Disa memeluk Bu Sri yang sedang membersihkan rak buku perpustakaan. Membuat wanita paruh baya itu kaget. Ada sesegukan yang coba di sembunyikannya lewat pelukan itu.
Bu Sri paham dengan sikap Disa yang satu ini. Dibalik acuh dan cueknya, ada hati lemah yang ia sembunyikan. Dibalik hatinya yang terlihat beku ada keretakan yang coba ia satukan.
"Kenapa sayang?"
Disa melepas pelukannya kemudian menggleng pelan. Disa juga bingung apa yang sebanarnya membuatnya sedih sebab ia sangat jarang menangis. Terakhir dua bulan yang lalu saat 'Uning' kucing kesayangannya mati akibat terlindas truk.
"Disa gak tau Bu. Rasanya hati Disa sakit banget, setiap Kali Disa melihat tatapan temen-temen yang ngingetin Disa sama Rena. Tatapan-tatapan seakan Disa lah yang bunuh Rena. Tapi sepertinya mereka bener, emang Disa yang bunuh Rena"
Disa kembali menangis. Membuat Bu Sri ikut menangis. Ia bisa merasakan apa yang Disa rasakan saat Ini. Rasa bersalah yang tak pernah orang Lain tau selain Bu Sri. Bahkan Dilla, Kakak Disa pun tak tau.
"Emang kenapa?Ada apa? Ayo cerita ke Ibu"
"Disa gak tau Bu. Disa gak pernah ngearasain sakit lagi, Disa takut making hari Disa benar-benar gak pakai hati, Disa takut hati Disa gak berfungsi lagi"
Bu Sri bingung, sebenarnya apa yang dibicarakan gadis itu, ia terus saja menggerutu dengan kata-kata yang sulit dimengerti.
"Disa" Teriak Cowok yang membuat Bu Sri menoleh tapi tidak cukup untuk menarik perhatian Disa yang kini menatap kosong lantai. Ia telah berhenti menangis, wajahnya pun kini kembali datar layaknya triplek baru.
"Kamu siapa?" Tanya Bu Sri mendekati Rama yang kini menatap punggung Disa dengan tatapan berbinar karena telah berhasil menemukan gadis itu.
"Saya Rama Bu. Murid baru. Dan secara resmi hari ini menjadi teman sebangku Disa"
Bu Sri kaget kemudian menatap Disa tak percaya. Bu Sri tau Disa tak pernah mau punya teman sebangku sejak kematian Rena.
"Elo gak bakal pernah jadi teman sebangku gue" Kata Disa datar dengan tatapan tajam. Dia mengatur nafasnya mencoba menenagkan dirinya yang kini dikuasai amarah.
"Sampai kapan lo mau lari kayak gitu Dis. Emang dengan lo nutup diri kayak gini, waktu bisa di ulang? Atau Rena bisa hidup lagi?"
Disa terkesiap, nafasnya memburu mendengar nama Rena di ungkit. Tangannya terkepal, wajahnya pun memerah.
"Jangan bawa-bawa Rena. Dia gak ada hubungannya sama gue yang gak pengen punya teman sebangku"
"Kalo gitu bukti'in Dis."
Disa membuang muka. Ingin sekali ia menampar wajah cowok sok tau macam Rama.
Bu Sri sedari tadi hanya dapat diam meperhatikan perdebatan Disa dan Rama yang tidak dapat tertebak siapa yang akan mengalah.
"Lo bisa gak sih gak usah ikut campur masalah gue. Kalo mau sebangku sama gue tinggal duduk aja susah banget. Gak usah sok tau tentang gue." Disa kembali meninggalkan Rama yang kemudian mendecak sebal.
"Woy Dis jangan ditinggalin dong. Gue lupa jalan Pulang ke Kelas nih" Rama menyusul Disa yang berlari ke luar Perpustakaan. Bu Sri hanya geleng-geleng kepala melihat mahluk aneh seperti Rama.
Disa duduk di kursinya mengabaikan Tobi-Ketua kelasnya yang kini merangkap menjadi guru pengganti jika guru pengajar sedang ada halangan atau tidak hadir- yang kini menjelaskan tentang Integral.
"Disa" Rama mendekati Disa dengan wajah kesal. Membuat mereka berdua jadi pusat perhatian. Adegan lari-lari mereka layaknya Film India.
"Rama, lo tuh anak baru. Jangan bikin masalah, kalo Disa gak mau duduk bareng lo ya udah lo tinggal duduk sama Aris sana" Tegas Tobi membuat Rama kicep. Ia mengambil tasnya kemudian berjalan dengan gontai menuju kursi kosong lainnya.
Rama menatap Disa yang kini memasang ekspresi datar, namun terlihat senyum miring yang amat sangat tipis yang seakan mengejek Rama atas kekalahan telak Cowok Itu. Hal Itu jelas membuat Rama kesal dan mulai sekarang ia akan mengibarkan bendera perlawanan terhadap gadis Itu.
Dan mulai hari itu juga Rama menobatkan dirinya sebagai musuh dari tetangganya sendiri.
Senyum devil muncul di bibir Rama, sembari menatap Disa dengan tatapan membunuh. Liat Saja Disa akan menyesal telah mempermalukan dirinya.
#####
Maaf jika kalian tidak mengerti, tapi author harap kalian suka. Kasih vomentnya ya biar aku smangat nulisnya😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Roman pour Adolescents"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...