Affan berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan cemas. Mulutnya juga komat-kamit melantunkan doa.
Ia juga meruntuki dirinya mengapa bisa bersikap bodoh hari ini. Harusnya ia Tau bahwa Zen akan melakukan hal nekat seperti itu.
Sesampai dirinya dikamar rawat yang Diberitahukan padanya, para kakak kelasnya kini berdiri dan menatapnya dengan tatapan yang sama cemasnya.
"Kak.. Gimana keadaan Zen?" Tanyanya pertama kali pada Arka yang memang berada paling dekat dengannya.
"Kata dokter Zen gak apa-apa, cuma tadi sempat kehabisan banyak darah aja" Jelas Arka mencoba menenangkan.
"Ini semua salah gue kak. Ini salah gue" Affan mulai menyalahkan dirinya membuat yang lain prihatin sekaligus bertanya-tanya.
"Gue harusnya gak pulang" Affan mulai menangis dan menyalahkan dirinya. Dia terus memukul-mukul dadanya. Disa mendekat dan menghentikan tangan Affan.
"Zen gak apa-apa kok Fan. Dia baik-baik aja. Lo tenang ya, gue tau rasanya diposisi lo. Tapi lo harus tetap tenang" Disa menepuk-nepuk pundak Affan yang kemudian ditiru oleh Rama.
"Iya Fan. Lo gak boleh kayak gini." Affan menghentikan isaknya. Dia menatap satu persatu kakak kelasnya yang walaupun mereka belum lama kenal tapi sudah sangat perduli.
"Kita harus kasih tau Fia" Kata Affan tegas membuat Disa langsung menggeleng.
"Enggak, gue gak ngasih izin siapapun ngasih tau Fia. Sebaiknya lo cerita ada apa sebenarnya"
Affan Menatap Disa dalam, kemudian menghela nafas panjang. Ia duduk dibangku khusus yang ada di depan kamar rawat. Mencoba menenangkan dirinya dahulu.
"Gue juga gak tau gimana kak. Tapi waktu pulang sekolah gue liat Fia ngerengek minta diantar pulang sama Zen, dan Fia jelas keliatan abis nangis. Ya sebagai teman, gue samperin mereka. Bukannya cerita Zen malah nyuruh gue anterin Fia karena dia ada urusan. Fia keliatan gak mau, tapi karena kepaksa walaupun agak kesal dia pulang sama gue. Di jalan Fia cerita kalo hari ini dia dijahilin geng Demon-"
"Geng Demon?" Rama menyerngitkan alisnya bingung, merasa aneh dengan nama geng itu.
"Geng demon terdiri dari enam murid cowok dari kalangan atas, dan salah satu dari mereka yakni ketuanya adalah Daniel Ranata, Anak dari donatur terbesar SMA Merah-Putih. Geng mereka dijuluki Demon karena sering bertindak dan bertingkah Layaknya Iblis yang sering membully orang lain. Seberat apapun masalah yang mereka buat tidak pernah sekalipun terlontar surat SP baik dari BK maupun PS. Paling berat hukuman mereka adalah membersihkan WC sekolah ataupun keliling lapangan 20 kali. Itupun setelah perbincangan yang amat panjang." Jelas Arka yang memang mengenal geng Demon karena sering melanggar peraturan sekolah.
"Kasus mereka macam-macam. Mulai dari mabuk di sekolah sampai pernah melakukan pelecehan seksual pasa salah seorang siswi. Dan mesalah terakhir mereka yang ke gep itu saat salah satu dari mereka mendapat tuntutan pertanggung jawaban dari seorang gadis dari SMA lain"
Disa dan Husna meringis bersamaan mendengar cerita geng Demon yang mirip dengan kebanyakan geng badboy yang mereka baca di Wattpad. Ternyata di dunia nyata memang Ada. Zaman sekarang kekuasaan memang selalu menang dan berada dipuncak kehidupan.
"Ini gak adil" Kata Juno yang kini mengepalkan tangannya kesal. Bagaimana mungkin sekolah bahkan tak adil seperti itu. Apa hanya karena mereka anak para donatur, para guru membiarkan iblis seperti mereka berkeliaran di sekolah.
Begitupun Aris dan Arka yang juga ikut emosi. Siapa coba yang tidak marah jika melihat ketidak adilan macam itu ada di SMA mereka.
"Dan brengseknya lagi. Sekolah bisa nutupin itu dari mentri pendidikan dan media"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nextdoor Enemy [Completed]
Teen Fiction"Tutup mata lo Ram" Rama mengerutkan alisnya tak paham. "Katanya lo gak mau liat gue nangis. Gue jelek" "Lo emang selalu jelek Disa" ------------- "Punya tetangga nyebelin kayak Rama itu butuh kesabaran ekstra. Apalagi kalo harus ngadepin alaynya...