23
"Fia, Disa kemana sih? ini udah jam sebelas malem loh kok gak pulang-pulang ?" Tanya Husna yang kini sibuk mondar-mandir khawatir.
Kini di rumah Disa hanya ada mereka dan Zen yang telah terlelap di kamar. Sedang Juno, Arka, dan Aris yang juga ikut menginap rumah sebelah, rumah Rama.
"coba ditelpon Kak" Ujar Fia yang juga ikut khawatir.
"Udah tapi gak diangkat"
Husna kemudian beranjak dari kursinya, ia berinisiatif bertanya pada Zia, sebab tadi Sore Disa berpamitan pergi menemani Tasya membeli es krim. Dengan gusar Husna melangkah menuju rumah Rama.
"Assalamualaikum" Ucap Husna sembari mengetuk pintu.
Tak lama pintu rumah terbuka, Memperlihatkan Zia yang kini memakai piama tidur.
"Maaf ganggu Tante, tapi Tante tau Disa di mana? atau siapa gitu yang tau. Disa belum pulang sampe sekarang. Aku khawatir banget." Husna kini meremas tangannya sendiri sedang Zia mengangkat alis bingung.
"Bukannya tadi abis jalan-jalan ya sama Tasya? Tapi tadi Tasya udah pulang sama Rama" Mendengar kata Rama membuat Husna makin khawatir. Ia sudah mendengar dari Fia bahwa Disa dan Rama sempat bertengkar.
"Ramanya udah tidur Tante?" Belum sempat Zia menjawab, Rama muncul dibalik pintu.
"Ngapain lo malem-malem ke sini?" Tanya Rama sambil menaikan alisnya. Namun lama tak ada jawaban dari Husna, Gadis itu hanya terdiam menatap Rama dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Katanya Disa belum pulang Ram" Ujar Zia akhirnya memecah keheningan.
Kini Rama yang terdiam, pikirannya seketika kacau. Ia dan Disa baru saja bertengkar tadi, bisa saja karena ulahnya Disa malah melakukan hal yang tidak tidak.
kemudian dengan cepat Ran masuk ke dalam rumah, meraih jaketnya juga kunci motornya.
"Rama cari Disa dulu Ya Umma" Belum sempat Rama menaiki motornya, sebuah motor lain berhenti di halaman rumah Disa.
Husna berlari menuju motor itu kemudian memeluk Disa yang baru saja turun dari boncengan Affan.
"Disa lo kemana aja sih. Gue khawatir banget" Ucap Husna sembari mengucap syukur.
"Gue-"
"Dasar Bitch" Umpat seseorang membuat Disa, Husna, maupun Affan kini terdiam, Zia yang mendengar ucapan Rama ikut mendekat.
"Maksud lo apa heh?" Disa menatap Rama dengan tatapan kebencian.
"Apa-apaan, cewek pulang larut malem gini dianterin cowok? Apalagi namanya kalo bukan Bitch"
Plaak.
Sebuah tamparan mendarat dipipi kanan Rama. Zia menatap nanar Putranya itu. Disa menutup mulutnya kaget melihat kejadia itu. Tak menyangka Zia akan menampar pipi Rama.
"Umma nggak pernah ngajarin kamu ngomong kayak gitu ke perempuan."
"Ya emang Dia itu Bitch Umma, dia munafik. Tampilannya aja jilbaban, hatinya kotor"
Disa tercekat, ia tak habis pikir Rama akan mengatakan hal sekejam itu padanya.
"Lo belum puas Ram nuduh gue yang enggak-enggak, belum puas lo ngancurin harga diri gue? Belum puas lo hina gue? Salah gue apa sama lo? Kenapa lo sebenci itu sama gue? Iya, gue sadar gue enemy lo, tapi jujur Ram sedari dulu gue nggak pernah nganggep lo kayak gitu. -" Disa mulai menangis, kakinya sekarang bahkan ikut bergetar.
"-Sekarang serah lo mau beranggapan apa tentang gue, gue nggak perduli. Entah itu bitch, gue yang mau ngerebut kebahagiaan lo, orang gila, enemy atau apapun itu. Tapi satu hal gue minta ke elo, Jangan pernah muncul dihadapan gue lagi, gue benci sama lo" setelah mengatakan itu Disa berlari menuju rumahnya yang kemudiaan diikuti Husna.
Sedang Rama kini terdiam membeku, menatap nanar punggung Disa yang kini menjauh dan mulai menghilang.
"Kak, lo salah Paham. Gue sama Kak Disa nggak ngapa-ngapain. Gue juga baru ketemu di perempatan jalan depan tadi, katanya sih dia salah naik angkot makanya pulang telat. Gue ke sini juga sekalian mau jempuk Kak Shani, jadi ya menurut gue nggak papalah kalo bareng. Maaf Kak, tolong jangan bilang Kak Disa kayak tadi, terlalu berlebihan" Ujar Affan mencoba menjelaskan. Sebenarnya Ia juga merasa ikut terhina atas apa yang Rama ucapkan.
Rama terdiam merasa bersalah, Zia disampingnya kini menangis sesegukan.
"Umma kecewa sama kamu Ram" Zia masuk ke dalam rumah. Sedang Affan dan Rama kini saling diam.
"Lo kenapa sih Kak?" Tanya Affan kemudian, mencoba memecah keheningan yang tercipta.
"Gue juga nggak tau Fan. Gue, gue ngerasa kacau liat Disa pulang selarut ini sama cowok. Hemm jangan kesinggung Fan" Rama kini terduduk frustasi menatap nanar rumput yang menjadi alasnya duduk.
"Lo cemburu?"
Rama terdiam.
"Kenapa gue harus cemburu?""Ya nggak tau Kak. Kan kakak yang ngerasain."
Keheningan kembali tercipta. Kini baik Affan maupun Rama tak ada yang membuka suara.
"Fan, ngapain?"
Affan sedikit terlonjak, kini melihat Shani dengan piamanya berdiri dengan senyum manis khasnya.
Bukannya membalas senyuman Shani, Affan malah menatap cewek itu dingin.
"Mau sampai kapan Kak lo kayak gini"Memdengar nada tak menyenangkan dari Affan membuat Shani terdiam, tangannya kini bergetar. Shani memberi kode mata pada Affan agar diam, dia kemudian melirik Rama yang kini menatap kedua orang dihadapannya bingung.
"Lo belum puas apa?"
"Ma.. maksud lo, apaan sih Fan?" Shani agak termundur.
"Gue capek kak diem mulu. Gue capek ngurusin kekacauan yang lo buat. Lo harusnya sadar kak, banyak orang yang sakit karena ulah lo." Affan mengacak rambutnya frustasi.
Rama menatap Affan dengan bingung.
"Baiknya lo berdua masuk ke rumah dulu, bicarain baik-baik. Nggak enak didengar tetangga, ini udah hampir tengah malam" Kata Rama menengahi."nggak bisa, Kak Shani harus ikut gue sekarang" Affan menarik tangan Shani sedang cewek itu malah menarik tangan Rama.
"Rama gue nggak mau" Rama menepis tangan Affan dari Shani, membuat Affan menatap Rama dengan tatapan yang sulit terbaca.
"Ambil barang-barang lo sekarang atau gue teriakin rahasia lo di sini " Shani tampak gemetar, kemudian ia berlari masuk ke rumah Rama.
"Maksud lo ngelakuin semua ini Apa Fan?"
"Ini buat kebaikan lo, Shani sama Disa kak"
Rama terdiam. Disa? Kenapa harus dibawa-bawa.
Rama hanya bisa terdiam melihat motor Affan menjauh yang kini membonceng Shani. Ia merasa ada yang tidak beres dengan semuanya. Tapi, ia tidak tau apa.
-------
Hay hay aku back walau ceritanya pendek. Nggak papa ya? hehhehe.
Daripada aku melow2 mending update. Makasih banyak loh udah mau baca karya ku yang abal-abal ini. Baiklagi kalo dikasih Vote sama komen. Udah deh CCA nya aku capek.Peluk cium buat readers🤗😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Teen Fiction"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...