudian Affan pamit kekelasnya. Begitupun Disa juga menuju kelasnya yang memang berbeda gedung dengan kelas Affan.
Kelas XI A masih kosong, sebab memang ini masih terbilang sangat pagi. Disa duduk di kursinya, kemudian memandang kursi di sampingnya. Ia berdecak kesal kemudian menendang kursi itu, seakan itu adalah Rama.
Tak lama muncul beberapa murid kelas XI A, termasuk Husna dan Juno yang kini saling melempar tatapan tajam.
"Lo berdua kenapa deh?" Tanya Disa yang bingung melihat dua orang itu nampak bermusuhan, padahal biasanya tak pernah ada masalah antara keduanya.
"Ini nih Dis. Kemarin bilangnya udah putus sama Nina, tapi hari ini berangkat bareng dia" Husna duduk di sebelah Disa dengan wajah kesal.
"Emang kenapa kalo gue sama Nina? Lo cemburu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Teen Fiction"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...